Setiap orang pasti pernah merasa minder atau kurang percaya diri, termasuk Ghea Ainun Zulfa. Anak muda asal Pandeglang ini dulu sempat merasa bahwa dirinya tidak cukup istimewa. Namun, siapa sangka, kini Kak Ghea menjadi sosok inspiratif yang berprestasi di berbagai bidang.
Saat ini, Kak Ghea adalah mahasiswi semester 6 di UIN Bandung dengan jurusan Ilmu Komunikasi, konsentrasi Jurnalistik. Tak hanya berfokus pada kuliah, Kak Ghea juga aktif magang di salah satu media di Bandung sebagai jurnalis. Kesibukannya dalam mencari berita, liputan, hingga menulis artikel menjadi bagian dari perjalanan yang Kak Ghea nikmati.
Kak Ghea pernah menjadi bagian dari Duta Inovatif Indonesia. Pengalaman ini sangat membekas baginya karena membuka banyak peluang untuk belajar dan berkembang. Awalnya, Kak Ghea terlibat dalam Program Inovatif Jurnalistik yang lebih berfokus pada Podcast Spotify. Namun, Kak Ghea tak berhenti di situ dan mengusulkan pembuatan website sebagai wadah untuk menulis artikel serta berita, yang akhirnya disetujui dan diterapkan. Sebagai Duta Inovatif, Kak Ghea merasa bangga bisa berbagi suara positif dan informatif kepada banyak orang. Meskipun tidak sempat menjalankan social project ke sekolah atau lembaga tertentu, Kak Ghea tetap berkontribusi melalui tulisan yang dibuatnya.
Salah satu pencapaian yang membanggakan bagi Kak Ghea adalah terpilih sebagai Brand Ambassador International Youth Global (IYG). Dari 700 pendaftar, hanya 20 orang yang lolos pada chapter tersebut. Kak Ghea mengaku merasa sangat bangga bisa menjadi bagian dari komunitas ini, mengingat persaingan yang cukup ketat.
Selain itu Kak Ghea juga merupakan Awardee Beasiswa Bank Indonesia sejak semester 4. Namun, perjalanannya tidak semudah yang dibayangkan. Kak Ghea sempat gagal di semester 3 saat pertama kali mendaftar. Namun bukannya menyerah, Kak Ghea mengevaluasi kesalahannya mulai dari memperbaiki CV, motivation letter, serta tujuan akademiknya.
Usahanya membuahkan hasil. Dari ratusan pendaftar di kampusnya, Kak Ghea berhasil lolos ke tahap wawancara, hingga akhirnya terpilih menjadi salah satu penerima beasiswa. Tak hanya mendapatkan bantuan finansial, Kak Ghea juga mendapat berbagai kesempatan belajar melalui komunitas GenBI (Generasi Baru Indonesia), seperti seminar bersama tokoh inspiratif hingga pelatihan bersertifikat dari BNSP.
Siapa sangka, di balik segudang prestasinya, Kak Ghea dulunya sering merasa minder. Kak Ghea tumbuh dengan anggapan bahwa dirinya tidak cukup cantik. Namun, Kak Ghea menyadari bahwa nilai seseorang tidak hanya diukur dari penampilan fisik, tetapi juga dari ilmu, sikap, dan kontribusi yang bisa diberikan kepada orang lain. Sejak itu, Kak Ghea mulai aktif mengikuti seminar, webinar, dan berinteraksi dengan orang-orang hebat yang membantunya menemukan kepercayaan diri.
Tidak lepas dari kegagalan Kak Ghea selalu menanamkan prinsip bahwa kegagalan bukan akhir dari segalanya, melainkan bagian dari proses belajar. Baginya, fokus utama bukan pada hasil, tetapi bagaimana menjalani proses dengan niat yang baik. "Fokus pada proses, perbaiki niat, dan serahkan hasilnya kepada Tuhan", ujarnya. Kak Ghea percaya bahwa perubahan besar dimulai dari langkah kecil. Kak Ghea aktif membagikan konten edukatif di media sosial, baik tentang self-development maupun informasi beasiswa. Menurutnya, media sosial bukan hanya untuk mencari popularitas, tetapi bisa digunakan untuk menyebarkan hal-hal positif yang berdampak bagi banyak orang.
Kak Ghea ingin mengajak generasi muda untuk memanfaatkan masa muda sebaik mungkin. "Gagal itu wajar, tapi jangan pernah menyerah. Habiskan jatah gagal di masa muda agar kelak bisa menikmati hasilnya", ujarnya penuh semangat.