Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Suporter, Oh Suporter

29 Juli 2019   12:15 Diperbarui: 29 Juli 2019   12:19 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
penundaan pertandingan PSM dan Persija karena ulah suporter (Tribun Timur - tribunnews.com)

Sebenarnya hari Minggu kemarin,  malam Senin 28 Juli 2019 sudah ada hasil pertandingan final leg kedua Kratingdaeng Piala Indonesia antara PSM Makasar dan Persija. Tapi karena rusuh sebelum pertandingan berlangsung PSSI memutuskan menunda pertandingan agar tidak terjadi insiden kerusuhan yang lebih besar. Sayang sekali sepak bola yang seharusnya menjujung tinggi sportifitas dalam setiap pertandingannya harus tertunda gara- gara suporter yang tidak dewasa dan kolokan.

Watak suporter seperti gambaran kebanyakan masyarakat kita yang tidak mengerti arti sebuah pertandingan. Menang kalah itu biasa. Dalam pertandingan apapun selalu ada yang menang dan kalah. Belum bertanding saja sudah panas oleh kelakuan suporter, bagaimana bisa maju persepakbolaan Indonesia. Dukungan masyarakat pada sepak bola tentunya bukan untuk mengumbar amarah dan membuat kerusuhan yang tidak perlu.

Kalah dan menang itu resiko pertandingan. Para suporter harus dewasa menghadapi pertandingan kalau atau menang. Menang itu sebuah perjuangan setelah melalui proses latihan, latihan dan latihan, mematangkan teknik bermain bola, kekompakan tim dan kerjasama yang baik ditandai dengan profesionalitas melalui posisi yang semuanya saling kerja sama.

gambaran suporter Indonesia, unik seru sekaligus bahaya kalau rusuh (bbc.com)
gambaran suporter Indonesia, unik seru sekaligus bahaya kalau rusuh (bbc.com)

Kalau belum bertanding saja suporter ingin menumpahkan kekesalan bisa jadi akan terjadi tawuran massal dan penyerbuan para suporter tuan rumah untuk menghadang suporter tamu dan imbas nya ngeri!. Padahal suporter diperlukan untuk menghidupkan dan menyemangati pemain saat bertanding. Gemuruh penonton boleh jadi menjadi motivasi kuat untuk menang. Yel -- yel dan joged joged menjadi salah satu bumbu agar pertandingan tampak menarik.

Suporter suporter Indonesia itu sebetulnya menjadi magnet pertandingan, antusiasme penonton membuat adrenalin pemain semakin terpacu. Lihat pertandingan di luar negeri terutama pertandingan bulu tangkis, tenis, dan pertandingan -- pertandingan lain, suporter Indonesia itu serba plus- plus. Di Jepang dukungan  dari tribun penonton penonton flat saja tepuk tangan setelah itu diam, tidak ada teriakan- teriakan khas. Sedangkan di Indonesia begitu antusias sehingga pertandingan menjadi meriah.

Lain dengan suporter sepak bola terutama pertandingan klasik antara Persib(bobotoh) dan dan Persija (The Jakmania), Persija dan PSM, Persebaya dan Persija, Arema dengan Persebaya, Persita (Benteng Viola) dengan dengan Persitara(Batman Mania).

Dari waktu ke waktu suporter menjadi masalah tersendiri. Dalam hati saya sering rindu melihat pertandingan yang penuh antusiasme, menari- menari di tribun dibumbui pertandingan pertandingan, ketika kalah ataupun menang saling bersalaman. Kecewa memang kecewa tetapi kekalahan tetap tidak bisa dihindari. Hanya ada dua pilihan kalau sudah ke final antara menang dan kalah. Yang kalah legowo dan yang menang jangan jumawa. Hidup itu seperti roda kadang di atas kadang dibawah.

Suporter seperti anak nakal yang susah dikendalikan. Mereka terlanjur liar ketika terpancing emosinya. Kebanyakan ABG yang masih labil, masih butuh bimbingan. Kalau yang dewasa dan sadar bahwa pertandingan harus bermartabat maka para suporter tentu akan lebih siap menghadapi segala situasi. Emosi bisa disalurkan dengan teriak sambil mendukung tetapi nuansa kerasnya sebuah pertandingan harus dihilangkan.Toh menjadi suporter itu menjalin persaudaraan, ketemu dengan saudara  sebangsa setanah air berasal dari pulau yang dibedakan secara. Dukungan sepenuhnya saat pertandingan menjadi penyemangat tersendiri.Alangkah indahnya jika suporter tidak galak, tidak suka berkelahi massal, tidak suka membuat provokasi seperti watak wakil rakyat dan partai politik.

Suporter itu menjadi cerminan peradaban sebuah bangsa. Kekayaan besar Indonesia amat sayang jika dibuang- buang begitu saja. Olah raga memberi pesan moral untuk menerima konsekwensi dari sebuah kontestasi. Kalah dan menang. Menang menjadi sebuah tujuan, kalah adalah sebuah resiko dari persaingan. Ada yang kalah dan pasti ada yang menang. Suporter bisa memberi teman semangat untuk bertanding, secara psikologis membuat bara semangat membara dan menghasilkan hasil yaitu menang, tetapi kalau kalah yang jangan terus meratap karena kegagalan itu adalah bagian dari skenario sukses.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun