Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Tulisan Politik Cenderung Memaki Budaya Hadir Mengingatkan

24 April 2019   07:17 Diperbarui: 24 April 2019   07:27 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : https://en.wikipedia.org/wiki/Data_warehouse

Ada dua sisi dalam genre tulisan saya kali ini. Ketika bicara tentang politik saya akan tulis di blog sebelah (pepnews) sedangkan jika sedang menulis budaya dan sisi humanioranya saya menuliskannya di Kompasiana. 

Saya pernah (sedang) menulis politik dan asyik memang, sebab sensasinya untuk memaki dan menjelek- jelekkan orang memuaskan jiwa, tetapi sebetulnya ada jeritan hati nurani ketika saya tanyakan lewat permenungan, meditasi ataupun semacam introspeksi diri.

Pertaruhan Nurani Penulis

Ketika saya memaki tentang seseorang yang halusinasi karena ngebet ingin menjadi presiden, meskipun puas bisa mentertawakan tingkahnya tetapi lalu ada perasaan bersalah, mengapa harus ikut-ikutan memaki dan mengolok- oloknya. 

Bukankah jika saya dalam posisi sama dengan beliau kegalauan tingkat dewa akan mendera. Bisa jadi saya sudah lebih dahulu gila. 

Beliau pasti orangnya tangguh karena sudah kenyang pengalaman kalah, kenyang dimaki dan diolok- olok, Saya jika diperlakukan begitu mungkin sudah gantung diri di pohon taoge hehehe saking stres dan sedihnya.

Memaki- maki di kotak suara dengan sok-sokkan menjadi analis dan mencoba menjadi pengamat politik sungguh sebuah keberanian. Beberapa artikel saya nagkring di Highlight ada beberapa yang Headline, tetapi ada semacam kontra bathin yang mendera ketika saya ikut- ikutan memaki. 

Sekarang saya ingin menyudahi kecamuk pikiran dengan menulis tentang humaniora, menulis dari sudut pandang budaya.

Menulis Berbagi Ilmu dan Tuntunan

Menulis itu memang bukan sekedar mengeluarkan unek- unek, tetapi harus juga mampu memberi masukan atau tuntunan tanpa harus menggurui. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun