Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Infrastruktur Budaya untuk Negeri yang Gampang Terpedaya Hoaks

8 Juli 2019   10:17 Diperbarui: 8 Juli 2019   10:20 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
budaya untuk enumbuhkan sikap tidak mudah terpedaya oleh ujaran kebencian dan hoaks (cnnindonesia.com)

Pikiran saya tiba- tiba tergagap dan buru- buru saja menangkap kata yang muncul di Opini Kompas Sabtu, 6 Juli 2019. Dalam paragraf awal itu saya menemukan kata infrastruktur budaya dan identitas politik bangsa. Tapi medan pikiran liar saya tentu tertarik dengan kata infrastruktur budaya.

Setelah lima tahun sebelumnya pembangunan infrastruktur fisik berupa jalan tol, jembatan, jalan di perbatasan, bandara terbangun namun dalam perjalanannya banyak masyarakat merasa belum melihat kesungguhan pemerintah dalam memajukan bangsa. 

Mereka terbelah oleh masifnya ujaran kebencian dan hoaks. Bahkan orang- orang cerdas dan pintar yang melek pendidikan terjebak pula dalam berita- berita bohong yang lalu lalang di media sosial. 

Yang terpikirkan kini adalah membangun infrastruktur budaya dengan memperkuat identitas budaya, menggalakkan kembali kegiatan kesenian, meningkatkan kepedulian masyarakat pada budaya literasi membaca dan mengingat kembali sejarah kejayaan bangsa.

Penulis ingat dengan seperangkat gamelan. Mengapa gamelan? Gamelan adalah simbol perbedaan. Dalam setiap perangkat alat musik tradisional itu muncul bunyi- bunyian yang berbeda. Untuk membuat gamelan itu bersuara dalam harmoni maka perlu instruktur yang mengerti partitur dan mampu memberi sentuhan "roso". 

Feeling atau rasa itu hanya terbentuk oleh ketekunan, latihan intensif dan kepekaan menangkap elemen bunyi menjadi suara yang harmoni. Maestro budaya tahu bagaimana menangkap "ngeng" itu sehingga alat gamelan yang berbeda- beda mampu berbunyi dengan bisa saling mengisi.

Di dalam bunyi - bunyian gamelan terdapat struktur kepemimpinan. Kendang akan memainkan iramanya sehingga kapan berhenti, kapan mulai kapan bunyinya melaju cepat tergantung kepemimpinan kendang. 

Fungsi gong yang mengawali dan mengakhiri sebuah pertunjukan irama gamelan amat fital untuk menandakan kapan alur gamelan berawal dan kapan berakhirnya.

Begitu juga dengan bunyi - bunyian lain semisal bonang barung bonang penerus, Kenong, ketuk kenong, Saron, Saron Peking (dengan suara tintingannya yang khas), gender, gambang.

sumber: budayajawa.id
sumber: budayajawa.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun