Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kita Memang Bhinneka, tetapi Terhadap Corona Harus Satu Komando

17 Maret 2020   11:45 Diperbarui: 17 Maret 2020   12:19 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doni Monardo menyerukan bersatu dalam menangani Corona (cnbcindonesia.com)

Indonesia itu terdiri dari berbagai macam suku,berbagai macam bahasa, beragam agama dan banyak pulau -- pulau yang tersebar. Kebinnekaan Indonesia sungguh luar biasa untuk saat ini karena banyak negara seperti di Eropa Timur pernah mengalami pergolakan dan akhirnya terpecah- pecah menjadi negara- negara kecil. 

Yugoslavia, pecah dengan menyisakan sejarah kelam karena negara terpecah menjadi negara -- negara kecil Latvia, Bosnia Herzegovina,Kroasia, makedonia, Serbia, Kosovo friksi agamapun menjadi penyebab betapa mereka susah disatukan kembali. Negara- negara Timur yang merupakan negara dengan mayoritas Muslim saja saling berperang. 

Kedamaian susah tercapai karena meskipun sama sama beragama Islam tetapi mempunyai aliran dan pandangan beda dalam memahami agamanya. Ada yang berlatar belakang negara demokratis, ada yang liberal dan negara yang menerapkan hukum agama ketat.

Ada musuh bersama yang menjadikan mereka satu tujuan, tetapi Israel sebagai musuh bersama mampu melihat kelemahan -- kelemahan negara Timur Tengah yang banyak terpecah adanya faksi, faksi, kalau di sini banyak ormas dan aliran yang membuat mereka saling bertengkar, dan akhirnya berperang untuk kepentingan ormas dan alirannya sendiri. Tidak ada yang mau mengalah hingga akhirnya perang tidak terhindarkan. Maka musuhnya bisa bersorak. 

Dengan melakukan cara seperti penjajah Belanda dulu dengan devide et Impera alias politik pecah belah maka musuh Israel kocar- kacir sendiri karena sesame saudara tidak satu komando tidak kompak hingga memunculkan pembusukan di tubuh sendiri, menghancurkan diri sendiri. Israel tinggal mengadu domba, memasok senjata dan memfasilasi negara- negara untuk memerangi pemberontak.

Dalam tubuh pengikut Kristus agama menjadi bermacam- macam ketika gereja sempat masuk dalam masa kegelapan berdekatan beririsan dengan politik. Dan kebinnekaan dalam agama pun tidak terhindarkan. Perpecahan muncul karena ego manusia, latar belakang budaya yang susah disatukan, dogma yang menghambat satu kesepakatan.

Kebinnekaan Indonesia luar biasa, sejak 1945 meskipun di warnai dengan sejarah kelam Orde Lama dengan G 30 S PKI tumbangnya Orde Baru tahun 1998, dan Orde Reformasi yang menyisakan banyak sekali masalah yang belum terpecahnya dengan merebaknya  korupsi, kolusi, nepotisme, semakin terbukanya informasi membuat demokrasi benar- benar diuji. Kebebasan berpendapat, kebebasan melakukan demo dan mengkritisi pemerintah yang sedang berjalan kadang memunculkan dilema dan paradoksal.

Masyarakat yang kritis dalam suasana yang penuh dinamika memunculkan adanya buzzer, bai dari pemerintah maupun oposisi. Pemimpin tidak akan tidur tenang menghadapi sebuah masalah pelik karena masyarakat yang sangat beragam  muncul dengan pendapat masing -- masing. Sudah ada instruksi terpusat saja masih banyak yang melanggarnya, sudah ada imbauan yang baik saja masih dilanggar. 

Cerminnya ada di jalanan. Sudah ada rambu -- rambu untuk mengatur lalu lintas saja masih banyak yang dilanggar. Ketika semua melanggar dan rambu- rambu dilanggar kemacetan tidak terelakkan. 

Para pengguna jalan akhirnya emosi, marah- marah,ujungnya menyalahkan aparat yang tidak tanggap. Padahal berawal dari disiplin diri pengguna yang suka menabrak peraturan. Akhirnya muncul viral bahwa  bla- bla bla, polisi tidak pecus, jalan macet karena kurang sigapnya aparat, dan abainya pejabat sidak ke lapangan.

Musuh paling berat itu Disiplin Diri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun