Mohon tunggu...
Duta Aulia
Duta Aulia Mohon Tunggu... Jurnalis - Pekerja.

Mata dua mulut satu.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Provokator dan Humanis di Balik Peserta Aksi

28 September 2019   12:39 Diperbarui: 28 September 2019   15:14 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gas air mata ditembakan ke kerumunan peserta aksi di depan DPR/MPR RI, Jakarta, Selasa (24/9/2019) (TRIBUNNEWS.COM/JEPRIMA).

25 September 2019 

Aksi unjuk rasa menentang hasil RUU KPK dan rencana RUU KUHP masih terus bergulir hingga 25 September 2019 di gedung DPR/MPR RI Senayan, Jakarta. Namun, pada tanggal tersebut bukan mahasiswa yang turun ke jalan. Tapi pelajar yang mayoritas siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang turun ke jalan pada tanggal tersebut.

Ada berbagai tanggapan mengenai aksi pelajar yang dinamakan dengan #STMmelawan. Pasalnya berbagai pihak banyak mengatakan, aksi tersebut lebih banyak tidakan anarkisnya daripada penyampaian aspirasi.

Hal sedana dilontarkan oleh wartawan senior Harian Kompas, Budiman Tanuredjo, mengatakan aksi tersebut substansinya tidak jelas.

"Saya rasa aksi kali ini (25 September 2019) substansinya kurang jelas, berbeda dengan aksi kemarin (24 September 2019) substansi yang disampaikan lebih jelas," ujar Budiman di Kompas TV.

Bentrokan antara pelajar dengan Kepolisian di pintu belakang gedung DPR/MPR, Rabu (25/9/2019). (Dok.Pri)
Bentrokan antara pelajar dengan Kepolisian di pintu belakang gedung DPR/MPR, Rabu (25/9/2019). (Dok.Pri)

Menyikapi aksi yang dilakukan oleh para pelajar, Koordinator Pusat Aliansi BEM Seluruh Indonesia, Nurdiansyah, mengatakan aksi tersebut di luar ekspetasi dari gerakan mahasiswa. Ia menambahkan, gerakan mahasiswa yang dilakukan pada 24 September 2019 independence dan tidak pernah membangun komunikasi dengan para pelajar.

"Kalau dari mahasiswa, kita pure independence dari mahasiwa, kita juga mengkonsulidasikan dengan teman-teman mahasiswa di daerah seluruh Indonesia," ujar Nurdiansyah di Kompas TV.

Nurdiansyah menambahkan aksi para pelajar sangat disayangkan karena substansi yang ingin disampaikan tidak jelas. 

Namun, dari sudut pandang para pelajar, mereka mengatakan aksi tersebut merupakan bentuk solidaritas dari para pelajar. Bahkan, ada yang mengatakan, biarkan kakak mahasiswa orasi dan kami pelajar yang aksi.  

Yang membuat perihatin, ketika penulis menanyakan maksud dan tujuan mengenai aksi tersebut ke beberapa pelajar, mayoritas mereka hanya ikut-ikutan dari ajakan yang disebar melalui media sosial dan whatsapp.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun