Mohon tunggu...
Duri Saripati Natasha
Duri Saripati Natasha Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Equanimity

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Hadirnya Virus Covid-19 Generasi Baru di Wilayah Eropa

25 April 2021   19:42 Diperbarui: 25 April 2021   19:56 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Dunia mulai digemparkan ketika pada akhir bulan Desember tahun 2019 lalu, WHO mengabarkan mengenai kemunculan virus baru di wilayah Wuhan, Cina. Virus ini dikenal dengan COVID-19 (Corona Virus Disease 2019). Virus ini mulai menjadi perhatian dunia, karena hanya dalam beberapa bulan saja jumlah pasien di seluruh dunia yang terinfeksi Covid-19 telah mencapai 113.710 kasus, sementara itu, jumlah yang meninggal mencapai 3.990 orang. Setelah beberapa penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa COVID-19 merupakan hasil infeksi dari virus Corona yang menyerang sistem pernapasan. Hal ini pun memaksa negara-negara di dunia untuk memberlakukan sistem lockdown, dalam rangka mencegah penyebaran virus Corona. Virus Corona atau Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2), dikatakan sebagai varian terbaru dari coronavirus. Coronavirus (CoV) sendiri merupakan sekumpulan dari beberapa virus, yang di antaranya menyebabkan penyakit pernapasan pada manusia, mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih serius seperti Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS).

Namun, dunia kembali digemparkan dengan adanya kemungkinan gelombang kedua dari COVID-19. Hal ini dikarenakan munculnya kasus infeksi baru di Xinfadi, Beijing. Gelombang kedua Covid-19 ini pun telah merambah ke seluruh wilayah di dunia, salah satunya Eropa. Bagi Eropa, varian baru dari virus COVID-19 ini merupakan musibah besar bagi Eropa, karena kabarnya virus ini telah menjalar di seluruh kawasan Eropa. Eropa sendiri telah mengkonfirmasi adanya varian baru dari virus Corona penyebab COVID-19 yang terdeteksi, varian-varian ini dikenal dengan varian Inggris, Afrika Selatan, dan Brazil.

Di Inggris misalnya, sebanyak 6.035 lebih masyarakat Inggris telah dinyatakan positif COVID-19, dengan jumlah total kematian 122.849. Angka-angka ini hanya mencakup kematian orang yang meninggal dalam 28 hari setelah tes positif pertama mereka. Para ilmuwan mengatakan varian baru jauh lebih mudah menular dibandingkan virus COVID-19 yang pertama, tetapi para ilmuwan belum mengetahui apakah virus varian baru ini lebih berbahaya bagi mereka yang terinfeksi atau tidak. Demi mengetahui lebih banyak mengenai varian terbaru dari virus COVID-19 ini, para ilmuwan dan penelitipun dikumpulkan. Negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa mengadakan pertemuan darurat untuk menekan penyebaran virus Corona jenis baru yang ditemukan di beberapa negara di Eropa. 

Sejumlah negara di Eropa seperti Perancis, Jerman, Belanda, Belgia, Austria dan Italia telah mengumumkan adanya pembatasan perjalanan ke Inggris. Kebijakan ini diumumkan beberapa jam setelah Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson mengimbau warga Inggris bagian selatan untuk tidak pergi berbelanja ataupun berkumpul saat Natal. Belanda melarang penerbangan dari Inggris setidaknya hingga tahun baru, sementara itu Belgia mengeluarkan larangan penerbangan selama 24 jam dan menghentikan jalur kereta api ke Inggris, termasuk Eurostar. Austria dan Italia mengatakan akan membatalkan penerbangan menuju Inggris, tetapi hal ini belum dinyatakan secara pasti kapan akan mulai diberlakukan. Sedangkan Perancis langsung membatalkan seluruh penerbangan selama 48 jam, dimulai pada hari Minggu tengah malam. Hal ini berbeda dengan Jerman, dimana kementerian perhubungan Jerman mengatakan semua penerbangan Inggris kecuali kargo tidak diizinkan mendarat di Jerman. Menteri Kesehatan Jerman, Jens Spahn mengatakan, walaupun varian baru dari virus Corona belum teridentifikasi di Jerman, tapi kami menanggapi laporan dari Inggris dengan sangat serius,". Pemerintah Jerman tidak mengatakan berapa lama larangan penerbangan ini akan berlangsung, tetapi berita melaporkan aturan itu akan berlaku setidaknya hingga tahun baru. Di Swiss telah teridentifikasi tiga kasus, dan dua di antaranya diketahui merupakan warga negara Inggris, tetapi Swiss menjadi satu-satunya negara di Eropa yang masih membuka negaranya untuk pariwisata selama periode Natal dan Tahun Baru.

Menanggapi kasus varian baru yang tidak mengalami penurunan yang berarti, beberapa negara di Eropa seperti Austria dan Irlandi memberlakukan sebuah kebijakan demi keamanan negaranya. Di Austria, sekolah-sekolah tidak akan dibuka kembali pada 18 Januari seperti yang sudah dijadwalkan pemerintah, tetapi penguncian kemungkinan akan diperpanjang. Media di Austria mengumumkan bahwa Kanselir Sebastian Kurz mendukung perpanjangan penguncian dan setidaknya sampai pertengahan Februari sekolah tetap tutup. Di beberapa distrik juga terjadi double figure seperti Monaghan dan Louth. Pada akhir 2020, Perdana Menteri Irlandia Micheal Martin mengumumkan penutupan setidaknya selama sebulan, dimana semua perusahaan yang tidak penting ditutup. Masyarakat mungkin masih bisa berlatih di luar, tetapi hanya dalam radius lima kilometer dari rumah. Pernikahan masih diperbolehkan, tetapi maksimal enam orang hadir. Sementara itu, jika ingin menghadiri upacara pemakaman maksimal 10 orang.

Menanggapi hal ini WHO meminta negara-negara anggota UE untuk meningkatkan kerjasamanya dalam menangani kasus virus COVID-19 varian baru. Hal ini dikarenakan WHO tidak melihat adanya keseriusan dalam penanganan penyakit ini. Sementara itu, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (European Center for Disease Prevention and Control / ECDC) mengatakan tidak ada jalan keluar dari penyebaran virus varian baru yang terjadi di luar kawasan Inggris. Seorang virolog Belanda, Menno de Jong mengatakan diperlukan penangan yang lebih ketat dalam menanggapi kasus ini.

Diperlukan tantangan global dan respons global terhadap pandemi COVID-19, dalam semangat persatuan UE dan Negara Anggotanya, yang secara aktif berkontribusi pada upaya global untuk memerangi pandemi dan memerangi dampak global pandemi. UE dan Negara Anggotanya sebagai Tim Eropa bekerja sama dalam bidang kesehatan, ekonomi dan sosial untuk membantu negara-negara mitra, termasuk lingkungan sekitar. Tim Eropa juga berkomitmen untuk mempromosikan vaksin untuk COVID-19 untuk mencapai tujuan bersama ini. Pada 30 Maret 2021, koalisi para pemimpin dunia bergabung menyerukan perjanjian internasional untuk meningkatkan kesiapan dan respons pandemi setelah COVID-19, dengan Presiden Charles Michel dan Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Selama krisis, negara-negara Uni Eropa meningkatkan upaya untuk membantu satu sama lain, membantu yang paling membutuhkan dan berbagi sumber daya untuk memerangi penyebaran penyakit. Ini adalah kesatuan Eropa terbaiknya. Selama gelombang pertama pandemi, UE juga membantu orang-orang UE terjebak di negara ketiga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun