Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Maafmu Tidak Pernah Cukup Andre Taulany

6 Mei 2019   08:01 Diperbarui: 6 Mei 2019   08:05 917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Andre Taulany mejadi bahan gunjingan netizen karena dianggap menghina dua ustad dan videonya tahun 2017 dianggap menghina Nabi (sumsel.tribunnews.com)

Andre kau tampak semangat ketika tanggal 13 April 2019 ikut konser putihkan GBK di Senayan. Bersama barisan- barisan artis kau memberi semangat kami untuk memeriahkan konser hingga GBK sesak penuh oleh orang-orang yang mendukung Bapak Jokowi menjadi Presiden untuk yang kedua kalinya. Bagi yang melihat di layar televisi kamu, aku adalah cebong.

Hati- Hati dalam Berkata dan Bercanda

Tidak semua yang melotot di layar televisi atau streaming di youtube adalah penggemar setiamu. Mungkin diantara banyak netizen ada yang sudah mulai dendam dan mencari kesalahan -- kesalahan karena kau adalah kecebong yang layak dicaci dan dibully. 

Mereka mencarimu, menunggumu terpeleset. Karena dengan demikian dendam akan terlampiaskan gegara tidak sekubu dengan mereka. Entah, kenapa dendam begitu dipelihara. Atas nama politik semuanyanya menjadi serba salah. Berkata salah berucappun salah. 

Banyak manusia yang merasa suci hingga mencari cari untuk menerkam bila seseorang melakukan kesalahan. Satu dua kata cukup untuk menggiring dan memperkarakan ke meja hukum. Kata itu amat efektif untuk menjerat public figure. 

Ahok sudah menjadi korban dan masih banyak korban yang akhirnya mendekam gara- gara semangatnya netizen mengorek-orek dosa public figur.

Bahkan sesama selebritis Jihan Fahira (istri Primus Yustisio)merasa marah besar atas candaan Andre 2017 lalu.  Ia merasa Andre keterlaluan membuat candaan yang dianggap menghina nabi Muhammad.Berikut petikannya:

"Dulu aku pernah baca kisah jadi Nabi Muhammad dulu, dia tuh aromanya 1.000 bunga, jadi berawal dari situ sih, kalau kita bisa wangi kenapa nggak?" ujar Virzha.

"Wangi, memberikan kenyamanan kepada orang-orang," timpal Sule.

Di sela-sela pembicaraan itu, Andre lalu melontarkan candaan. Candaan itulah yang kemudian dinilai sebagian orang menghina Rasulullah SAW.

"Aromanya 1.000 bunga? Itu badan apa kebon?" ujar Andre.    

Hati hati di zaman media sosial ini banyak orang mendadak menjadi hakim bagi lidah- lidah yang keplintir. Mulutmu harimaumu, tulisanmu bisa menjadi belati bagi dirimu sendiri. Minta maaf saja tidak cukup, karena dendam netizen akan terpuaskan jika seseorang telah masuk di jeruji penjara.

Kadang manusia seperti saya menjadi bingung mengapa bermunculan orang- orang yang merasa suci, menjadi hakim bagi orang lain, menjadi wakil Tuhan yang bisa menentukan besar salah seseorang karena dianggap melecehkan agama, melecehkan pesohor yang kebetulan pemuka agama.

Pemuka agamapun amat sensi, terlalu ingin merasa jauh tinggi sehingga namanya saja harus terhormat, sejajar dengan nabi yang harus dihormati. Saya, mereka yang merasa manusia biasa harus hati hati dalam berwicara, sebab terpeleset sedikit fatal akibatnya. 

Mungkin pemuka agama itu sudah memaafkan tetapi pengikut pemujanya menganggap dosa besar bila menyentuh dan menghinakan idolanya.

"Kita pernah ke tempat yang gak perlu pakai batik, kita malah pakai batik," ujar Jovial da Lopez.

Setelah itu, Andovi da Lopez pun membongkar perihal kesukaan sang kakak, Jovial da Lopez yang suka dengan sepatu.

"Ka Jo itu suka memakai sepatu-sepatu tertentu, satu merek tertentu," ujar Andovi da Lopez.

Lantas, Sule pun melempar pertanyaan kepada sang bintang tamu terkait merek sepatu yang biasa dipakainya.

"Punya, tapi paling suka yang ini (sepatu yang dipakai)," jawab Jovial da Lopez.

"Jadi, ke mana-mana yang dipakai yang ini?" tanya Sule. "Kalau acara yang pasti bakal kelihatan banyak orang, pakai yang ini," tambah Jovial da Lopez.

"Kenapa? Apa kamu di-endorse sama sepatu ini?" tanya Sule lagi.

"Sama sekali enggak. Jadi, biar makin melekat aja image bahwa gue suka brand ini, gitu," jawabnya lagi.

Tak lama kemudian, Andre Taulany tiba-tiba nyeletuk.

Andre Taulany melemparkan candaan dengan menggabungkan nama Ustaz Abdul Somad dan Ustaz Adi Hidayat menjadi sebuah merek sepatu.

"Karena memang Le (Andre menyapa Sule), merek Adi Somad itu," celetuk Andre Taulany.Cuplikan pembicaraan Andre Taulany saat melontarkan lawakan spontan di Ini Talkshow.sumber :kaltim.tribunnews.com)

Pintu maaf tidak akan pernah cukup karena mereka akan menganggap salah ya salah, proses hukum tetap harus berjalan. Jangan songong, merasa sudah kaya dengan jualan kata. Banyak mata- mata yang akan menerumuskan kita jika terlalu mengumbar kata, apalagi kata- kata yang melecehkan.

Netizen Indonesia yang Super Sensitif

Andre Taulany, Ketika kau sedang dalam puncak ketenaranmu, badai, angin amat besar menerpamu, semau mata melihatmu. Masa lalumupun akan menjadi rekaman sejarah yang akan dicatat oleh netizen. Ketika kau berada di tempat yang salah pada pilihan yang tidak tepat berjajar tentara moral yang siap membidikmu. 

Apalagi di tahun politik ini di mana banyak pemuka agama terbelah untuk saling klaim dukungan. Selincah kau bercanda seperti tupai yang meloncat akhirnya akan terkapar juga di tanah. Dua tiga kata yang cukup untuk menjatuhkanmu dari ranting- ranting yang rapat.

Karena kau kecebong dan yang sedang kau hadapi adalah kampret maka cinta mereka saat melihatmu tentu akan menjebakmu dalam pusaran kasus hukum.Negara ini sedang sensitive, apa- apa dikaitkan dengan agama, apa- apa dikaitkan dengan hukum, apa- apa dikaitkan dengan politik. 

Nama-nama yang biasa kau pungut dalam candaanmu harus kau lihat detail, jangan sampai nama- nama pesohor apalagi pemuka agama kau sebut sembarangan. Lebih fatal lagi jika nabi kau jadikan becandaan, buipun sudah melambai- lambai. Walapun candaanmu sudah dahulu kala tapi jejak digital akan mencari sampai ujung langit.

Netizen dan Bom waktu Polarisasi Masyarakat

netizen menjadi pengamat kritis bagi siapa saja yang melenceng dalam berkata- kata (nasiaonal.kompas.com)
netizen menjadi pengamat kritis bagi siapa saja yang melenceng dalam berkata- kata (nasiaonal.kompas.com)

Masyarakat yang super sensi terutama netizen yang terpolarisasi karena politik dan agama memang bisa menjadi bom waktu bagi konflik sosial yang berlarut- larut. Secerdas dan setenar apapun tidak akan sanggup menghadapi bahasa emosi dan alasan- alasan prinsip jika sudah menyentuh keimanan dan agama. Maka hati- hati jika bercanda. 

Seagamapun jika beda pilihan politik akan mendapat serangan masif, terstruktur. Manusia sekarang lebih suka menghakimi kesalahan orang lain tetapi lupa untuk introspeksi diri. Ibaratnya semut di seberang lautan tampak, gajah dipelupuk mata tak terlihat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun