Sebagai laki-laki yang dibesarkan di rumah kontrakan. Rumah kontrakan yang sederhana menjadi sempit akibat tumpukan buku-buku yang tertata rapih. Bau apek, khas dari  reaksi kimia antara kertas, tinta, dan lem yang terurai oleh waktu, sudah melekat dalam setiap hirupan nafas. Pemandangan seorang ayah yang tengkurap dengan bantal di dada sembari membaca buku adalah kenangan yang melekat hingga saat ini. Masih teringat untaian warisan kata dari ayah, "ayah ini orang yang tidak bisa mewarisi harta kekayaan, hanya buku-buku ini yang dapat ayah warisi ke anak-cucu nanti". Benar saja, buku-buku tersebut masih saja bertumpuk di lemari panjang tak begitu tinggi.
Mulai dari buku terbitan tahun 1928, Islam dan Sosialisme karya Hos Tjokroaminoto, Buku Notulensi Sidang Konstituante tahun 1957, serta buku tebal Di Bawah Bendera Revolusi Jilid I Â tahun 1964 kesemuanya masih terawat untuk dibaca. Selain buku-buku tersebut, tentu terdapat buku-buku lainnya. Buku-buku bertema sejarah, spiritual, motivasi, manajamen, fiksi, otobiografi tokoh, novel, dan ensiklopedia menjadi pustaka-pustaka. Buku-buku tersebut yang dulu kuanggap sebagai benda membosankan, kini terasa hangat mengisi kapasitas kepalaku. Aku dengan sadar bersyukur memiliki kenangan dan warisan yang membentuk pandangan, kecakapan berpikir, dan keberanian bertanya semua itu dari tumpukan pustaka itu.Â
Kali ini giliranku, memberikan pemandangan membaca pustaka kepada anak-anakku, menyajikan tumpukkan buku-buku sebagai asupan nutrisi isi kepala mereka. Kegiatan membaca buku yang tak hanya lewat nasihat, tapi sebagai bentuk kebiasaan seorang ayah yang disaksikan oleh anak-anaknya. Walau di era mereka, buku digital akan merajai namun aroma khas reaksi senyawa kimia dari kertas buku akan mereka rindukan. Pustaka yang menjadi pusaka di dalamnya, karena aku yakin, dari perpustakaan kecil di rumah nilai-nilai untuk bekal hidup akan tumbuh.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI