Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Jokowi Diam, Jokowi Digugat

31 Mei 2019   05:42 Diperbarui: 31 Mei 2019   06:10 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tribun kaltim.tribunnews.com

Apakah anda pernah mendengar bahwa Jokowi akan melibas pendengkinya, memenjarakan orang yang mengolok- oloknya dan memecat PNS atau ASN yang tidak setia dengannnya. Ia bahkan diam dan tetap bekerja memastikan negara tetap hadir menjaga ibu pertiwi. 

Hampir semua kepala negara di luar negeri memberi semangat pada Presiden yang selalu tersenyum atas segala hinaan yang mampir pada dirinya. Ia menerima segala caci maki atas kekacauan politik yang seolah- olah semua bersumber dari dirinya. Apakah pernah terlihat bahwa Jokowi marah hingga semua yang yang menentangnya diciduk satu persatu dengan pasal ITE, pasal penghinaan terhadap kepala negara atau simbol- simbol negara lainnya.

Ia bahkan tidak pernah berucap untuk menyakiti rakyatnya tetapi banyak pembencinya selalu mengarahkan kebenciannya pada sosok Jokowi yang selalu menyapa rakyatnya entah yang memilihnya dan tidak memilihnya. Akhir- akhir ini bola liar terus bergulir. Bahkan terang- terangan pihak lawan menganggap Jokowi tidak layak menjadi presiden karena mereka merasa sumber kekacauan negara ada pada diri Jokowi. Nama harum Jokowi di luar negeri ditampik sebagian rakyat negeri ini. Mereka yang pernah merasa nikmat dengan kekayaan melimpah negeri ini terus mengompori para pecundang, begal, preman, golputer, ulama radikal, ulama fanatik, tokoh tokoh elite yang kecewa karena dihengkangkan dari kursi jabatannya oleh Jokowi.

Bergemanya Isu Referendum

Isu referendum bergema cuma gara- gara daerahnya menang dan ingin berpisah dengan NKRI. Modale opo ! Isu- isu basi, berita- berita lama sengaja dimunculkan kembali untuk memperkeruh suasana. Saya sebal, muak atas berita simpang siur saat ini bahkan Ramadanpun tidak berpengaruh banyak terhadap perilaku dan akhlak masyarakat yang terbawa dalam cerita- cerita hoaks yang masif di media sosial.

Manusia modern selalu mengangkat isu- isu yang membangkitkan permusuhan. Padahal rakyat sebetulnya sudah menerima apapun, kalah menang dalam pemilu. Toh mereka tetap harus berjuang untuk bisa bertahan di tengah ujian kehidupan yang akan dihadapi sehari- hari. Hanya orang pandai, elite politik terus memasang wajah, sikap, suasana tetap panas. Yang kalah tetap terus mengumandangkan kata curang. Kecurangan dilakukan secara Masif, Sistematis dan Terstruktur. Berat! Berat benar kata- kata yang dilontarkan.

Ada Sengkuni  Sengkuni yang terus berkeliaran menggemakan kata Kedaulatan Rakyat, People Power seakan- akan rakyat kecewa atas penyelenggaraan pemilu yang tidak fair. Padahal layaknya politik yang menggunakan cara- cara ganjen dan curang adalah politisi dengan ambisi lebih untuk duduk di parlemen. Partai- partai tidak terkecuali oposisi terus melestarikan politik uang untuk membeli suara rakyat. 

Siapa yang curang ya semuanya, politisi yang berambisi menang tanpa perlu susah- susah merawat kepercayaan pada rakyatnya. Mereka tentu yang mempunyai segepok uang untuk menyogok rakyatnya. Tidak usah menuding siapa partainya dari oposisi atau pemerintah semua andil. Jadi siapa yang curang sebetulnya ya elite politik yang ingin duduk kembali sebagai wakil rakyat.

Kalau akhirnya yang tanpa modal bisa melenggang itu karena mereka dipilih oleh kesadaran rakyatnya yang muak dengan perilaku norak wakil rakyat sebelumnya, tidak bekerja, bergaji tinggi tetapi tidak banyak karya yang dihasilkan. Ada sebagian rakyat yang penting memilih karena mereka tidak tahu siapa sih sebenarnya yang ingin dipilih.

Merenunglah Para Penghujat

Kalau boleh usul sebaiknya semua yang membuat kekacauan negeri ini merenunglah. Tidak ada untungnya saling menuduh, perhelatan sudah usai, pemenangnya sudah jelas tetapi masih terus diperkarakan. Kalah ya kalah... saatnya mereka meneliti diri bagaimana bisa kalah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun