Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jakarta dan Kompleksitas Masalah yang Bikin Merinding

9 November 2019   07:14 Diperbarui: 9 November 2019   07:18 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selain Jakarta Menarik dengan pemandangan metropolitannya dan gegap gempita malamnya. Jakarta itu Mempunyai masalah Sosial Budaya yang kompleks dengan banyaknya kaum urban dan sarat kepentingan politik (foto dokumen Joko Dwiatmoko di Lapangan Banteng)

Jakarta itu luar biasa. Ibu Kota Negara yang tidak pernah sepi masalah, tidak pernah sepi isu dan pergunjingan. Apalagi setelah eranya Jokowi, Ahok dan Anies Baswedan. Media sosial telah membuat masalah yang sebetulnya biasa menjadi luar biasa. Dari proyek- proyek yang melibatkan anggaran besar dan menjadi pergunjingan publik, sampai masalah- masalah receh yang sengaja dibesar- besarkan.

Jakarta Tidak Pernah Sepi Isu dan Masalah

Media online terutama telah membuat para pembacanya dan netizen sibuk membuat komentar, menulis status dan nyinyir. Berita yang sebetulnya tersembunyi dan rasanya aib jika dibuka dipublik malah akhirnya menjadi viral. Ada berbagai tanggapan dari yang nyinyir dan sampai yang melakukan pembelaan.

Aneh jika di zaman medsos ini kisah-kisah pelecehan seks, perselingkuhan, dan perbuatan mesum tidak diekspos. Berita- berita yang sensasional dan membuat netizen memperhatikannya dengan seksama serta mengundang komentar pasti akan dicari. Ketika setiap orang memegang HP dan selalu mengikuti perkembangan berita di internet dengan cepat informasi tersebar dan menimbulkan rasa penasaran sudah tentu berita sensasional itu akan dicari, jika ketemu akan dishare dan dibagi sehingga dengan cepat ribuan bahkan jutaan netizen mengikutinya.

Jokowi. Ahok Hingga Anies yang Merasakan Berbagai Masalah Jakarta era Medsos

Jakarta sebagai pintu utama masuknya informasi dengan mudah menemukan masalah- masalah yang bisa digoreng dijadikan garapan kritikan, dijadikan dinamit untuk menyerang sosok yang kebetulan juga kontroversi. Jokowi, Ahok, Anies Baswedan akan menjadi sasaran empuk pencari dan pemproduksi berita. Jokowi yang hobi blusukan sangat dekat dengan rakyat, pekerja keras dan beda dengan pemimpin lain menjadi sasaran kritik oleh lawan politik yang berusaha menjatuhkan reputasinya yang bersih. Serangan Jokowi terkait estafet kepemimpinan selalu ramai ditanggapi. Ada pembelahan antara yang membenci Jokowi dengan tuduhan pencitraan, isu- isu bahwa Jokowi masih keturunan PKI dan bohong soal ibu kandungnya menjadi makanan empuk mereka yang dari awal tidak menyukai Jokowi.

Demikian juga yang dialami oleh Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama (BTP). Yang dialami Ahok lebih menyakitkan karena Pria asal Bangka Belitung itu selalu mendapat serangan dengan mengusung politik identitas. Jakarta cukup rawan ketika diarahkan pada isu- isu agama. Adanya penganut agama fanatik dan cenderung radikal akan memanfaatkan isu agama untuk menyerang orang yang tidak disukainya. Kebetulan Ahok beretnis China, Kristen dan terlalu lurus dalam mengelola pemerintahan membuat ia terjebak dengan serangan politik identitas yang membuat tidak nyaman. Isu- isu mayoritas dan minoritas membuat berbagai masalah pelik Jakarta tidak segera tertangani.

Rekam jejak Ahok di pemerintahan sebetulnya cemerlang, namun politik telah memainkan strategi aneh untuk menghancurkan karier politik seseorang demi politik identitas dan berusaha menajamkan perbedaan agama sebagai serangan  dengan modus pelecehan, penistaan dan membangkitkan isu -- agama yang sangat sensitif. Ahok akhirnya memang tumbang akibat dituduh menista agama. Padahal sebetulnya ia berkali- kali sudah meyakinkan umat Muslim bahwa tidak ada maksud melecehkan dan menista agama dengan sengaja. Tetapi permainan politik membuat Ahok harus gentlemen menerima hukuman yang sebetulnya hasil dari permainan kotor politik.

Setelah eranya Ahok berakhir, lawannya dalam pemilihan Gubernur DKI tahun 2017 yaitu Anies Baswedan giliran menjadi sasaran bully bagi mereka yang menjadi pengagum Ahok. Netizen terbelah dan membelah. Tetap saja isu kampret dan cebong atau dua kubu yang selalu berseberangan dalam hal politik membuat Jakarta terus membara. Ahok yang bergaya blak- blakkan dan sangat tegas ketika bicara masalah anggaran. Ia pun menerobos kebiasaan pejabat yang suka memainkan anggaran untuk kepentingan diri sendiri dan koleganya dengan menggagas e budgeting harus mendapat perlawanan dari pejabat- pejabat yang terlanjur enak saat memainkan anggaran.

Sistem yang korup dan pejabat- pejabat yang terbiasa bermain licik dalam mengakali anggaran agar mendapat keuntungan pribadi diam diam melawan. Bagi Mereka Ahok itu bencana dan harus dilawan dengan memainkan berbagai trik agar sosok seperti Ahok segera lenyap dan mereka kembali pesta pora menikmati kekayaan Jakarta yang luar biasa.

Pendapatan Jakarta sangat besar maka boleh dikatakan Jakarta adalah magnet buat para pendatang. Jakarta ibarat madu manis yang disukai kumbang- kumbang. Beterbanganlah kumbang- kumbang untuk bisa menghisap madu. Jakarta adalah daerah yang diyakini mampu menimbun pundi kekayaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun