Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Mengukur Kekasaran Kata "Anjay"

2 September 2020   16:06 Diperbarui: 2 September 2020   16:27 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tribun Sumsel.Tribunnews.com

Kata "anjay" benar-benar menjadi viral. Ini berkat laporan dari Lutfi Agizal, yang melaporkan bahwa kata Anjay dapat merusak moral bangsa. Banyak yang menilai bahwa Lutfi Agizal sang YouTuber itu hanya berupaya melakukan pansos atau panjat sosial, artinya ia melontarkan kata agar ia menjadi semakin terkenal meskipun dengan cara yang bagi netizen tidak elok.

Sepengetahuan penulis anjay itu hanya penghalusan dari anjing. Kadang saking tidak teganya memaki dengan memakai kata anjing maka dihaluskanlah menjadi Anjay, ada yang sedikit lebih kasar lagi anjrit, atau anjir. Anak-anak remaja sekarang ini kadang sering kelepasan saat main game, saat berdebat dengan teman dekatnya. Di Jakarta (kaum urban, terutama anak-anak kampung, juga anak kompleks perumahan sering bercanda dan mengumpat dengan kata anjing).

Nah karena sering ditegur untuk tidak menggunakan kata anjing muncullah anjrit, anjay. Bahkan bukan hanya anjay. Kata-kata najis, amit-amit sompret, cilaka duabelas sering muncul spontan. Itu baru dari grup binatang. Masih banyak lagi yang muncul dari pergaulan remaja yang kadang bagi orang tua bikin geleng-geleng kepala. Ada istilah Kontol, Ngentot,yang tidak asing di telinga diucapkan oleh anak-anak dan remaja.

Banyaknya kata umpatan itu memang cermin pergaulan remaja yang kurang mendapat asupan nasehat dari orang tua atau sebuah sentilan dari guru-gurunya. Kata-kata pungutan itu sering muntah begitu saja saat anak sedang kesal atau marah. Bahkan iblis, setan pun ikut nimbrung muncul. 

Lalu apakah hanya mengatakan kata anjay lantas mencerminkan rusaknya moral bangsa dan akhirnya KPAI turun tangan dan mewanti-wanti agar kata itu tidak dipakai lagi karena bisa menimbulkan usaha perisakan, perundungan atau istilah asingnya bullying.

Sayangnya penulis bukan ahli bahasa dan masalah bahasa serahkan saja pada Mas Khrisna Pabichara yang jago atau Ivan Lanin. Karena latar belakang penulis itu seni rupa dan sering dulu gaul sama seniman dan orang-orang teater maka saya menulis berdasarkan batasan pemikiran yang saya kuasai.

Apakah saya berbondong bondong tidak setuju apabila KPAI meresmikan kata anjay berpotensi menjadi kata bulian? Di kalangan seniman kata kata anjing, anjrit, asu, iblis, kutukupret, bangsat itu sering enteng saja diucapkan.

Kata kata Oasuwok itu menjadi ciri khasnya seniman Jogja seperti mas Butet Kertaraharja. Itu kata nyaman senyaman-nyamannya untuk menandai bahwa pergaulan seniman memang tidak berjarak. Umpatan makian yang tidak bermakna kasar.

Lalu apakah kata anjay memang harus dilarang? Yang dilarang sebenarnya adalah memperlakukan kasar lawan bicaranya, dan mendorong lawan bicaranya tersinggung dengan perkataan kita entah baik dengan kata kasar bahkan dengan kata- kata halus saja seseorang bisa tersinggung dan merasa diejek.

Di Jawa banyak sekali umpatan halus yang bisa saja akhirnya menurut perasaan menjadi kasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun