Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cacat Pikir dan Cacat Akal Lebih Menyedihkan daripada Cacat Fisik

9 Oktober 2018   11:04 Diperbarui: 12 Oktober 2018   19:12 1084
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : id.kisspng.com

Pembukaan Asian Para Games hari Sabtu kemarin berlangsung cukup mengharukan. Kompetisi olah raga yang diikuti oleh orang-orang  difabel. Istilah dulu dikenal dengan  tuna grahita, tuna rungu, tuna daksa, tuna netra dsb. Semangat berkompetisi di tengah kekurangan fisik yang mereka miliki patut diacungi jempol. Berjuang habis-habisan untuk menjadi juara bagi manusia normal saja butuh waktu bertahun-tahun untuk meraih hasil maksimal, apalagi pada mereka yang kebetulan mengalami disabilitas. Tentu perjuangannya lebih berat dan butuh semangat ekstra.

Semangat yang membara untuk merengkuh juara menjadi perpanjangan nafas bagi mereka yang tidak sempurna secara fisik. Tetapi setiap manusia pasti diberi kekuatan lebih untuk memaksimalkan kemampuan dengan semangat jiwa yang tidak terbatas. 

Mereka hanya cacat fisik, jiwa mereka sehat sehingga meskipun ada keterbatasan gerak namun tidak mengendorkan semangat untuk maju dan menjadi pemenang. Nick Vujicik, dengan segala keterbatasannya mampu membuktikan bahwa cacat bukan halangan. 

Halangan terbesar adalah kemalasan, penuh keluhan, selalu protes, dan tidak menghargai hasil karya orang lain. Apalagi dibumbui dengan menebarkan berita-berita hoaks agar mampu melenggang, terkenal dan akhirnya menang meskipun dengan cara-cara licik dan berbohong.

Cacat Pikir dan Naluri Bohong Manusia  Normal

Logical Fallacy bisa bermakna cacat pikir sering menyerang manusia untuk mempertahankan idiologi politiknya. Kecenderungan cacat akal karena  manusia lebih memegang ego pribadi daripada berpikir jernih tentang baik buruk pribadi orang lain.  Lebih menyedihkan memang  jika manusia sudah cacat pikir dan cacat akal. 

Meskipun dia cerdas, berpendidikan tinggi orientasi pikirannya hanyalah mencoba memenangkan diri sendiri dan kroninya. Ia seperti hidup dalam komunitas yang hanya melihat cacat orang lain tanpa pernah melihat bahwa dirinya sendiri juga banyak kekurangannya. Apalagi jika sudah masuk sebuah dunia bernama politik. 

Jebakan demi jebakan, skenario demi skenario dimainkan demi memenangkan sebuah kompetisi memperebutkan kekuasaan.Cacat pikir dan cacat akal akan cenderung membuat masalah semacam debugging atau masalah menjadi sulit diatasi.

Yang terpampang dalam gelaran kontestasi pemilihan presiden di Indonesia seperti menegasikan bahwa untuk bisa menang segala cara harus dilakukan, apalagi melawan petahana yang masih mendapat suara dukungan banyak dari rakyat. Mereka akan berusaha menurunkan kredibilitas petahana dengan serangan- serangan khusus. 

Serangan itu dengan menyisipkan cacat ideologi yang membuat negara terpuruk. Contohnya komunis. Dulu di jaman orde baru pemerintah selalu menekankan dan memperingatkan akan bahaya laten yang akan menyerang masyarakat Indonesia. Bahaya laten itu adalah komunisme. Yang terus selalu diulang dan terus diulang untuk mengingatkan betapa kejam komunis, dengan penayangan film G 30 S PKI. 

Tayangan yang berulang itu seperti menggiring opini masyarakat bahwa tidak ada ancaman terbesar selain komunisme yang begitu keji membunuh orang --orang yang tidak bersalah. Padahal ancaman tidak hanya komunis, ekstrem kanan, radikalisme, juga telah memakan banyak korban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun