Mohon tunggu...
Dwi Indah Fatmawati
Dwi Indah Fatmawati Mohon Tunggu... Guru - just me

Just an ordinary human

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dilema Bertetangga

18 Oktober 2022   12:05 Diperbarui: 18 Oktober 2022   12:14 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mungkin di mata tetangga, saya termasuk orang yang sombong dan jarang bergaul. Sepulang dari kerja biasanya saya selalu berada di dalam rumah karena sudah lelah. Ditambah lagi memang lokasi rumah saya pun agak terpencil dan jauh dari rumah-rumah yang lain sehingga terkadang saya sering ketinggalan informasi seputar lingkungan.

Halaman  rumah saya masih luas, sehingga mertua saya kemudian membangunkan rumah untuk kakak ipar saya di depan rumah saya. Saya pun menerima saja karena toh itu adalah saudara dari suami saya. Biar rumah saya juga lebih ramai dan saya tidak ketinggalan info.

Beberapa bulan ditempati, lumayanlah ramai dan saya masih enjoy-enjoy saja tetapi mungkin beliau yang tidak enjoy sehingga memutuskan untuk pulang ke rumahnya yang lain dan "meminjamkan" rumah tersebut kepada teman anaknya tanpa pemberitahuan kepada saya, padahal jika dipikir-pikir rumahnya satu halaman sama rumah saya. 

Awalnya kaget juga sih, kok tiba-tiba ada orang asing yang tinggal sehalaman dengan saya, tapi ya sudahlah karena kakak ipar saya sudah memberikan izin dengan alasan kasihan saya pun tak bisa berkutik lagi. Hari-hari bertetangga dengan orang lain rasanya biasa saja karena saya pun masih jarang berinteraksi dengan tetangga.

Tetangga yang menempati rumah kakak ipar saya ini adalah pasangan muda dengan tiga anak yang masih kecil-kecil. Suaminya bekerja di luar kota jadi dia lebih sering di rumah sendiri beserta tiga anaknya. Sebagai ibu, saya paham bagaimana ribetnya mengurusi anak-anak yang masih kecil jadi saya kadang berpesan hati-hati kalau menjaga anak karena di rumah saya kebetulan ada kolam ikan koi dan pernah keponakan saya tercebur ke dalamnya. Untungnya peristiwa itu saat suami saya juga berada di dekat kolam sehingga bisa segera menolong.

Suatu sore ketika saya baru saja pulang bekerja, saya terkejut melihat kolam ikan saya penuh dengan pakan ikan dan ikan-ikan koi yang ada di dalamnya terlihat megap-megap. Suami pun kemudian berusaha memindahkan koi ke dalam bak dan menguras kolam. Saya pun bertanya kepada tetangga depan, apakah anaknya tadi main di kolam. Si anak sulung yang baru berusia 3 tahunan hanya mengangguk dan bercerita kalau dia memberi makan dan minum ikan. Singkat cerita ikan-ikan koi yang di kolam saya mati semua. Si tetangga minta maaf dan bertanya berapa yang harus dia ganti. Saya tidak meminta ganti tapi saya hanya berpesan agar lebih hati-hati lagi dalam menjaga anak meskipun dalam hati sedikit meringis juga karena koi yang mati lumayan banyak dan ukurannya sudah cukup besar. D1F

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun