Mohon tunggu...
Dwi Klarasari
Dwi Klarasari Mohon Tunggu... Administrasi - Write from the heart, edit from the head ~ Stuart Aken

IG: @dwiklara_project | twitter: @dwiklarasari

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Selain Produk Berkualitas, Mas Tanji Juga Bermodal Keramahan dan Kebaikan

16 Agustus 2021   13:08 Diperbarui: 20 Agustus 2021   11:06 1329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mas Tanji di samping sepeda motornya yang dipenuhi kontainer/keranjang berisi tempe, tahu, dan aneka dagangan (Foto koleksi Muhamad Nurtanji)

Ternyata kerja kerasnya tidak berhenti sampai di tahun ke-3. Remaja yang semasa kecilnya bercita-cita menjadi prajurit TNI ini harus tetap berjualan bahkan setelah mengantongi ijazah SMA.

“Sebenarnya usaha itu saya lakoni sebagai batu loncatan. Saya lulus SMA saat masa transisi 97-98 ketika terjadi reformasi (ditandai Peristiwa Mei 1998, penulis). Tahulah, saat itu sangat sulit bagi lulusan SMA untuk mencari pekerjaan,” ktanya. Tersirat kegetiran dalam cerita Mas Tanji saat mengenang masa remajanya.

Begitulah. Mas Tanji tetap keliling jualan tempe seraya berusaha melamar pekerjaan berbekal ijazah SMA. Konon, dia sempat menjadi pekerja lepas sebagai pengepak majalah di sebuah perusahan di kawasan Kebayoran, Jakarta Selatan. Kebetulan waktu kerjanya siang hari, jadi bisa dilakukannya usai berjualan.

Ketekunan dalam Berdagang

Sebagian orang beranggapan jualan keliling bukan jenis usaha yang menarik, dan cenderung menjadikannya pilihan terakhir. Sebaliknya, Mas Tanji teguh dan tekun menjalaninya.

“Awalnya memang pekerjaan ini saya lakukan dengan agak terpaksa, tetapi lama-kelamaan saya menikmatinya. Berjualan tempe keliling membuat saya dapat bertemu banyak orang dengan berbagai sifat dan karakter,” ujarnya.

Tujuh hari seminggu Mas Tanji rutin berjualan. Dalam “kalendernya” tidak ada jadwal khusus untuk libur. Setiap pagi pukul 6.30 dia sudah berangkat dari rumahnya di Kelurahan Beji, Depok, dan sekitar pukul 11.30 atau maksimal pukul 12.00 dia sudah kembali.

Rute yang ditempuhnya relatif tidak berubah. “Jangkauan keliling saya adalah wilayah Beji Timur (Kompleks Poltek dan Kujang Depok Jaya) dan sekitar Depok I,” tuturnya.

Perihal modal, Mas Tanji mengaku tidak dapat mengingat dengan pasti karena awal berjualan dia mengambil tempe dari bapaknya. Pada akhir hari dia menyetorkan hasilnya setelah dikurangi komisi. Seiring berjalannya waktu—belajar dari sang bapak—dia pun bisa memproduksi tempe sendiri.

“Tapi suatu ketika harga bahan baku (kacang kedelai) tidak stabil bahkan naik sangat tajam. Kalau memproduksi tempe dalam jumlah sedikit, “hitung-hitungan” antara modal, waktu dan tenaga tidak masuk. Akhirnya, saya putuskan untuk mengambil tempe dari teman. Kebetulan kualitasnya tidak jauh berbeda,” kisahnya. 

Perlahan-lahan ketekunan Mas Tanji membuahkan hasil. Selama hampir tiga dekade, usahanya terbilang mengalami kemajuan.

Jika dahulu hanya menjajakan tempe, sekarang bisa menjual banyak jenis dagangan. Selain tempe dan tahu, dia juga menjual hasil olahannya seperti keripik tempe dan tahu bakso. Dibawanya pula lauk kreasi sang istri, seperti botok dan pepesan; juga sejumlah barang dagangan titipan, seperti sambal pecel khas Blitar serta beragam jenis kerupuk dan keripik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun