Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Semar dan Togog di Mata Rocky Gerung

18 Juli 2019   08:04 Diperbarui: 18 Juli 2019   08:14 1206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Semar dan Togog di Belakang Jokowi dan Prabowo (BBC.com)

Gimik Rocky Gerung saat melihat simbol Semar dan Togog membuat saya sebagai orang Jawa sangat miris dengan kemampuan filsafat dia memahami filosofi wayang (Mata Najwa Rabu, 27 Juli 2019). Rocky hanya melihat perwajahan Semar dan Togog. Bukan nilai- nilai dan simbol dari latar belakang dari dua anak  Sang Hyang Tunggal Yaitu Sang Hyang Ismaya (Semar dan Sang Hyang Antaga (togog) dan satu lagi anaknya Sang Hyang Manikmaya (Bathara Guru).

Sejarah Semar dan Togog

Ada beberapa versi penafsiran dua tokoh itu yaitu cerita yang sudah dikembangkan dan disesuaikan dengan sejarah Jawa dari masa Hindu sampai zaman Sunan Kalijaga. Semar adalah panakawan para satria baik.Dalam cerita versi India dan Hindhu Semar dititahkan untuk mengabdi pada keturunan Sang Hyang Manikmaya yang hidup sebagai raja, satria pendeta yang berwatak baik. 

Bentuk Semar yang berperut besar payudara besar, pantat besar seperti wanita ada sejarahnya. Bentuk semar mempunyai perut yang besar karena menurut cerita Sang Hyang Ismaya berusaha memperlihatkan kesaktiannya dengan menjadi raksasa dan berusaha menelan gunung Jamur Dwipa. Saat gunung sudah tertelan ISmaya kesulitan untuk memuntahkannya sehingga gunung besar itu bersemayam perutnya. 

Lain ceritanya dengan Sang Hyang Antaga (atau Semar yang juga ingin menunjukkan kesaktiannya dengan berusaha menelan gunung jamur Dwipa tapi ia kesulitan menelannya sehingga malah membuat mulutnya robek dan melebar. Selanjutnya bentuk togog adalah pendek dengan bentuk bibir lebar lebih besar daripada tubuhnya yang kecil.

Akhirnya dua dewa itu terutama  Togog yang berbibir lebar mata melotot. Dua -- duanya adalah dewa yang diutus  turun ke bumi untuk mendampingi manusia yang penuh dengan dendam, angkara murka, sombong dan kadang lupa diri  keturunan dari Sang Hyang Manikmaya yang berwatak jahat seperti Dasa Muka dan para raksasa lain yang berwatak angkara. 

Togog selalu berada pada tokoh- tokoh wayang jahat yang ingin mengganggu kenyamanan satria baik seperti Pandawa dalam babat Mahabarata serta Prabu Rama dalam kisah Ramayana. Dari filsafat yang pernah penulis baca tokoh Togog akan selalu mengingatkan pada yang diasuhkan untuk memperhitungkan tindakannya ketika melawan satria. 

Watak raksasa yang cenderung hanya menggunakan okol dan emosinya banyak kelemahannya. Togog selalu memberi peringatan untuk tidak gegabah bertindak dan dipikir benar saat melawan satria- satria tersebut.

Semar selalu memberi wejangan kebaikan. Mengarahkan tuan yang diabdinya untuk ingin pada yang menciptakan, selalu bertindak jujur dan ingat bahwa kesombongan dan keserakahan hanya membuat manusia hancur. Semar selalu memberikan gisi yang baik dari cucuran susu dari payudaranya untuk menelan kebaikan, kejujuran dan watak satria untuk eling dugo kiro (atau hati- hati dalam bertindak) Jadi ingat cerita wayang versi G P Sindhunata Anak Bajang Menggiring Angin).

Semar Badranaya pada dasarnya mempunyai watak bijaksana dan dibalut dengan kata- kata jenaka.

Togog Wijomatri meskipun saat pertengkaran dengan semar dikatai Kegedhen empyak kurang cagak (besar keinginannya tetapi kurang mempunyai perhitungan yang matang).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun