Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Meningkatnya Penggila Brompton, Moge, di Tengah Kemiskinan Moral?

7 Desember 2019   12:57 Diperbarui: 7 Desember 2019   13:20 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sepeda lipat Brompton yang heboh ketika diselundupkan Dirut Garuda (kompas.com)

Tumbuhnya komunitas- komunitas penggemar sepeda dan moge itu sebetulnya adalah sebentuk kebosanan dari masyarakat yang sebelumnya sebelumnya lebih sibuk berdebat masalah politik. 

Politik receh yang menjual ujaran kebencian, menjual agama untuk mempengaruhi pendapat masyarakat. Kemajuan dan semakin banyaknya orang Kaya Baru dengan gaya hidup eksekutif harus diimbangi dengan kepedulian pada alam, kepedulian untuk saling menolong dan ikatan-ikatan emosional untuk membantu sesama yang masih kekurangan. 

Komunitas-komunitas yang tumbuh subur seperti penggemar sepeda lipat pastinya akan mengubah gaya hidup boros dengan pembelian mobil pribadi, Semakin banyaknya komunitas sepeda pasti akan mengurangi dampak pemanasan global.

Menggemari Sepeda Mencegah Arus Kerusakan Moral?
Yang perlu digaris bawahi, jangan sampai dengan meningkatnya minat sepeda mahal itu menggerus moral penerus bangsa yang lebih peduli komunitas tetapi abai untuk menghormati simbol- simbol negara,melupakan budaya yang kaya raya dan lebih suntuk dengan gaya hidupnya yang cenderung high class.

Polemik BUMN dan banyaknya orang- orang kaya baru hasil perilaku negatif karena tindak korupsi, kepandaian merekayasa anggaran dan bancaan kekayaan bangsa harus diminimalisir dan kalau perlu dicabut sampai ke akar- akarnya. Persoalannya memang tidak semudah berbicara. Presiden, Jajaran pembantunya dan para pejabat dibawahnya harus bahu membahu memperbaiki gaya hidup pegawainya, memperkecil peluang untuk melakukan penipuan dan korupsi.

Pendidikan pun bukan hanya mendidik anak menjadi pintar dan cerdas tetapi kurang dalam hal perilaku dan moralitasnya yang rendah. Jika ini yang terjadi akan semakin banyak orang pintar yang hanya ego dan tidak bermoral. Pendidikan karakter, semangat berjuang untuk menciptakan peluang kerja bukan mencari pekerjaan sangat penting. Masyarakat menjadi jauh lebih mandiri dan mampu bersaing dengan tenaga asing. 

Semoga Bangsa ini tidak hanya pandai beretorika, berdoa dan rajin demonstrasi. Jauh lebih penting selain rajin beribadah melakukan pengkajian agama manusia perlu bekerja keras agar bisa sejahtera. 

Jika sejahtera peluang melakukan demonstrasi tentu menurun drastis, kesempatan untuk menjadi penganut radikal juga semakin berkurang. Salah satu penyebab radikalisme adalah kesenjangan ekonomi, pengetahuan yang rendah, minat baca yang rendah dan tentu saja kemiskinan dan pengangguran yang belum tertanggulangi di negara-negara berkembang seperti di Indonesia.

Salam damai selalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun