Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Pekerja Takut Bos Galak, Tegas dan Jujur

18 November 2019   11:20 Diperbarui: 18 November 2019   11:27 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bos Galak yang sering membuat pro kontra pada pekerja (bali.tribunnews.com)

Pernahkah anda bekerja di sebuah perusahaan yang bosnya galak, blak- blakan tapi jujur bicara apa adanya. Bosnya kesannya galak tetapi sebenarnya baik hati. Suatu saat Bos itu akhirnya keluar karena ada konspirasi dari perusahaan yang mengakuisisinya karena ia terlalu jujur sehingga ia mesti keluar dari perusahaan yang hidupnya dari melakukan mark up anggaran dan  mencari keuntungan dari hasil kong kalikong. Bosnya yang jujur disingkirkan. Selama bertahun- tahun perusahaan bertahan karena antara bos dan pekerjanya tahu sama tahu terhadap iklim kerja yang penuh intrik.

Sindrom Bos Galak yang dihadapi Hampir semua Perusahaan dan Lembaga 

Suatu saat ada audit perusahaan - perusahaan karena muncul kerugian besar setiap tahun. Tim auditor mensinyalir ada mark up anggaran dan akal- akalan dari perusahaan hingga akhirya ketahuan banyak anggaran siluman selalu muncul. Bos yang jujur dan tegas datang lagi untuk menyehatkan perusahaan. Dengan spontan managemen perusahaan dan serikat pekerja bereaksi menolak kedatangan bos baru yang akan membuat mereka tidak berkutik dengan aksi mereka selama ini. Nepotisme, kolusi, korupsi sudah menjadi habit dan susah dihilangkan. Mereka menikmati buruknya kinerja dan perampokan anggaran karena semua diuntungkan. Tetapi perusahaan induk tentunya berang karena perusahaan cabangnya itu selalu merugi dan selalu disubsidi terus.

Yang terjadi pada serikat pekerja dan banyak perusahaan yang menolak Ahok saya pikir begitu. Para pekerja dan jajaran managemen BUMN sudah sangat lama menikmati kenikmatan, bisa mencatut anggaran dan bisa lebih leluasa  bekerja jika bosnya atau pimpinannnya tahu sama tahu. Jika Bosnya seperti BTP yang begitu transparan dan tanpa tedeng aling- aling bila terjadi penyimpangan maka barisan para pengerat itu akan kelojotan. Merekapun dengan sejumlah uang menggerakkan pekerja melakukan demo protes menolak bos baru.

Bos yang galak dan kejam seringkali menjadi momok menakutkan. Maka banyak karyawan atau pekerja sudah parno dulu. Apa yang terjadi jika bosnya dia yang ditakuti. Padahal ketakutan itu tidak terjadi jika mengerti arti bekerja jujur dan menjunjung tinggi profesionalisme.

Sindrom pada bos galak dan blak- blakkan itu yang melanda pekerja BUMN. Apakah selama ini memang menjadi rahasia umum jika selalu ada yang diselewengkan terhadap anggaran berjalan. Anggaran yang besar harus dihabiskan. Anggaran besar itu pula yang menjadi biang korupsi, kolusi dan nepotisme. BUMN yang seharusnya menguntungkan tetapi malah sering rugi. Birokrasi yang masih berbelit- belit, pekerja- pekerjanya masih mempunyai etos kerja asal bapak senang dan lambat dalam menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.

Bos yang sedang diisukan itu jelas kelihatan reputasinya banyak perusahaan yang ditanganinya akhirnya menampakkan perkembangan posititf. Bahkan yang akhirnya surplus. Itu karena bos itu menerapkan prinsip kejujuran e budgeting dan transparansi anggaran. Kebanyakan perusahaan yang ditangani adalah perusahaan asing. Ia sendiri begitu dibenci di negaranya sendiri karena kebanyakan bos dan pekerja saling bekerja sama untuk mengembangkan gaya lama pekerja yang kalau bisa  mencatut anggaran. Yoh gelontoran  anggaran itu menguntungkan jajaran pimpinan dan pekerja yang terbiasa hidup untuk menjadi penjilat bosnya. Para penjilat dengan licin bisa melenggang karena bisa membungkam yang lain dengan politik anggaran.

Kenyamanan Yang Memabukkan 

BUMN yang mendapat subsidi APBN dari pemerintah tidak terbiasa dengan gaya transparansi anggaran. Padahal perusahaan yang maju tentu mempunyai sistem audit yang canggih sehingga kemungkinan lolosnya proposal pengajuan dana untuk bancaan anggaran , bagi -- bagi  keuntungan pada semua pekerjanya kecil terjadi. Itulah gambaran mengapa banyak serikat pekerja menolak wacana Ahok membenahi BUMN.

Aneh tapi nyata. Saya bisa merasakannya jika menjadi ASN. Karena sebagai anak Pegawai Negeri kenyamanan itu memang penting. Tidak perlu keras bekerja tetapi mendapat gaji lebih dari lumayan. Tetapi tidak semua ASN tentunya. Semoga Indonesia mendapat pemimpin jujur yang tidak hanya main anggaran dan lebih mementingkan urusan politik daripada kesejahteraan rakyat. Yang baik dan berpotensi maju harus didukung. Kebiasaan  buruk  terhadap kinerja pekerja negara yang seperti menerima gaji buta harus lenyap. Saatnya semua elemen bekerja keras. Siapapun bosnya, siapapun pimpinannya jika niatnya baik untuk membenahi carut marut perusahaan atau lembaga harus didukung.

Kegaduhan tidak perlu terjadi dengan melakukan demo kontraproduktif.  Konspirasi tidak perlu terjadi jika prinsip kejujuran dipegang teguh. Siapapun pimpinannya Ahok atau siapapun jangan terpengaruh dulu dengan opini publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun