Roh mengamati Thoha ketika berwudhu, tampak gerakan Thoha perlahan, seperti sedang benar-benar dihayati. Mereka sholat Maghrib berjamaah.
Usai menikmati nasi padang, Roh bertanya pada Thoha
"Kamu kok kalau berwudhu kok pelan-pelan banget, seperti menikmati begitu, kan enak cepat-cepat agar sholat bisa segera dimulai"
"Aku hanya mengikuti sunnah nabi, membasuh kaki pun sela-sela jemari sebaiknya ikut dibersihkan"
"Buang-buang air dong, padahal nabi juga mencontohkan sunnah dalam berwudhu adalah tidak memboroskan air"
"Ya kan bisa dikira-kira, bagaimana caranya agar air nggak dibuang percuma. Krannya dibuka sedikit kek, atau gerakan membersihkan jemari dipercepat kek" Thoha mulai kesal
"Kamu ngaji di mana sih, bukannya agama itu mempermudah, kok jadi sulit ya. Padahal yang wajib dibasuh saat berwudhu hanya wajah, tangan sampai siku, kepala dan kaki"
"Kok bawa-bawa tempat ngaji sih. Kalau fiqih kan emang ngga mesti sama, pendapat empat mazhab besar aja beda, kenapa dipermasalahkan" Thoha menjawab dengan nada tinggi, mulai terbawa emosi menghadapi Roh yang usil.
"Sabar...sabar...aku menguji pengetahuan fiqihmu sudah sampai mana. Dan apakah cara berwudhumu sudah benar?"
"Memang kamu siapa? nabi, malaikat? Kok menilai orang sembarangan"Â sembur Thoha nggak sabar