Mohon tunggu...
Dwi Isnaini
Dwi Isnaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mompreneur yang menyukai dunia tulis menulis

Owner CV Rizki Barokah perusahaan dalam bidang makanan ringan. Penulis buku "Karakter Ayah Pebisnis untuk Sang Anak Gadis"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Semut dan Pelajaran tentang Kepemimpinan

16 September 2021   07:43 Diperbarui: 16 September 2021   07:48 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto : kaskus.co.id

Pasukan Nabi Sulaiman a.s. berjalan dengan teliti dan teratur hingga mencapai lembah semut. Sesampainya mereka di lembah semut, semut-semut di lembah ini menyaksikan kedatangan pasukan Nabi Sulaiman tersebut. Mereka menyaksikan sebuah pasukan yang sangat besar.

Ketika seekor semut melihat jumlah pasukan yang sangat besar, ia mengkhawatirkan anak-anak bangsanya sehingga ia berseru di hadapan bangsanya untuk memperingatkan mereka, "Wahai semut-semut! Masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari." (Q.S. An-Naml ayat 18).

Semut itu sangat bijak, cerdas, dan peduli. Semut itu juga berupaya memperingatkan kaumnya dengan kata-kata singkat tetapi penuh pengertian.

Semut memulai nasehatnya dengan seruan dan pengingat, "Ya Ayyuha An-Namlah (wahai semut-semut)." Walaupun dalam redaksi ini terkandung seruan dan pengingat, akan tetapi juga mencakup cinta dan kasih sayang. Semut ini berupaya menjaga mereka agar tidak terganggu atau tersakiti oleh siapapun.

Barangkali semut ini memiliki tugas sebagai pengawas dan pemimpin bagi semut-semut yang sedang beristirahat di lembah. Kerajaan semut mempunyai sistem organisasi yang rapi dengan keragaman tugas dan tanggungjawab di antara masing-masing anggota, semuanya menjalankan tugas dengan sebuah sistem yang mengagumkan.

Semut pengawas tersebut meminta kepada bangsa semut untuk memasuki sarang masing-masing, "Udkhulu Masakinakum (Masuklah ke dalam sarang-sarangmu)." Mereka pun masuk dan berlindung di baliknya dari ancaman bahaya pasukan yang besar ini.

Kemudian semut pengawas menjelaskan kepada mereka mengenai penyebab yang mendorongnya mengeluarkan peringatan ini dan menjustifikasikannya, "Agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya." La Yakhthimannakum, maksudnya tidak menginjak-injak kalian dan menyebabkan kalian terbunuh."

Setelah itu, semut pengawas berapologi untuk mewakili Nabi Sulaiman a.s. dan menjelaskan bahwa Nabi Sulaiman a.s. bersama pasukannya tidak sengaja dan semena-mena menginjak bangsa semut. Kalau pun terjadi, maka mereka tidak menyadarinya.

Pernyataan semut tersebut, disamping memperlihatkan keadilan dan netralitasnya juga berupaya membebaskan Nabi Sulaiman a.s. dari tuduhan.

Jika semut yang kecil ini mempunyai kepedulian dan simpati yang besar dengan bangsanya, lalu mengapa manusia yang berakal dan mampu berpikir terutama para pemimpin dan tokoh-tokoh terkemuka tidak memiliki kepedulian dengan sesamanya, berusaha menasehati mereka, dan menjauhkan mereka dari ancaman bahaya?

Orang-orang yang memiliki tugas, kewenangan, dan tanggungjawab hendaknya berupaya menjalankan tugas dan tanggungjawab yang diamanatkan kepada mereka dengan penuh tanggungjawab. Karena mereka akan dimintai pertanggungjawaban pada hari Kiamat di hadapan Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun