Mohon tunggu...
Dwi Klarasari
Dwi Klarasari Mohon Tunggu... Administrasi - Write from the heart, edit from the head ~ Stuart Aken

IG: @dwiklara_project | twitter: @dwiklarasari

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tanda-tanda Orang Ingin Bunuh Diri dan Cara Menolongnya

19 November 2020   15:37 Diperbarui: 19 November 2020   15:40 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Kleiton Santos -- pixabay.com

Bagaimana jika tiba-tiba orang terdekat Anda pamit bunuh diri? Tahukah Anda apa yang harus dilakukan?

Kisah seorang yang mengalami depresi hingga bunuh diri bukan hanya ada di film-film. WHO mencatat ada sekitar 800.000 kasus bunuh diri per tahun. Bunuh diri bahkan menjadi penyebab kematian tertinggi kedua untuk rentang usia 15 s/d 29 tahun.

Fakta lainnya, orang yang punya niat bunuh diri tersebut boleh jadi ada di sekitar kita. Mungkin saja itu saudara, keluarga, atau sahabat kita. Namun, kebanyakan orang tidak menyadari situasi dan kondisi ini. Demikian pula yang pernah saya alami.  

Ketika Saya Berhadapan dengan Orang yang Ingin Bunuh Diri 

Sekalipun bukan psikiater, entah kenapa kerap kali saya menjadi tempat curhat bagi saudara dan sahabat. Isi curhat mereka bervariasi, mulai masalah remeh-temeh sampai hal-hal yang memicu niat bunuh diri. Niat bunuh diri sempat membuat penulis merasa ngeri! Setidaknya ada tiga orang yang pernah menyampaikan niatnya bunuh diri kepada saya.

Orang pertama menyampaikan niatnya pada tengah malam melalui sambungan telepon. Sahabat, yang terdengar dari suaranya dalam kondisi mabuk, berkata bahwa dia sedang berdiri di pinggir jalan (entah jalan mana) dan siap menabrakkan diri kalau ada mobil melintas. Tentu saja penulis sangat ketakutan!

Begitu pun tidak ada yang bisa penulis lakukan selain menasihatinya seraya berdoa dalam hati sampai sambungan telepon terputus. Semalaman penulis merasa khawatir tapi tidak tahu harus berbuat apa selain berdoa. Syukurlah, esok harinya tidak ada kabar buruk tentang dia. Ketika kami bertemu kemudian hari, dia dalam keadaan sehat meskipun tampak stres.

Orang kedua menyampaikan niat bunuh diri saat curhat. Katanya, dia tidak tahan lagi dengan hidupnya terutama atas sikap ibunya yang selalu merendahkan suami dan perkawinannya. Sejujurnya, saya pun bingung harus berbuat apa. Saya hanya bisa menyampaikan sejumlah nasihat yang entah saya kutip dari mana.  

Beruntung sahabat yang satu ini memiliki trauma karena sudah dua kali gagal bunuh diri. Alih-alih kehilangan nyawa, dia justru kritis dan harus dirawat di rumah sakit selama berminggu-minggu. Cairan antinyamuk merek X itu ternyata tidak manjur, candanya dengan perasaan tertekan. Saya ikut tertawa getir seraya berdoa semoga niatnya bunuh diri tidak pernah terlaksana.    

Orang ketiga adalah kerabat yang datang saat saya sendirian menjaga rumah keluarga. Ketika itu menjelang malam dan hujan turun sangat lebat. Kerabat ini konon diusir dari rumah ibunya, tempat ia dan anaknya menumpang.

Sambil terus menangis dia menceritakan segala kerumitan hidupnya. Bukan saja masalah pengusiran, tetapi segala masalah sejak dia ditinggalkan suaminya. Seperti yang sudah-sudah, saya hanya bisa melantunkan nasihat, berusaha menenteramkan serta memberikan pelukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun