Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Komunisme, Pancasila, Ekstrem Kanan, dan Agama Tanpa Agama

29 Mei 2020   17:37 Diperbarui: 29 Mei 2020   19:14 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: wartakota.co

Indonesia itu selalu phobia pada komunisme. Hembusan komunisme terus dikipas- kipasi untuk menggoyang pemerintahan yang sah, apalagi saat ini pemerintahan sipil pimpinan Jokowi sedang mendapat tekanan dari berbagai kepentingan yang merasa dirugikan dengan kebijakan Jokowi yang cukup galak dalam hal transparansi, perang terhadap mafia migas dan tidak memberi kesempatan radikalisme dan ekstrem kanan menguasai negara.

Serangan -- serangan meluncur karena ada kelompok yang merasa dirugikan kepentingannya dalam menguasai sumber daya alam. Ketika zaman orde baru masih jaya banyak pengusaha kaya raya dan kelompok - kelompok yang nyaman dengan penguasaan sumber energi, HPH, transportasi, pertanian, pesta pora. Konglomerasi begitu kentara dengan sebagian kecil dari mereka yang menguasai hajat hidup orang banyak.

Untuk meredam pemikiran kritis masyarakat dihembuskanlah isu - isu komunisme yang membuat masyarakat berharap ketakutan akan  bangkitnya komunisme Indonesia membuat masyarakat saling curiga, saling waspada terhadap pengaruh orang- orang sekitar yang terkenal kritis dan mau mempengaruhi rakyat dengan doktrin sosialisme, kepedulian sosial, pemerataan kesejahteraan dan pola - pola mempersempit ruang gerak China sebagai sumber dari paham komunis,

Hembusan komunisme terus diberi asupan oleh mereka yang ingin memecah belah bangsa dan berusaha merongrong pemerintahan resmi. Dalam sejarahnya selama beberapa dekade belakangan Komunisme tidak pernah lagi menjadi ancaman, hanya gertak sambal saja dari orang- orang yang menganggap bahwa ideologi paling berbahaya. Padahal ekstrem kanan, radikalisme agama juga tidak kurang mengerikannya dalam masyarakat demokrasi saat ini.

Di media sosial berselubung agama banyak isu - isu keji yang ingin membenturkan keyakinan. Wartawan, penulis yang tidak benar- benar netral selalu menggosok -- gosok emosi masa dengan judul - judul artikel bombastis, terkesan melecehkan agama lainnya dan membuat keyakinan saling berbenturan. Mereka senang, mereka suka jika dalam komentar - komentar yang muncul perdebatan sengit muncul. Seakan akan ada ancaman dari agama satu untuk mengganggu perkembangan agama lainnya. Padahal di Indonesia semua agama mendapat tempat yang sama, mendapat perlindungan hukum yang sama, hidup rukun sebagai sebuah kesatuan bernama nasionalisme.

Banyak media informasi online terlihat partisan, memihak dan condong untuk menyuarakan agama, hingga membuat resah agama lain yang membaca medianya. Judul- judulnya provokatif seakan - akan merekalah pemegang kebenaran, pemilik surga. Komunisme sudah bubar di wilayah Eropa Timur dan tidak menjadi favorit di negara - negara berbasis komunisme seperti China, Korea Utara, Vietnam, Kamboja.

Komunisme sendiri mulai minggir oleh pengaruh liberalisme dan kapitalisme. Agama sendiri sekarang ini mengalami krisis karena pemeluk agama sendiri saling berperang mempertahankan keyakinan. Padahal agama sendiri seharusnya memberi kedamaian, menyebarkan kasih sayang dan mengembangkan kebaikan. Anehnya agama saat ini malah menjadi pemicu perang, pemicu perpecahan sesama masyarakat dalam negara yang sama. Setiap kali masyarakat disuguhkan perseteruan yang berujung kekerasan dengan sumber utamanya agama.

Dengan keberadaan komunisme yang sebetulnya sudah tidak ada pengaruhnya apa- apa di Indonesia apa sih yang sebetulnya yang ditakutkan? Yang ditakutkan adalah egoisme agama, bahasa kekerasan yang dipraktekkan pemeluk agama. Padahal tujuan agama sendiri adalah menebarkan kasih sayang, memegang teguh kebenaran, kejujuran dan tenggang rasa.

Isu komunisme bukan dihembuskan oleh negara tetapi oleh mereka yang berpaham radikal, yang tidak mau ada ideologi lain  berkembang baik di negara ini. Agama dan pemeluknya harusnya introspeksi. Negara- negara berbasis komunisme berkembang pesat dalam hal ekonomi. Pembangunan, disiplin dan penghargaan individu berkembang, kreatifitas untuk menciptakan produk baru terjamin. Intinya tidak ancaman serius masalah kemanusiaan, kekejian, pelanggaran hak asasi manusia disebabkan oleh paham komunis rendah (ungkin perkecualian untuk Korea Utara yang pemimpinnya memang ditaktor). Malahan agama saat ini menjadi sumber terbesar perpecahan antar pemeluknya.

Seharusnya agama agama di Indonesia harus introspeksi, apakah benar bahwa komunisme itu ancaman laten, ataukah diri sendiri yang paranoid terhadap idiologi baru atau yang lama berdasarkan cerita sejarah yang kadang - kadang bumbunya terlalu berlebihan.

Kalau bicara tulisan - tulisan tentang sosialisme, tentang kelompok komunal, di mana ada indikasi untuk mengutamakan kebersamaan, pemerataan, kesejahteraan masyarakat bawah dan keyakinan bahwa sosialisme bisa memberikan dampak sejahtera bagi yang mengikuti ajarannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun