Mohon tunggu...
Dues K Arbain
Dues K Arbain Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk membungkam pikun

Slogan Sufi Anak Zaman : Jika Allah mencintai manusia, maka akan terwujud dalam tiga kwalitas : 1. Simpatik Bagaikan Matahari 2. Pemurah Bagaikan Laut 3. Rendah Hati Bagaikan Bumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Yang di Atas Menekan, yang di Bawah Terjepit

13 September 2022   06:12 Diperbarui: 13 September 2022   06:19 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mata Emak Mantan "Ketua Ranting Komunitas Pencari Uang Receh Negeri Entah-Entah" memandang jauh ke ujung langit. Padahal langit gak pernah menyembulkan ujungnya barang seupil. Tangan Emak Mantan gemetar, terkena parkinson, persis seperti yang diderita oleh Muhammad Ali, Sang petinju legendaris. 

Maklum, Emak Mantan seorang pekerja keras pemikul beban berat dari setiap target kerja yang diamanahkan. Perlahan air menetes dari mata menua, meski belum waktunya tua. Sobirin terkesima menatap penuh tak ayal. Khayal melayang ke masa jaya ketika Emak Mantan masih menjadi Ketua Ranting.

"Emaaaak," panggil Sobirin berlenggok manja, "Donoran dana Jeung Fuit mau diaudit Ketua Pusat," lanjutnya lagi

"Alasannya Bir?" Tanya Emak Mantan bingung melihat tangan manja Sobirin tekewer-kewer

"Jeung Fuit ngasih sana sini Maaak, tiap Posko kita dibagiin," rengek Sobirin lagi.

"Emang itu salah? Elo jangan ngarang Bir?" Emak Mantan heran

"Tadi staff Ketua Pusat neplon saya Maaak, katanya ngapain donoran Jeung Fuit dibagi-bagi, cukup di Ranting aja," Sobirin mulai merasakan tulangnya melunak

"Emang ya Maaak, kalo Ketua Pusat yang mendapat penderma, kita disuruh melayani setunduk-tunduknya dan mereka bangga setengah ember meski selalu berbiaya besar, tapi kalau kita yang nemu penderma pasti dicurigai ada apa-apanya..." lanjut Sobirin mulai menyeka telinga dan hidungnya yang senantiasa meleleh

"Mereka tak faham, kalau modal kita hanya bibir dan dengkul aja kan Maaak," Sobirin terus berceloteh bagai cecak mencari mangsa

"Ketua Pusat itu munafik ya Maaak, kita disuruh narik dermawan sebanyak-banyaknya, disuruh getering-geteringan, dikasih modal juta-jutaan, hasilnya belum tentu sebesaran donoran Jeung Fuit. Tapi Jeung Fuit yang kita dapat dengan sejilatan lidah itu dicurigai berbiaya mahal, dikirain eike ngambil keuntungan, bahkan Emak diancam dipecat." Sobirin tak henti berlentik gemulai

"Terus kita harus bagaimana Maaak?" Sobirin beralih ke arah Emak dan menyadari kalo Emak sudah tersengal-sengal di kursi tak bergoyang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun