Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Membaca Novel Sang Penjaga Bahasa

11 Juni 2019   21:12 Diperbarui: 11 Juni 2019   21:15 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pribadi (foto oleh Joko Dwi)

Membaca buku dengan kaver dominan warna oranye ini saya kadang terkikik dengan bahasa yang saya tulis sebelumnya. Tetapi apakah saya menjadi takut menulis?Tentu saja tidak, hanya harus berhati- hati menggunakan kata baku dan tidak baku, menampilkan kata- kata serapan yang pas terutama yang sudah mengalami perubahan agar tidak ditertawakan dokter bahasa.

Penulis Sepatu Dahlan itu rupanya jeli mengubah teori bahasa Indonesia menjadi sebuah karya fiksi ilmiah yang mengasyikkan. Disesuaikan dengan dialog menarik  layaknya karya fiksi  dan tidak disangka selalu menghadirkan kritik pada penggunaan bahasa sebagian penulis (termasuk saya tentunya).

Saat membaca lampiran mulai halaman 328 sampai 435, banyak perubahan terjadi dalam menyusun kata, kalimat, paragraf saat menulis. Dari penambahan dan pengurangan huruf /h/. contohnya penulisan kharisma. Ternyata kharisma cukup ditulis karisma setelah ada perubahan penulisan sesuai aturan KBBI. Dari ingar bingar ke hingar-bingar, risi menjadi risih, rapi menjadi rapih. Tabel dari perubahan dan pengurangan huruf, kemudian melangkah ke varian bahasa penambahan huruf atau pengurangan huruf yang salah.

Majunya Bahasa Maju Pula Budayanya
Terimakasih. Meskipun begitu saya tidak boleh takut menulis sebab jika terus mengulik tabel bahasa bagaimana saya bisa bertahan untuk terus menulis, menulis dan menulis. Sambil sekilas melirik tabel dalam buku ini saat tahap mengedit tulisan, secara tidak sadar menaikkan kadar budaya saya sebab secara tidak sadar seperti disentil oleh Seno Gumira Ajidarma : ... Apa boleh buat, kekacauan bahasa memang berbanding dengan kekacauan budaya, sehingga perbaikan bahasa akan berdampak lebih jauh daripada sekadar rehabilitasi linguistik.(hal 327).

Membaca Kita, Kata dan Cinta saya teringat akan beberapa penulis yang serius membahas tentang penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Anton  Moeliono yang sering muncul di layar TVRI, J.S Badudu, Gorys Keraf, penyusun Kamus Poerwadarminta, Gustav Koesno dan penulis lain yang sering muncul di kolom koran atau majalah yang membahas tentang kesalahkaprahan berbahasa. Di novel itu saya seperti menyelam minum air, sambil beromantika membaca novel bonusnya adalah petuah bahasa dari seorang munsyi seperti Khrisna Pabichara.

DIVA Press jeli membuat novel ini. Penulis memulai petualangan sebagai pengarang dengan menulis 12 Rahasia Pembelajar Cemerlang sukses besar ketika menulis novel Sepatu Dahlan kemudian disusul lagi dengan kumpulan puisi Pohon Duka di Matamu (2014), Natisha, Cinta yang Diacuhkan (2017), Jenderal Kambing (2017), dan Barichalla (2017)

Kiranya buku dengan tebal  440 halaman ini sangat layak menjadi buku pegangan bagi para penulis yang tulisannya bukan hanya sekedar mengungkapkan pendapat atau sekedar membagi ilmu, tetapi lebih- lebih lagi mampu menulis dengan aturan baku bahasa Indonesia yang kaya istilah dan serapan bahasa. Indonesia sangat kaya istilah harusnya kebanggaan itu bukan hanya saat mampu menghadirkan istilah asing dalam artikel kita tetapi juga menampilkan kekayaan bahasa Indonesia. Salam literasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun