Mohon tunggu...
Dwi Klarasari
Dwi Klarasari Mohon Tunggu... Administrasi - Write from the heart, edit from the head ~ Stuart Aken

IG: @dwiklara_project | twitter: @dwiklarasari

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Bara Kasih

26 Juli 2020   16:28 Diperbarui: 26 Juli 2020   17:24 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
westhyhyhy0-pixabay.com

Demi memperistri sang kekasih, Bara rela mengadu nasib ke metropolitan mengejar asa untuk penuhi nilai mahar. Sewindu lamanya terpisah ratusan kilometer dari pujaan hati. Jarak dan waktu pun tak pernah surut mengobarkan rindu. Benarlah kata penyair itu, asmara memang kadang begitu jahat. Rindunya terpuruk pasrah pada suratan takdir.

Ia relakan dirinya berbalut pedih membayangkan sang kembang desa jadi pujaan banyak pemuda. Ratusan mata mengintai di antara hijau kemuning sawah di kaki bukit. Di antara desau angin mereka melempar canda serta siul nakal saat gemulai tangan kekasihnya memainkan gemercik air sungai, atau ketika kaki telanjangnya menapaki pematang. Sementara di antara penat ia hanya mampu mencumbui potretnya yang bercaping bambu. Legawa menerima senyum berlesung pipit sebagai pengantar tidur.

Ikhtiar pun membawa Bara pada pungkasan janji sewindu beserta asa yang telah mewujud. Tibalah saat menggapai pelukan sang kekasih. Sebelum fajar merekah ia sudah beranjak membunuhi jalan-jalan yang sewindu ini memisahkan dia dan cintanya. Pasang-surut demam yang menyerangnya sejak lima hari yang lalu nyaris tak dirasakan terhalau oleh senyum kekasih yang terus membayangi.

Bersama pajero putihnya Bara melewatkan jam demi jam, malam-demi malam menuju tanah kelahirannya. Si Putih hasil kerja kerasnya selama delapan tahun ini bukan saja tampak perkasa mengantarnya naik turun bukit dan lembah. Si Putih bahkan siap berpisah dari sang tuan dan rela dipersembahkan sebagai mahar saat nanti mereka tiba di desa.

Dibandingkan sewindu, tiga hari perjalanan ibarat seujung kuku. Hari pertama terlewat sempurna. Malam kedua nyaris terlampaui, bahkan hanya tersisa puluhan kilometer. Bara merasa tak lagi berjarak dengan sang kembang desa, kekasihnya.

Sementara sang kekasih tetap setia menanti. Meskipun malam telah larut, ia belum beranjak ke peraduan . Ia masih berdiri di bibir jendela memandangi langit seraya mendekap selendang lembayung pemberian Bara. Senyumnya mengembang teringat godaan kawan-kawannya saat menangkapnya gemetar sembunyikan surat cinta ke dalam saku. Seraya menghitung bintang dibisikinya awan-awan tentang janji Bara dalam surat yang tiba dua minggu lalu. 'Kasih, aku pasti meminangmu sebelum panen raya tiba'.

Sesungguhnya Kasih menyimpan sepotong gelisah karena besok adalah hari panen raya. Malam semakin tua, tetapi sang kekasih tak jua datang mengetuk pintu rumah orang tuanya. Alih-alih menyangsikan sebait janji, ia lebih khawatir aral merintangi pujaan hati. Namun, belum usai angannya mereka-reka, Bara sudah ada di hadapannya, di balkon jendela kamar. Entah lewat mana ia datang dan sejak kapan berdiri di sana. Mungkin ketika Kasih sibuk memikirkan wajah rembulan yang tampak ragu menebarkan seri cahyanya.

'Kasih, aku datang menepati janji!, demikian bisik lembut Bara seraya menyelipkan cincin merah delima ke jari manis sang kekasih. Dalam keterkejutan, Kasih menyembunyikan wajah yang tesipu malu di balik selendang. Rasa bahagia membuncah menyadari janji telah digenapi. Akhirnya, jarak dan waktu menyatukannya dengan pemuda yang tak pernah putus asa memperjuangkan cinta mereka.

***

Hari ini seperti biasa kokok ayam bersahutan sebelum mentari menampakkan diri. Panen raya tiba, bulir-bulir padi yang menguning sudah menanti. Alih-alih menyiapkan diri, seluruh isi desa berduyun-duyun menuju rumah orang tua Bara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun