Mohon tunggu...
Dwi Klarasari
Dwi Klarasari Mohon Tunggu... Administrasi - Write from the heart, edit from the head ~ Stuart Aken

IG: @dwiklara_project | twitter: @dwiklarasari

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Pertandingan Bola di Angkasa

4 Agustus 2020   18:23 Diperbarui: 4 Agustus 2020   21:15 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rene Rauschenberger-pixabay.com

Andi celingukan menjelajahi kebun Haji Wongso mencari Sapto sahabatnya. Menurut ibu Sapto, usai makan siang anak sulungnya itu pamit hendak ke kebun Haji Wongso. Pak Haji pun membenarkan dan mempersilakan Andi untuk mencarinya sendiri.

Ke mana harus kucari Sapto di kebun yang luas dan rimbun ini? Pikiran Andi berkecamuk, sementara hatinya tak sabar ingin bertemu sahabatnya untuk menyampaikan berita gembira. Kali ini ideku benar-benar cemerlang! Andi tersenyum malu menyadari pujian pada diri sendiri.

Setiap hari Sapto bekerja membantu di kebun Haji Wongso. Tugasnya membersihkan ilalang, menyapu, dan menyiram tanaman jika perlu. Sesekali Bu Haji juga memintanya memetik sayuran atau mencabut singkong.

Sapto pun dengan sigap akan memetik kelapa muda ketika Haji Wongso mengeluhkan cuaca panas seraya mengelus-elus lehernya. Sapto dikenal sangat lincah memanjat pohon kelapa.

Setiap bulan Sapto menerima uang lelah yang cukup untuk membayar SPP dan membeli buku-bukunya. Sering kali ia menerima lebih dar cukup sehingga bisa mengisi celengan jagonya. Mulanya Sapto mengatakan kalau jumlahnya berlebihan, tetapi Haji Wongso hanya tersenyum sambil menjawab singkat 'ditabung saja'.

Haji Wongso dan istrinya memang sangat murah hati. Dahulu, almarhum ayah Sapto kerap kali membawa pulang aneka oleh-oleh dari Bu Haji. Kalau Sapto ikut membantu ayahnya, Bu Haji juga sering memberinya uang saku.

Haji Wongso dan istrinya pula yang mengurus segala sesuatu saat ayah Sapto meninggal mendadak akibat kecelakaan. Haji Wongso bahkan berjanji hendak membiayai sekolah Sapto hingga tamat SMA.

Namun, Sapto tidak mau uang cuma-cuma. Sejak kecil ia diajari untuk tidak menerima uang tanpa bekerja. Kepada Haji Wongso Sapto pun meminta izin agar diperbolehkan membantu di kebun menggantikan ayahnya. Haji Wongso tidak keberatan. Ia bahkan memuji semangat Sapto.

***

 Karena kelelahan, Andi duduk bersandar di bawah pohon rambutan. Alamak haus sekali! Ah sayang, rambutan di pohon masih berwarna kuning. Ketika Andi asyik berkhayal, tiba-tiba semilir angin sore membuat rambutan bersemburat merah hingga Andi meneteskan air liur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun