Mohon tunggu...
Dwi Anita Ainur Rohmah
Dwi Anita Ainur Rohmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - ada

cintai cara hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Masa Karantina

24 Oktober 2021   18:34 Diperbarui: 24 Oktober 2021   18:35 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

     Pada awal tahun 2020 di negara Indonesia dihebohkan oleh virus covid-19. Virus ini mudah sekali menyebar. Virus ini pertama kali muncul di Wuhan, salah satu kota di China. Simpang siur kabar soal sumber kemunculan virus ini, mulai dari makanan hingga hewan-hewan unggas. Hal ini dikarenakan belum adanya informasi jelas soal asal muasal kemunculan virus tersebut, virus corona dapat ditularkan dari manusia ke manusia yang terinfeksi. 

Bahkan virus itu bisa saja menempel di salah satu tempat dekat pasien corona. Tetapi Indonesia saat itu belum ada yang terkena virus corona, jadi kehidupan masih berjalan dengan lancar dan normal. Sampai suatu hari ada berita ada yang terkena covid-19 dan disitu mulai heboh, mulai banyak yang tekena covid. 

Waktu itu saya sebagai pelajar kelas 11 dan posisi saya berada di pondok jadi tidak begitu tau tentang hebohnya virus ini. Sampai pada akhirnya, tepatnya bulan maret kita diberi tahu (pengumuman) bahwa sekolah diliburkan selama 2 minggu. Disitu saya dan teman-teman saya sangat bahagia karena dibolehkan pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, ternyata dilingkungan saya belum terlalu percaya dengan adanya virus corona ini karena masih sedikit dan belum ada yang terkena di desa saya. Tetapi keluarga saya masih menjalani protokol kesehatan yang disarankan oleh badan WHO waktu itu.

     Sampai berjalannya waktu kurang lebih 2 minggu an, disitu saya senang karena sebentar lagi akan masuk sekolah ternyata ada pemberitahuan masuk sekolah diundur lagi sampai keadaan ini normal kembali. Dan memang semakin banyak warga indonesia yang terkena covid-19. Waktu itu ada pengecekan suhu di pasar, dan tepatnya lagi nenek saya bekerja di pasar tersebut otomatis nenek saya juga ikut dicek suhunya. Dulu kan kalau suhu nya diatas 40 dan berwarna merah pasti sudah dicurigai terkena virus corona. Ternyata ada beberapa orang yang dipasar itu suhunya sekitar 40 an termasuk nenek saya. 

Disitu nenek saya langsung disuruh pulang dan di swab apakah benar dugaan mereka kalau nenek saya terkena covid. Nenek saya yakin tidak terkena karena memang tidak ada gejala yang menandakan itu corona. Beberapa hari kemudian baru keluar hasil swab nya. Saya memang tidak tinggal satu rumah dengan nenek saya karena itu nenek dari kakak ipar saya. Sekitar jam 8 malam kakak saya di telfon ibunya untuk ke rumahnya. Kebetulan rumah saya dan kakak ipar saya dekat. 

Difikiran satu rumah saya itu mungkin ya cuma mau ketemu aja dan tidak ada yang penting. Sampai jam 10 malam kakak saya pulang dan menangis, kita seisi rumah kaget dan ternyata hasil swab nenek sudah keluar dan positif corona. Disitu ibu saya nangis dan saya sama ayah saya kaget karena belum ada di desa saya yang terkena corona. Ibu saya menyuruh kakak untuk tinggal dirumahnya sementara karena untuk penenang kakeknya karena pasti akan merasa sangat sedih. 

Malam itu juga semua disuruh mandi oleh ibu sampai seprai,sarung bantal, sarung guling dicuci karena takut terkena corona. Karena sebelumnya kita berhubungan langsung dengan nenek. Keesokan harinya ternyata nenek saya dibawa ke salah satu rumah sakit di daerah saya untuk menjalani isolasi mandiri. 

Disitu satu desa langsung heboh karena belum ada yang terkena corona dan tetangga pun tidak ada yang berani untuk berkunjung. Ternyata keluarga saya dan keluarga kakak saya di swab untuk memastikan apakah kita juga terpapar virus itu. Alhamdulillah nya 2 keluarga tersebut hasil tes nya negatif semua. 

Tetapi kita disuruh karantina mandiri selama 2 minggu, tidak boleh keluar,keluyuran hanya boleh keluar untuk berjemur saja. Ibu saya bingung karena kan tidak boleh keluar otomatis tidak punya bahan untuk dimasak. Dan akhirnya ada tante saya yang baik hati mengirimkan belanjaan kadang makanan, meskipun itu mereka juga sangat was-was terkena corona.

     Selama karantina 2 minggu itu, kita sekeluarga rajin berjemur, olahraga, sampai waktu berjemur kita gunakan untuk bermain badminton untuk menghilangkan kebosanan. Tidak ada yang berangkat bekerja karena takut akan menyebarkan virus meskipun kita sudah dinyatakan negatif corona. Dan 2 minggu itu nenek saya sudah dinyatakan negatif tapi belum boleh pulang karena masih ada tes ke-2 memastikan agar benar-benar sudah aman. 

Setelah tes ke-2 dan hasilnya negatif, nenek saya sudah diperbolehkan pulang tapi diberi pesan untuk karantina mandiri dirumah dulu. Saya merasa 2 minggu itu paling lama dari minggu-minggu yang lain karena hanya berdiam diri dirumah. Dari situ kita semua belajar jangan pernah menyepelekan hal, baik itu hal kecil maupun hal besar. Dan kita yakin pasti ada hikmahnya dibalik itu semua.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun