Mohon tunggu...
Dwi Aprilytanti Handayani
Dwi Aprilytanti Handayani Mohon Tunggu... Administrasi - Kompasianer Jawa Timur

Alumni Danone Digital Academy 2021. Ibu rumah tangga anak 2, penulis konten freelance, blogger, merintis usaha kecil-kecilan, hobi menulis dan membaca Bisa dihubungi untuk kerjasama di bidang kepenulisan di dwi.aprily@yahoo.co.id atau dwi.aprily@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadan di Rumah Aja Nggak Bakalan Mati Gaya, Jika...

27 April 2021   12:46 Diperbarui: 27 April 2021   13:10 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramadan, tetap masak-masakan, Dokpri

Ramadan di rumah aja nggak bakalan mati gaya, jika kita tahu cara memanfaatkannya. Sebenarnya bagi saya, Ramadan dan hari biasa nyaris nggak ada bedanya. Tidur jam 10 malam, bangun dini hari. Bedanya dini hari saat Ramadan sedikit repot masakin sahur. Dan sore hari yang biasanya agak santai malah jatuh bangun masak buat berbuka. ((lebay banget ih)) Di bulan Ramadan banyak orang berjualan makanan. Tetapi saya memilih tetap memasak, hanya sesekali saja beli dengan tujuan melariskan dagangan tetangga sekaligus memberi kesempatan diri untuk rehat sejenak.

Spirit Ramadan memang beda. Kalau biasanya kita males-malesan sholat lima wajib di awal waktu atau enggan tadarrus dan tilawah, eh pas Ramadan malesnya ilang. Baca Al Quran pasang target khatam minimal satu juz dalam sebulan. Sholat-sholat sunnah yang biasanya dianggap "ah cuma sunnah kok" saat Ramadan dengan semangat menyala dikerjakan, nggak boleh ketinggalan, jadi wajib ditegakkan. Mungkin malaikat yang mencatat amalan kita sedikit heran, kemaren-kemaren kemane aje Mpok/Abang

Aktivitas saya di bulan Ramadan bagi kalian teman-teman Kompasianer mungkin nggak ada yang istimewa. Tetapi saya berupaya keras agar segala aktivitas yang saya lakukan mendapat nilai istimewa di hadapan Allah. Biarpun itu "hanya" aktivitas memasak atau bersih-bersih rumah.

Satu aktivitas yang membedakan Ramadan kali ini dengan bulan-bulan sebelumnya adalah saya bertekad memeriahkan Samber THR Kompasiana. Kita sepakat, sesuai tausiyah para ustadz bahwa segala aktivitas kebaikan yang diniatkan sebagai ibadah, insyaAllah berbuah pahala. Saya harus berterimakasih kepada Kompasiana atas ide even Samber THRnya. Selama ini saya belum pernah termotivasi untuk menulis artikel, membuat konten selama sebulan penuh. Padahal dari berbagi kebaikan melalui konten dan tulisan, pahala bisa didapatkan. Pernah sih mencoba ikut Samber THR tahun lalu, tapi hanya mampu menulis tiga artikel hahaha. Bismillah semoga tahun ini bisa menulis untuk samber THR hingga tetes keringat terakhir.

Kalau ada yang berkata "males ah, lagi puasa, lemes, mending rebahan atau banyakin tidur sekalian" Mungkin dia mengalami salah satu diantara penyebab memilih menjadi kaum rebahan, yaitu:  kondisi kesehatannya lagi terganggu, lupa makan sahur atau pola makan dan tidurnya saat berpuasa kurang tepat. Dan satu hal lagi, agar tetap produktif dan bersemangat meski sedang berpuasa, hendaknya kita membiasakan melatih diri dengan berpuasa sunnah, jadi badan nggak kaget-kaget amatlah saat Ramadan tiba.

"Berpuasa di rumah aja ngapain? Kalau kerja ngantor kan nggak terasa, tiba-tiba jam pulang kantor lalu bersiap berbuka"

Bekerja, kan nggak selalu di kantor. Kita beraktivitas di rumah, berbenah juga bekerja. Adapula yang memang bekerja mengais rezeki dari rumah. Seperti saya yang mengisi waktu sebagai konten kreator dan produksi bawang goreng untuk dijual.

Jual bawang goreng crispy aku nih, Dokpri
Jual bawang goreng crispy aku nih, Dokpri
"Tapi kok saya merasa waktu berlalu begitu cepat, kadang seharian sibuk hingga kelelahan tapi masih banyak pekerjaan belum terselesaikan, eh kualitas dan kuantitas ibadah juga nggak nambah"

Bisa saja hal ini terjadi, saya juga pernah merasa demikian. Jika ini terjadi mungkin penyebab pertamanya adalah: kurang mampu mengatur waktu. Kini saya biasakan hidup teratur dan sedikit memaksakan diri untuk mematuhi jadwal yang saya buat untuk diri sendiri. Jika terlewat dari jadwal karena sesuatu hal, hampir dapat dipastikan seharian bakal berantakan. Jadwal harian saya garis besarnya seperti ini: bangun jam 2.30 persiapan sahur dan tahajud, jam 4.15 jamaah subuh di masjid, jika tak ada halangan berdiam dan tadarus di masjid hingga tiba waktu syuruq. Jam 7-10 persiapan memasak untuk berbuka, bersih-bersih rumah dan mencuci. Usai sholat dhuha barulah bisa tenang ngedraft untuk Samber THR hingga masuk waktu dhuhur dan kemudian tidur siang. Bangun Ashar, inilah prime time karena gedebugan di dapur hahaha. Usai sholat biasakan baca Al Quran biarpun hanya dua lembar, kan sayang wudhu'nya hanya untuk sholat doang. Kita juga biasanya punya target khatam membaca Al Quran selama Ramadan.

Ngedraft untuk Samber THR, Dokpri
Ngedraft untuk Samber THR, Dokpri
Usai sibuk menjelang Maghrib, tibalah waktu berbuka. Nggak terasa sudah adzan Isya' , cuss ke masjid untuk sholat wajib dan tarawih. Pulang, tilawah sebentar lalu buka laptop lagi, mencari ide untuk artikel Samber THR atau ikut quiz-quiz berhadiah di media sosial sekaligus menyelesaikan survey-survey online. Maklum, dari dua hal terakhir inilah ikhtiar saya mengais rezeki. Poin isi survey bisa ditukar pulsa atau voucher belanja. Menang quiz pun hadiahnya bisa untuk kebutuhan sehari-hari.

Hal kedua yang menyebabkan kita merasa "terasa sibuk sampai ambyar, tapi pekerjaan kok nggak kelar, ibadah bubar" adalah memikirkan "dunia" saat pertama kali bangun tidur. "Eh ada peluang bisnis yang perlu aku kejar pagi ini" "harus follow up prospek si A nih biar closing" "duh dikejar DL, harus segera selesai agar invoie cair" atau berbagai macam pikiran tentang duniawi lainnya. Maka, seharian itu rasanya kita kelelahan, tapi rasanya kok tetap dikejar pekerjaan. Itu pengalaman saya pribadi. Dan Rasulullah pun telah mengingatkan dalam sebuah hadits nabi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun