Mohon tunggu...
Duri Saripati Natasha
Duri Saripati Natasha Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Equanimity

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kerja Sama Indonesia dengan Australia Terkait Isu Perubahan Iklim

3 November 2020   10:24 Diperbarui: 3 November 2020   10:41 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh : Duri Saripati Natasha 

Perlu kita ketahui sebelumnya, bahwa perubahan iklim merupakan salah satu dampak dari timbulnya pemanasan global yang diakibatkan oleh meningkatnya suhu rata-rata bumi, karena peningkatakan penumpukan emisi gas rumah kaca (GRK).

Sekarang ini perubahan iklim merupakan suatu isu atau permasalahan yang semakin hari semakin menarik perhatian negara-negara di dunia, yang menjadikannya sebagai permasalahan internasional yang penting untuk dibahas karena selain keterkaitannya dengan keadaan lingkungan, tetapi juga untuk kelangsungan hidup dan keamanan masyarakat dunia. 

Ada beberapa dampak buruk yang timbul akibat perubahan iklim, seperti berkurangan sumber perairan, kemarau panjang yang dapat menyebabkan kebakaran hutan, longsor, banjir, serta memburuknya sistem sanitasi akibat curah hujan yang lebat. 

Maka dari itu, banyak negara-negara yang mulai menjalin hubungan kerja sama demi mengatasi dampak dari perubahan iklim, tidak terkecuali negara-negara di Kawasan Pasifik. 

Negara-negara di Kawasan Pasifik merupakan negara-negara yang rentan terhadap dampak dari adanya perubahan iklim. Hal inilah yang menimbulkan rasa kepedulian dari tiap negara di kawasan ini untuk ikut dalam kerjasama-kerjasama internasional yang dianggap mampu mengatasi perubahan iklim, selain itu hal ini merupakan bentuk kewajiban setiap negara, untuk bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakatnya.

Salah satu contoh kerja sama antarnegara di Kawasan Pasifik adalah kerja sama antara Indonesia dan Australia. Sebagai negara yang sering mengalami kebakaran hutan dan pembakaran hutan, Indonesia dapat dikatakan sebagai negara yang ikut menambah jumlah GRK di atmosfer, dampak dari penumpukan GRK oleh Indonesia ternyata ikut dialami oleh negara tetangganya, Australia. 

Kerja sama Indonesia dan Australia dalam mengatasi perubahan iklim dilaksanakan melalui beberapa wadah kerja sama, yaitu REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation) .

REED+ atau Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation merupakan cara lain dunia dalam rangka mengatasi perubahan iklim. REED+ sendiri merupakan mekanisme kerjasama antar negara maju dan negara berkembang. Pada tahap awal kerjasamanya dalam mekanisme REDD+, Indonesia dan Australia memutuskan untuk membuat Indonesia Australia Forest Carbon Partnership atau IAFCP (Indonesia Australia Forest Carbon Partnership)., dengan tujuan untuk mendukung terciptanya kesepakatan formal dalam REDD+ dalam UNFCCC. Melalui IAFCP sendiri dihasilkan 3 area kerjasama , yaitu :

  • 1. Pengembangan kebijakan untuk mendukung keterlibatan 2 negara dalam mengimplementasikan REDD+
  • 2. Pelaksanaan kegiatan DAREDD+ di beberapa provinsi yang dipilih, guna melaksanakan kegiatan REDD+ secara efektif
  • 3. Melaksanakan pembentikan INCAS untuk menyediakan dukungan teknis terhadap pembangunan dan pengoperasian sistem perhitungan karbon di hutan.

Selain membentuk 3 area kerjasama, IAFCP juga menjadi wadah bagi Indonesia dan Australia dalam menyepakati program-program kerjasama dalam mekanisme REDD+ di lapangan, seperti:

  • 1. Kalimantan Forest Carbon Partnership (KFCP)
  • Merupakan program DAREDD+ pertama di dunia. Melalui program ini Australia memberikan bantuan dana sebesar AU$ 30 juta ke Indonesia pada September 2007 untuk jangka waktu 4 tahun. KFCP dibentuk dengan tujuan untuk mendemonstrasikan cara yang adil dan efektif dalam mengurangi emisi GRK dari deforestasi dan kerusakan hutan.
  • 2. Sumatera Forest Carbon Partnership (SFCP) 
  • Program SFCP dilaksanakan di Jambi, Sumatera. Jambi terpilih dikarenakan keanekaragaman SDA hutannya. Melalui SFCP Australia berencana untuk serangkaian kegiatan seperti konservasi hutan, penanaman pohon, penataan wilayah hutan, dan pemberdayaan masyrakat di sekitar hutan.
  • 3.Indonesia National Accounting System (INCAS)
  • Program ini dibuat dengan tujuan untuk menghitung dan mengukur kadar emisi di dalam hutan secara efektif, dan lebih efisien. Program INCAS dilakukan melalui pengamatan gambar satelit, menggunakan pengukuran spasial guna memantau pengunaan lahan dan mengukur emisi karbon di hutan.

Dengan mengadakan kerjasama dengan Australia sebagai negara tetangga dalam mekanisme REED+ merupakan pilihan tepat yang dilakukan Indonesia dalam mengatasi perubahan iklim yang terjadi, terutama pelaksanaan program-program IAFCP bagi hutan-hutan Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun