Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Antara Sial, Keberuntungan dan Kurangnya Perencanaan Hidup

13 Juni 2018   22:02 Diperbarui: 13 Juni 2018   22:20 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesialan sering membuat pusing kepala (teotrandafir.com)

Situasi Sulit yang Membuat Baper

Apakah sial itu ada dalam hidup anda? Barangkali tidak ada itu hanya mitos itu hanya yang dilebih-lebihkan. Tapi Ketika bertubi-tubi menerima kenyataan bahwa hidup selalu dalam perundungan ketidakberuntungan, rejeki menjauh dan selalu tidak terpilih dalam sebuah kompetisi apakah itu namanya bukan sial.

Saya pernah merasakan situasi yang benar --benar membuat kepala mau pecah.  Berharap mendapat anugerah karena mengikuti kompetisi menulis, sudah merasa total dalam mencari sumber cerita agar kumpulan tulisan itu menemukan keberuntungan, dan tetap setia meskipun  bertahun tahun menulis di sebuah platform blog. Tapi dalam rentang waktu yang cukup lama itu nasib baik belum menghampiri saya untuk menikmati buah ketekunan dalam menulis itu.

 Malah ketika semangat menulis sedang membara ujian datang dari keluarga mempertanyakan apa sih manfaat menulis, sekedar dikenal, sekedar mendapat nama, tapi tidak membuat keluarga menjadi sejahtera malah tambah masalah karena waktu menulis telah menjauhkan komunikasi dengan keluarga. 

Dan bahkan saat bersamaan, ketidakberuntungan datang silih berganti sehingga keterpurukan seperti menjadi teman setia yang tidak pernah menjauh dari kehidupan saya. Umpamanya pas lebaran, orang-orang semangat bicara tentang pulang kampung tetapi saya tepekur, duduk sambil menulis dan mengungkapkan rasa bahwa bulan ini begitu berat bagi saya. 

Tidak menerima THR, tidak beruntung saat berkompetisi dalam menulis, ATM tidak aktif saat ingin menarik dana dan ketika yakin bisa diurus di bank terdekat tetapi sambar geledek ternyata semua bank sudah tutup karena cuti bersama. Uang di kantong tinggal recehan dan tidak terbayang bagaimana melewati hari libur tanpa uang di tangan. Rasanya kepala mau pecah, kelopak mata memerah dan hati seperti diiris-iris. Mau menangis malu, tetapi jika tidak diekspresikan perasaan nelangsa seperti membelenggu jiwa, ditambah keluarga tidak mau tahu tentang bagaimana sulitnya mencari uang.

Doa yang Menjadi Penenang Jiwa

Yang ada akhirnya lari saya hanyalah berdoa. Ya Tuhan Jauhkan dari segala kesialan yang menimpa.  Apakah kesialan itu akibat akumulasi keteledoran manusia, menggampangkan masalah dan tidak tekun dan kurang kerja keras. Bisa jadi ada benarnya ada salahnya. Kesialan itu bisa diantisipasi bila manusia itu harus mampu merencana, mengatur keuangan dan memprediksi kemungkinan, kemungkinan yang terjadi di masa mendatang.  Salah satunya adalah dengan menabung untuk mengantisipasi saat situasi keuangan benar- benar seret. Jika kemungkinan-kemungkinan sial itu jauh-jauh hari sudah bisa diprediksi tentu akumulasi kesialan tidak akan terjadi.

doa dan menikmati alam bisa mengobati perasaan stres karena sial (dokumen pribadi)
doa dan menikmati alam bisa mengobati perasaan stres karena sial (dokumen pribadi)
Setelah berdoa  hati dan pikiran menjadi  tenang saya  mencoba memaknai kesialan sebagai sebuah pembelajaran hidup.  Barangkali kesialan itu ada karena saat memiliki keberuntungan manusia menjadi lupa diri, terlalu menghamburkan uang, terlalu larut dalam kegembiraan namun lupa bahwa manusia itu selalu akan mengalami berbagai ujian.

 Dalam tulisan lalu saya menulis tentang Manusia Tanpa Penderitaan itu Hoaks. Ya tidak ada manusia yang tidak pernah mengalami penderitaan. Penderitaan itu baik besar maupun kecil akan selalu dialami oleh manusia. Baik orang kaya maupun miskin pernah mengalami penderitaan. Salah satu penderitaan itu adalah kesialan, ketidakberuntungan dan kesedihan yang bertubi- tubi datang.

Ujian Kehidupan Sebagai Pendewasaan Manusia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun