Mohon tunggu...
Dwi Aprilytanti Handayani
Dwi Aprilytanti Handayani Mohon Tunggu... Administrasi - Kompasianer Jawa Timur

Alumni Danone Digital Academy 2021. Ibu rumah tangga anak 2, penulis konten freelance, blogger, merintis usaha kecil-kecilan, hobi menulis dan membaca Bisa dihubungi untuk kerjasama di bidang kepenulisan di dwi.aprily@yahoo.co.id atau dwi.aprily@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Liburan Tanpa Film Khas Lebaran

15 Mei 2022   22:10 Diperbarui: 15 Mei 2022   22:15 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak Happy nonton film tanpa pembatasan kursi , Dokpri

Libur lebaran 2022 sangat terasa gemanya. Berbeda dengan suasana dua tahun belakangan, pembatasan akibat pandemi berdampak pada berbagai segi kehidupan termasuk perayaan hari-hari besar keagamaan. 

Lebaran kali ini kasus Covid-19 semakin menurun, kurva melandai sehingga hari raya benar-benar bisa dirayakan. Diperbolehkannya mudik lebaran, mudahnya saling mengunjungi, dibukanya kembali obyek-obyek wisata, serta bioskop yang perlahan mulai terdengar gaungnya setelah selama dua tahun pandemi seolah mati suri.

Industri perfilman dan bioskop adalah salah satu yang paling menderita di masa pandemi. Produksi film  bioskop nyaris terhenti, industri film pun bergeser ke platform film streaming yang kian booming. 

Maka ketika pandemi berangsur mereda dan bioskop kembali dibuka pecinta film dan pengusaha di bidang industri perfilman bisa menarik nafas lega. Apalagi di musim liburan panjang seperti saat lebaran. Masyarakat yang haus hiburan berbondong-bondong memenuhi gedung-gedung bioskop untuk menonton film pilihan.

Namun sayang, tahun ini tak ada satupun film bernuansa hari raya, minimal film yang menyampaikan pesan pentingnya  menjaga tali kasih sayang dan kekeluargaan, nuansa yang menonjol di saat lebaran.

Saya memimpikan meriahnya lebaran turut ditandai dengan film khas lebaran agar bisa dikenang hingga sepanjang ingatan, seperti Home Alone yang dibuat berseri dan berlatar belakang libur Natal, atau beberapa film yang khusus dibuat untuk memeriahkan Natal. 

"Ya kaan itu film-film Holywood, wajar mereka memproduksi film khusus merayakan atau bertema Natal." Nah itulah, mengapa industri perfilman Indonesia tidak terinspirasi melakukan hal yang sama? 

OK, jika ingin meraih penonton yang "lebih umum" bolehlah tak perlu terlalu menonjolkan "Islam" Berharap sekali untuk merayakan libur lebaran, cinema-cinema di Indonesia memutar film yang menghangatkan hati seperti Keluarga Cemara, Petualangan Sherina, Sabtu Bersama Bapak, Losmen Bu Broto, Ali & Ratu-Ratu Queens atau Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini.

Sayang sekali, film yang menonjol di lebaran tahun ini bergenre horor dan fantasi . "Ah, kan nonton itu sekadar hiburan, untuk mengisi waktu saat libur lebaran maka tak perlu memusingkan genrenya." 

Hmm, jika ada kesempatan menonton film yang menghibur sekaligus mengedukasi mengapa tidak? Saya bukan penggemar film horor dan fantasy, tetapi tidak juga antipati. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun