Mohon tunggu...
dwi nesa maulani
dwi nesa maulani Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas penulis jombang

Mengubah dengan pena

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menangkal Pengaruh Negatif Gawai di Musim Liburan

29 Maret 2020   05:04 Diperbarui: 29 Maret 2020   05:09 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Selama masa libur sekolah bagi para siswa dan WFH (Work From Home) bagi sebagian pekerja, akibat mewabahnya virus corona, tentu kita tak lepas dari gawai. Tugas dari sekolah maupun tugas kerja semua dilakukan dengan gawai. Untuk membunuh rasa bosan karena stay home pun tak dipungkiri banyak yang menggunakan media gawai. Gawai seolah menjadi kebutuhan pokok layaknya makanan sehari-hari. Tapi kita tahu ada efek negatif yang mengintai dari gawai.

Beberapa waktu lalu heboh pemberitaan tentang seorang gadis remaja berinisial NF (15) membunuh bocah APA (5) dengan sadar dan merasa puas. Ia terpengaruh film-film horor yang ditontonnya. Perbuatannya telah membuat syok banyak kalangan. Bukan itu saja kejahatan dipicu oleh tontonan baik dari TV maupun gawai. Sebelumnya ada seorang istri yang tega membunuh suami dan anaknya dengan cara dibakar di dalam mobil. Ia mengaku tetinspirasi dari sinetron yang ditontonnya. Di Pangkep Sulawesi Selatan seorang siswi MTs merekayasa penculikan dirinya karena terinspirasi dari FTV. Ada pula polisi gadungan berusia 25 tahun tega memperkosa dan memeras seorang wanita. Ia terinspirasi dari film yang ditontonnya.

Banyak tindakan kriminal dilakukan karena pengaruh tontonan. Mengapa demikian? Seseorang melakukan suatu perbuatan itu didasari oleh pemikirannya. Sedangkan pemikiran dipengaruhi oleh apa yang diindera, dilihat, dan didengar. 

Pengaruh tontonan tanpa disadari sangat mempengaruhi perbuatan maupun perkataan seseorang.Tidak hanya anak-anak yang akan meniru apa yang ditontonnya, tapi juga orang dewasa. 

Jika ibu-ibu suka lihat drama korea atau sinetron maka ia akan jadi baper dan cenderung mendramatisir keadaan. Bapak-bapak yang suka mendengar musik dangdut, maka di sela-sela beraktifitas ia akan melantunkan lagu-lagu dangdut. 

Anak kecil yang sering melihat film superhero, maka tak heran jika ia akan bercita-cita jadi ultraman. Bahkan jika ia hobi melihat film horor sedangkan jiwanya kosong dari mengingat Allah ditambah lingkungan yang buruk, maka hasilnya seperti NF yang sampai bisa membunuh.

Di era digital ini segala macam tayangan, bacaan, musik dan sebagainya sangat mudah diakses. Baik melalui media TV maupun gawai. Baik anak-anak hingga dewasa banyak yang memiliki gawai pribadi sehingga mereka memiliki ruang privat untuk membuka aplikasi dan melihat apapun di aplikasi tersebut tanpa ada pengawasan dari orang lain. Sayangnya kemudahan teknologi tanpa filter menjadikan tayangan yang berkonten negatif bisa masuk dan dikonsumsi oleh siapapun. Kalaupun ada filter, itupun sekedar peringatan untuk delapan belas tahun ke atas atau semua umur.

Oleh karena itu, media selayaknya ikut andil dalam mendidik masyarakat dan menghilangkan potensi-potensi yang mengarahkan pada tindakan kejahatan. Negara dalam hal ini wajib mengontrol tayangan apa saja yang disajikan oleh media.

Peran negara di sini sangat dibutuhkan. Karena hanya negara yang memiliki kemampuan untuk menghentikan tayangan negatif seperti pornografi, film horor dan sadis, dan tayangan lain yang tidak bermutu. Hanya negara yang sanggup membeli teknologi yang paling canggih dan negara juga bisa mendatangkan sumber daya manusia yang mumpuni. 

Untuk itu negara jangan lagi hanya mementingkan keuntungan materi dan pajak saja. Konten-konten tidak produktif yang mengajarkan kejahatan dan keharaman harus segera ditutup. Karena ada sebuah kaidah usul "sesuatu yang menghantarkan kepada keharaman maka hukumnya haram".

Andai negara lebih mementingkan kemaslahatan umat dan penerapan hukum-hukum Allah SWT. Andai negara meninggalkan sekularisme liberalisme. 

Dan mengganti tayangan tak bermutu dengan tayangan yang lebih produktif seperti kajian-kajian keislaman, sholawat, tahsin, film-film sahabat, ilmu pengetahuan dan tayangan berkualitas lainnya. 

Jika hal itu terwujud generasi negeri ini akan lebih berkualitas. Masyarakat akan semakin cerdas. Dan tentunya lebih dekat dengan Allah SWT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun