"Bagaimana kabar orang tuamu ? ibu dengan susah payah membesarkanmu agar kau tidak bernasib sial seperti kedua kakakmu" aku kini meminum kopi hangat yang seharga uang makanku sehari, sial pikirku kenapa kopi ini begitu mahal.
Ia menghisap rokoknya dalam-dalam dan menghembuskan asapnya sebelum bicara "Ibuku telah meninggal, dan ayahku terkena stroke, dia tidak bisa melakukan apa-apa selain berbaring dan mengedipkan matanya. Aku terpaksa harus bekerja, tapi apa yang bisa ku kerjakan selain pekerjaan ini aku hanya wanita miskin yang putus sekolah"
"Dah.." aku mencoba menyebut namanya sebelum dia menghentikanku
"Namaku sekarang adalah Dinda" ujarnya saat menyelaku
"Dinda ? Diah lebih indah di telinga, aku bisa menolongmu, apakah bisa kau.."
"Cukup mas.. aku kira kau tidak perlu menolongku, mungkin kita sama-sama telah hidup dalam dunia malam akan tetapi aku berbeda dengan mu, aku berada disini karena aku yang membutuhkan kehidupan ini" ia berhenti menghisap rokoknya dan memandangku serius.
"Akupun juga membutuhkan kehidupan malam ini tapi aku sadar tidak selamanya kita bisa dalam malam, tidak selamanya kita harus bersembunyi-sembunyi mencari kebahagiaan." selaku
"Kau hanya membutuhkannya karena kau tidak punya tempat untuk melampiaskan nafsumu, sedangkan aku membutuhkannya untuk menyambung hidupku. Aku sudah mendapatkan kutukan kehidupan malam karena kedua kakak ku yang tolol tapi tidak dengan kau, kau hanya tersesat dalam jalanmu. Mungkin kau bisa kembali ke jalan yang benar dengan seluruh kebaikanmu di masa lalu tapi tidak denganku, tidak ada kebaikan dalam diriku lagi mas" kini matanya lebih serius dibandingkan sebelumnya.
Aku mencoba mencari kata, memang telah lama aku mencari dia selama ini tapi aku tidak menyangka akan seperti ini aku bertemu dengannya. setelah pertemuan kami yang penuh diam semalam aku secara tidak sengaja melihat foto ibu Nani tetangga lamaku dan saat itu aku tahu bahwa Dinda adalah Diah, si bungsu penjual donat manisku.
"Sudahlah mas, aku bukanlah anak gadis penjual donat yang dulu kau kenal, aku hanyalah seorang perempuan malam, jika kepuasan nafsu yang kau cari maka temuilah aku namun jika cinta yang cari kau tidak bisa mendapatkannya dariku" setelah itu dia pergi meninggalkan ku. Aku hanya duduk termenung memandangi selusin donat yang tertata rapih di dalam kotak danmemakannya kembali. Mungkin memang benar nasib ku dengan perempuan memang selalu sial.
Pagi selanjutnya aku mulai seperti biasa, membuka HP dan melihat berita online, sebuah kabar berita menarik perhatian ku dengan judul seorang perempuan malam terbunuh oleh teman kencannya. Menurut berita itu sang pelaku mengaku kesalkarena dihina oleh sang perempuan malam, katanya sang pelaku tidak terima di bilang bau oleh si perempuan malam. Aku tersenyum geli dan berkata dalam hati "Semoga itu bukan kau Dinda"