Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Berawal dari Media Sosial Akhirnya Menjadi Penulis

7 April 2020   07:00 Diperbarui: 7 April 2020   07:16 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: goodreads.com

Kalau jeli seorang penulis status bisa mengumpulkan status yang menarik itu menjadi tulisan atau bisa dirangkai menjadi novel utuh dengan dibangun kembali seperti halnya Fiersa Besari yang mengumpulkan kumpulan tulisannya di media sosial menjadi novel Garis Waktu. 

Garis Waktu Fiersa Besari seperti yang pernah baca adalah kumpulan tulisan yang berserak dari media sosial tentang pengalaman mencintai, pengalaman patah hati dan oleh penulisnya disambunghubungkan dan dirangkai menjadi sebuah novel. Akhirnya dari status sosial dari kumpulan, potongan-potongan tulisan menjadi novel utuh. 

Ada banyak buku yang berasal dari cuitan di Twitter misalnya tulisan tentang Ahok yang dirangkai oleh grup Kurawa. Mereka yang penyuka sepak terjang BTP alias Ahok.

Menulis status itu meskipun terkesan spontan dengan kalimat yang pendek-pendek kadang-kadang bisa menghasilkan tulisan yang tidak terduga. Bagi yang kreatif kumpulan status itu bisa saja menjadi satu rangkaian hingga bisa menjadi utuh satu buku.

Jadi jangan merasa tidak bisa menulis. Lihat status-status anda di Twitter atau di facebook. Bahkan di WA pun ada yang bisa menulis spontan dengan kalimat panjang. 

Tapi memang daya literasi masyarakat Indonesia masih kalah dibandingkan negara lain, tidak jauh, dengan Malaysia saja semangat literasi, kemampuan mengeluarkan ide dengan menulis lebih bagus dari Indonesia. Padahal kunci kemajuan bangsa salah satunya karena masyarakat terus update pengetahuan ketrampilan dengan banyak membaca dan mencari referensi yang bagus untuk memperluas wawasan.

Anda pegiat medsos sebetulnya penulis berbakat. Di status sosial sering menuliskan kata- kata yang akhirnya berbuah like atau jempol. Tetapi ada yang sayangnya juga pada komentator yang sering membuat sedih. Sedihnya karena kalimat panjang atau pendek di status hanya berisi cibiran, nyinyiran dan ejekan tidak sopan pada petinggi negara. 

Ketika dendam kesumat datang banyak yang menginginkan suasana menjadi tidak menentu, ada pembelahan, ada kekacauan dalam relasi antar pengguna medsos. Sehingga media sosial digunakan hanya untuk memperkeruh suasana, bukan melahirkan kata-kata inspiratif.

Para pegiat media sosial, kemampuan literasi, ketrampilan menulis berasal dari kalimat- kalimat pendek. Semakin sering menulis akan semakin peka terhadap kesalahan-kesalahan susunan kata- katanya. Belajar itu berawal dari hal-hal kecil termasuk ketika banyak yang rajin menulis status. Alangkah lebih bagus jika anda yang rajin menulis di status mencoba lebih fokus menulis. 

Jika terbiasa dengan kalimat-kalimat lebih panjang maka lama- lama akan muncul keasyikan menulis. Dunia literasi masih banyak butuh orang- orang yang pandai merangkai kalimat. Semakin banyak yang bergerak dalam literasi, semakin banyak ilmu pengetahuan tersampaikan dan dikoleksi.

Kadang menulis itu bisa saja dalam keadaan kondisi yang tidak dimengerti. Dari asal menulis akhinya tersusunlah sebuah artikel. Dari tulisan acakadut muncul ide-ide brilyan. Di media sosial masyarakat sering menulis status lalu membagikan tanpa tahu sebetulnya ia menulis untuk apa. Kadang ia hanya menulis untuk melepaskan kegalauan, menulis hanya untuk diakui dan akhirnya mendapat tanggapan banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun