Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Mempertajam Intuisi Menulis dengan Catatan Harian

18 Februari 2020   11:25 Diperbarui: 18 Februari 2020   11:36 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kumpulan catatan harian.(strorial.co)

Ketika membuka catatan harian ada banyak ide yang bisa diangkat dari pengamatan sehari -- hari, detail kadang nama tempat, pengalaman buruk, masalah- masalah sehari -- hari dapat memberikan semacam portofolio, penelitian kecil yang bisa dijadikan tema cerita.

Sebenarnya apakah catatan harian harus dirumuskan seperti halnya aturan menulis jurnalistik, reportase dengan mengacu pada 5 W + H ? Pengalaman saya menulis catatan harian, tidak ada keharusan menggunakan teori -- teori jurnalistik untuk menulis. 

Jika terbiasa menulis catatan secara otomatis akan mengandung unsur What Apa yang sedang dibahas, apa yang akan diangkat sebagai tema harian. Why mengapa sampai terjadi sebuah peristiwa atau munculnya sebuah masalah. 

When kapan kira- kira terjadi, kapan peristiwa berlangsung. Where di mana peristiwa atau masalah terjadi sedang, atau sudah berlangsung, Whom yang mana yang bisa memberikan dampak dari sebuah peristiwa. Dan How bagaimana sebuah peristiwa bisa terjadi.

Menulis catatan harian bisa saja dengan cara mencatat poin -- poin peristiwa, atau bisa berbentuk puisi, esai. Saya lebih menyukai menulis catatan harian seperti bercerita mirip dengan catatan Umar Kayam, udar rasa Kompas atau catatan yang mempunyai pesan pesan terselip. Saya juga senang menulis momen di mana tiba - tiba ada hal- hal yang susah dilupakan dalam hidup. Contohnya catatan di bawah ini:

...Aku merasa bahwa banyak hal bisa dipelajari dalam hidup ini termasuk masalah masalah keseharian yang bisa tiba- tiba datang, termasuk ketika ada peristiwa yang tidak bisa kulupakan dalam hidupku yaitu saat kehilangan ayah...Seperti ada firasat ketika  sekitar dua minggu yang lalu bertemu ayah dan ia terharu dan menangis ketika aku pamit untuk kembali ke Jakarta.

Tidak ada air mata menetes, tidak ada gerungan tangis tetapi ada perasaan lain sesuatu yang kosong dari hatiku. Untuk sementara aku bingung, ada penyesalan mengapa hanya berita tentang meninggalnya ayah, aku merasa tidak beruntung mengantar beliau ketika masuk dalam masa -- masa sulit hidupnya. Beruntung Adikku bisa mendampingi sampai akhirnya ia dipanggil Tuhan... Penyesalan itu memang datang terlambat tetapi semua telah terjadi ...

Di Beranda facebook saya menulis catatan harian, apa saja ya politik, ya sosial budaya dan cerita ringan. Cerita- cerita harian itu mampu mendorong diri saya untuk menyusun kalimat secara spontan dengan ide harian yang akan selalu ada setiap saat.

Kompasiana pun bisa memberikan kesempatan untuk membuat catatan harian. Jika setiap hari menulis entah puisi, esai, opini dan analisis kehidupan sehari -- hari akan menjadi catatan harian penulis untuk menambah jam terbang dan mencatat sejarah kehidupan sehari -- hari dengan runtut dan sistematis. Pak Tjiptadina dan para penulis yang sangat produktif menulis secara konsisten setiap hari pasti mempunyai intuisi kuat bagaimana bisa menjaring ide menjadi sebuah tulisan inspiratif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun