Mohon tunggu...
DWI YUNISARASWATI
DWI YUNISARASWATI Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Walisongo Semarang

hallo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Poligami Satu Atap terhadap Psikologis Anak

30 November 2022   21:16 Diperbarui: 30 November 2022   21:29 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Poligami adalah ikatan perkawinan dimana salah satu pihak memiliki atau mengawini beberapa anggota lawan jenis dalam waktu yang bersamaan. Dalam poligami tidak hanya syarat-syarat yang harus dipenuhi, tetapi juga persiapan psikis, karena persiapan psikis ini sangat penting, apalagi jika suami memiliki anak sebelum menikah. Anak-anak dapat merasakan setelah pernikahan kedua yang terjadi, apakah sang ibu dapat menerima orang baru dalam hidupnya dengan besar hati atau tidak. 

Jangan sampai keputusan yang diambil menimbun bara api, pada akhirnya yang akan terjadi adalah ketidakbahagiaan bagi istri dan anak adalah korban utama yang paling menderita. Ibu adalah pengembang utama pendidikan anak. Bagaimana seorang ibu yang tidak bahagia bisa membawa kebahagiaan bagi anak-anaknya. Yang pada akhirnya bisa merugikan bagi perkembangan jiwa anak secara keseluruhan.

Selain sosok ibu yang sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, ayah juga merupakan panutan bagi anak, anak cenderung melihat perilaku ayah dalam menjalankan perannya sebagai kepala keluarga yang nantinya dapat memberikan kebanggaan tersendiri bagi anak. Pada dasarnya, tidak ada anak yang membenci orang tuanya, begitu pula sebaliknya. Namun, hal ini dapat berubah ketika sang anak merasa bahwa kasih sayang ayah dan ibunya dibagi dengan adannys poligami.

Dalam kehidupan berkeluarga banyak hal yang akan memberi dampak negatif dan positif bagi kehidupan keluarga, terutama keluarga yang berpoligami dan mengumpulkan istri dalam satu rumah, karena keluarga yang berpoligami dalam satu atap akan lebih rawan untuk terjadi konflik. Baik karena alasan ekonomi atau alasan lain. Keluarga yang anggotanya menghadapi konflik seperti itu akan sulit berkembang menjadi keluarga harmonis yang bahagia.

Dampak terbesar adalah dampak terhadap perkembangan dan masa depan anak. Dalam suasana yang tidak harmonis akan sulit terjadi proses pendidikan yang baik dan efektif, anak yang dibesarkan dalam keadaan seperti itu tidak akan memperoleh pendidikan yang baik sehingga perkembangan kepribadian anak akan menghasilkan kepribadian yang buruk.

Dengan kejadian ini, timbul pertanyaan bagaimana keluarga poligami yang tinggal bersama dalam satu atap ini bisa mengatur rumah tangganya. Bagaimana keadaan psikologis anak-anak mereka dengan kondisi keluarga yang demikian, padahal keadaan ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak dan bagi perkembangan psikologis anak itu sendiri.

Poligami yang tidak mempunyai tujuan yang baik akan memberikan penderitaan bagi anggota keluarga, tak terkecuali bagi anak. Kekerasan fisik yang dilakukan suami terhadap istri ataupun anak dan  juga pembagian nafkah yang kurang adil akan berpengaruh pada kondisi psikologis istri dan juga psikologis anak.

Poligami akan memberi pengaruh buruk bagi anggota keluarga dan juga terhadap perkembangan anak dan masa depannya. Dampak negatifnya dapat diprediksi, yaitu anak-anak yang tidak betah berada di dalam rumah, kehilangan idola, kehilangan kepercayaan diri, berkembangnya sikap agresif dan bermusuhan serta gangguan lainnya. Keadaan ini akan diperparah jika anak masuk ke dalam lingkungan yang kurang mendukung, bisa saja dalam meluapkan emosinya dengan menggunakan obat-obatan terlarang. Namun, tidak semua anak memiliki sifat-sifat tersebut, tergantung bagaimana cara orang tua membesarkannya. Anak sangat membutuhkan kasih sayang dan pengertian dari orang tua mereka.

Jadi, jika seorang suami tidak dapat menjamin bisa berlaku adil maka dia harus mengurungkan niatnya untuk berpoligami. Karena perkembangan psikologis anak dapat menjadi korban dari kondisi keluarga yang tidak  baik. Keluarga sangat berpengaruh terhadap perjalanan hidup dan masa depan dari seorang anak karena keluarga adalah tempat dimana anak akan mendapatkan pendidikan pertamanya, baik pendidikan rohani maupun jasmani.

Islam memberi peringatan yang cukup tegas terhadap perlakuan diskriminatif orang tua terhadap anak, karena hal ini akan memberikan dampak yang negative dan mengancam keharmonisan keluarga. Allah SWT berfirman:

ٱقْتُلُوا۟ يُوسُفَ أَوِ ٱطْرَحُوهُ أَرْضًا يَخْلُ لَكُمْ وَجْهُ أَبِيكُمْ وَتَكُونُوا۟ مِنۢ بَعْدِهِۦ قَوْمًا صَٰلِحِينَ۝۸إِذْ قَالُوا۟ لَيُوسُفُ وَأَخُوهُ أَحَبُّ إِلَىٰٓ أَبِينَا مِنَّا وَنَحْنُ عُصْبَةٌ إِنَّ أَبَانَا لَفِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ۝۹

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun