Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Antara Politik, Seni Budaya dan Fiksi dalam Jagad Penulisanku

30 Maret 2020   21:21 Diperbarui: 30 Maret 2020   21:44 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber:Doug Chayka/thenation.com

Terus terang kalau saya idealis dan memilih apa yang akan saya tulis maka saya akan menulis Seni Budaya. Tetapi menulis seni budaya itu tidaklah mudah, sebab saya harus bergulat dalam dunia seni budaya, mengamatinya dengan membaca referensi tentang seni budaya, menonton pertunjukan teater, pameran seni dan pagelaran. 

Saya harus mengetahui berbagai permasalahan seni budaya, sosial kemasyarakatan dan dinamika seni budaya. Mesti melirik tulisan dan membaca tulisan kebudayaan dan antropologi Clifford Geertz, serpihan pemikiran dan pendiri majalah Basis Romo Profesor Dr. N. Driyarkara SJ dan pemimpin paling lama yaitu Romo Dick Hartoko SJ. Sekarang pimpinannya adalah Romo GP Sindhunata SJ.Anta

Dulu saya sering membaca buku buku Basis, meskipun kadang saya harus dibuat bingung oleh banyaknya ruang filsafat yang amat berat  saya pahami. 

Semakin membaca, semakin bingung dan semakin susah memahami kata- katanya. Dan saya yakin jika bicara tentang seni budaya, bicara tentang dalamnya dunia filsafat para pembaca media sosial akan lari duluan. Mereka akan lebih memilih bacaan ringan dengan nilai berita tinggi. Pastilah akan lebih banyak pembaca politik daripada pembaca seni dan budaya.

Sebetulnya  saya tidak takut ditinggalkan pembaca seni budaya, sebab pasti punya peminatnya sendiri, tidak banyak tetapi biasanya mereka yang menyukai seni dan budaya adalah orang- orang yang mempunyai pengetahuan luas. 

Seniman, pegiat budaya adalah para pemikir yang tidak hanya berpikir tentang isu terkini, para pegiat budaya akan membahas seni, budaya dalam pola pemikiran transendental. Melewati ruang dan waktu dan mencoba memikirkan masalah lewat simbol- simbol dan mencoba memikirkan hubungan manusia, Tuhan dan alam semesta. Transendennya pola pemikiran pegiat seni budaya susah dimengerti jika hanya berpikir pendek.

Penciptaan tari, teater, musik, seni rupa pasti tidak hanya berdasarkan karena tuntutan pasar. Bukan hanya berpikir agar pegelaran menjual dan mampu menghidupi senimannya. Yang idealis kadang berpikir bahwa produk budaya adalah produk everlasting. Akan tercatat sepanjang masa, menjadi warisan budaya yang akan selalu diingat manusia dari waktu ke waktu.

Penciptanya boleh saja mati tetapi karyanya akan selalu hidup dan dikenang sepanjang masa. Maka proses penciptaan karya seni bukan hanya menjangkau jagat phisik yang hanya bisa dilihat dengan mata biasa. 

Karya cipta bisa menjadi karya yang bisa dirasakan kehadirannya lewat mata bathin, dengan proses pelibatan manusia mendalami dimensi mikrokosmos dan makrokosmos. Ia akan mencari yang ada dan tiada, meresapi ungkapan- ungkapan yang diambil dari simbol- simbol alam semesta.

Maka saya merasa ada tanggungjawab besar jika menulis tentang seni dan budaya. Budaya berasal dari budi dan daya. Budi berarti akal, daya itu tenaga. Antara tenaga dan akal harus mampu menyatu menjadikan budaya sebagai basis dari manusia dalam berpikir dan bekerja, mengolah tenaga. Baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat.

Lalu bagaimana dengan politik. Nah politik itu masalah tatanan hidup. Saya tidak begitu paham dengan dunia politik. Apalagi mereka para politisi yang masuk dalam lingkar kekuasaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun