namun jangan pula kau bumbui rasa bosan itu dengan sumpah serapahmu yang tidak lucu.
apakah pagutanmu sudah kau pikir matang-matang hingga tidak mematok di tempat yang membuat aku ingin melupakan kebersamaan kita selama ini.
Sudah memuncak rasa marah, kesal, lelah sepanjang hari ini
ingin tidur dan bermimpi indah tentangmu waktu  belum terikat dalam sebuah ikatan pernikahan
betapa romantisnya kau saat itu, yang selalu ingat bagaimana cara pas membelai rambutku.
sekarang jangankan membelai, kau malah seperti menjambaknya sampai dasar rasa.
hingga akupun semakin bingung melihat hubungan kita.
Semoga hanya mimpi dan esok pagi rasa kesal itu sudah tiada
menguap bersama embun pagi sesaat lelap di rumah di mana pucuk - pucuk cemara
riuh bernyanyi, saat di mana cericit itu serasa suara konser yang mengalun
memainkan irama kadang stacato, kadang canon yang berkejaran namun tetap dalam alur irama menyatu