Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Politik "CLBK", Lupa Musuh Ingat Kekuasaan

30 Juli 2019   18:04 Diperbarui: 31 Juli 2019   06:53 1267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Calon presiden Megawati Soekarnoputri dan calon wakil presiden Prabowo Subianto mengisi hari tenang menjelang pemilu presiden dengan masak bersama di kediaman Megawati di kawasan Kebagusan, Jakarta Selatan, Selasa (7/7/2009). | Kompas/Totok Wijayanto

Arah kekuasaan mengharuskan mereka luwes atau bisa dikatakan masa bodoh dengan penilaian masyarakat yang penting mereka untuk dan tetap bisa membangun strategi menang di pemilu mendatang. Kepentingan dan kekuasaan yang utama, sifat kenegarawanan belakangan. Toh mengandalkan sifat kenegarawanan saja tidak menjamin kemenangan begitulah kira-kira yang mereka pikirkan.

Bisa saja PDIP kembali bergabung dengan Gerindra untuk menentukan siapa pemimpin yang mereka usung. Lupakan saja kekalahan sebelumnya dan ada kepentingan lebih besar yang sudah berada di depan mata. Politik itu amat cair secair-cairnya kalau masalahnya adalah kekuasaan.

Lihat saja para wakil rakyat yang terpilih di Senayan. Jejak mereka untuk mengegolkan undang-undang saja sampai hampir masa pengabdiannya masih saja kurang baik. Mereka lebih sibuk mencari posisi, mencari suara agar tetap bertahan di Senayan. Yang tidak terpilih tampak kembali berupaya membangun strategi agar di pemilu berikutnya banyak suara bisa terkumpul untuk bisa kembali lagi ke Senayan yang sejuk dan enak buat rebahan saat rapat.

Elite yang Mempermainkan Perasaan Rakyat
Para elite partai tidak sadar mereka telah mempermainkan kepercayaan rakyat. Di tengah perseteruan para elite sebetulnya yang terjadi mereka tidak benar-benar bermusuhan. Yang terjadi adalah mencoba membangun imej seakan-akan sedang berseteru, sedang saling tikam, saling menyerang. Padahal di belakang layar mereka tertawa bareng, ngopi bareng untuk mengecoh agar masyarakat percaya mereka sedang bertengkar dan sedang tidak rukun.

Jadi jika para politisi sedang berdebat di Televisi anggaplah hiburan karena mereka sedang mengentertain diri agar terlihat dramatis. Maaf para politisi saya sedang menebak apa yang kira-kira menjadi pikiran Anda.

Jadi ketika tiba-tiba menjauh dan tiba-tiba menjauh anggaplah sebagai sebuah drama 5 tahunan. Ke mana arah koalisi tergantung angin. Dan yang berusaha mendompleng popolaritas politisi dengan mengatasnamakan politik identitas, berbaju agama, sebaiknyanya tidak usah serius nanti malah sakit hati. 

Ajarkan saja masyarakat untuk bertindak jujur, menjauhkan pejabat dari tindakan korupsi dan berbohong. Jangan lantas ikut-ikutan arus politik karena politisi itu sebenarnya tidak benar-benar beragama, agamanya adalah kepentingan yang abadi. Tujuannya pasti kekuasaan. Salam damai Selalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun