Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Jejak Digital dan Digital Tanpa Jejak

15 Oktober 2019   09:55 Diperbarui: 15 Oktober 2019   23:35 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi tentang jejak digital: bernas.id

Judul teraneh yang pernah penulis tulis. Sebetulnya tidak tahu juga artinya tapi baiklah naluri penulis mengatakan pasti ada sesuatu yang tersembunyi yang akhirnya terkuak. 

Jejak digital menurut pengetahuan yang pernah penulis baca adalah jejak data yang muncul ketika seseorang menggunakan internet. 

Mengenal Jejak Digital Aktif dan Pasif
Bentuk dari jejak digital bermacam- macam ada yang berasal dari email yang dikirim, setoran tulisan ke media sosial baik berupa cuitan di twitte maupun posting, like atau memberi komentar di media sosial. Jejak digital sendiri terbagi menjadi dua yaitu jejak digital aktif dan pasif.

Jejak digital pasif adalah jejak digital yang ditinggalkan secara tidak sengaja atau tanpa sadar oleh pengguna  ketika berselancar di dunia maya. Contohnya ketika mengunjungi sebuah situs. 

Jejak digital aktif adalah data  atau informasi  yang dengan sengaja diunggah oleh seseorang  ke dunia maya. Mengirimkan email adalah salah satu contoh dari jejak digital jenis ini. 

Jejak digital yang paling populer tentulah blog dan media sosial. Jika mereka yang aktif bermedia sosial selalu update status dan selalu menulis baik di facebook, instagram, twitter.

Penulis kompasiana termasuk yang paling banyak menyimpan jejak digital. Setiap posting kalau melihat di insta story, nge-klik google akan terlihat jejak tulisan-tulisan yang sudah diposting di platform blog tersebut. 

Jika narsis dan sok- sokkan terkenal jika penulis mengetik namanya sendiri tentu akan muncul jejak digital tulisan- tulisan yang diposting maupun gambar berderet muncul di google search. 

Jejak digital penulis di dunia maya saat ini memberi keuntungan dan kerugian. Keuntungannya salah satunya adalah nama penulis menjadi terkenal. Tulisan- tulisan di blog bisa menjadi referensi dari mereka yang butuh informasi spesifik. 

Jutaan informasi  di klik di Google. Banyak informasi yang muncul dari artikel- artikel blog entah blog pribadi maupun platform blog seperti Kompasiana.

Dari jejak Digital Ke Bisnis Tulisan
Menjadi penulis di blog kalau sudah terkenal dan dikenali rekam jejaknya bisa mengembangkan kemampuannya dengan menerima job dari perusahaan-perusahaan yang butuh artikel, review produk, ghost writer, penulis konten, mengajukan diri untuk menjadi penulis skenario film atau sinetron atau membuat jingle iklan.

Efek Buruk Jejak Digital
Itu sisi positif dari jejak digital yang tersimpan. Namun jejak digital bisa membuat karier seseorang hancur jika menggunakannya secara serampangan. Ada pembicaraan yang terekam dan bisa dijadikan delik aduan dari seseorang yang merasa terfitnah dengan tulisan- tulisan seseorang. 

Dari postingan di media sosial yang bernada melecehkan bahkan bisa membuat karier keluarga berantakan, hancur lebur. Salah postingan, atau sengaja membuat status nyinyir hanya karena ingin selalu dikenal bisa berakibat fatal. 

Contohnya adalah ketika istri dari seorang tentara mengunggah statusnya yang "nyinyir" dengan peristiwa penusukan Wiranto akhirnya berujung reputasi dan karier suaminya "ambyar". 

Penyesalan datangnya belakangan. Peristiwa sudah terjadi, menyesal saja belumlah cukup. Jejak digital komentarnya telah viral, berita- berita miring tentang keluarganya terekspos, jutaan caci maki datang membandang dan waktu tidak bisa diputar lagi.

Kehati-hatian dalam menggunakan media sosial itu penting, agar jejak digital tidak mencatat hal- hal negatif dan buruk bagi masa depan. Sebab sekali tercatat dan terekam pernah melakukan kesalahan fatal maka jejak digital itu semacam hantu yang terus menguntit ke mana kita pergi.

Novelis yang sebelumnya dipuja- puka karena karyanya yang unik dan bahasanya yang memukau tiba- tiba bisa rusak reputasinya gara- gara pernah membuat cuitan yang bernada SARA atau tulisan yang tidak mencerminkan sebagai penulis terkenal dan sempat mendapat penghargaan.

Tanpa Jejak Digital?
Lalu bagaimana mengartikan digital tanpa jejak sebab saya menulis ini semacam clickbait saja sekedar lucu- lucuan?!Ya apa yang sudah tertulis di media digital bisa saja dihapus. 

Tetapi jejak tulisan atau gambar, atau postingan apapun sebenarnya sudah menjadi milik umum. Bisa saja ada seseorang yang sudah menyimpannya, membuat screenshot atau menyimpannya di file khusus. 

Digital akan selalu meninggalkan jejak, dan jika digital berharap tanpa jejak ya tidak usah posting. Lupakan media sosial, lupakan anda pernah mengirim email atau sekadar sayang-sayang di facebook. 

Kalau mau menulis tulis saja di lembaran- lembaran kertas, hidup di pelosok hutan, berteman tumbuh- tumbuhan, makan dari yang tersedia  di situ. 

Konsekuensi dari menjadi penulis blog itu akan tercatat di media digital, akan menjadi bagian sejarah sebagai manusia yang pernah meninggalkan jejak literasi. Tulisan- tulisannya akan tercatat  sejarah. 

Tetapi yang lebih membanggakan sebetulnya jika seorang penulis telah membuat sekumpulan tulisan yang sudah terkumpulkan dalam bentuk buku. Karena itulah sebentuk pengakuan bahwa ia adalah penulis. 

Ia bisa mendaku bahwa ia adalah penulis karena mempunyai rekam jejak yang bisa dilihat secara fisik. Digital bisa saja tanpa jejak fisik sedangkan penulis buku akan selalu tercatat sejarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun