Mohon tunggu...
Dues K Arbain
Dues K Arbain Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk membungkam pikun

Slogan Sufi Anak Zaman : Jika Allah mencintai manusia, maka akan terwujud dalam tiga kwalitas : 1. Simpatik Bagaikan Matahari 2. Pemurah Bagaikan Laut 3. Rendah Hati Bagaikan Bumi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Tenun Sipirok, di Balik Sukses "Ngundu" Mantu Puteri Presiden

6 Desember 2017   16:24 Diperbarui: 6 Desember 2017   17:44 2260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
selain tenun, manik-manik juga diproduksi, dokumen pribadi

Ngundu Mantu adalah resepsi  pernikahan yang dilaksanakan oleh pihak mempelai laki-laki, setelah sebelumnya sudah dilakukan oleh keluarga perempuan. Biasanya Ngundu Mantu sangat sederhana, tujuannya hanya ingin memperkenalkan dan mengakrabkan menantu perempuan kepada tetangga dan kerabat terdekat mempelai laki-laki.

Hampir semua budaya pernikahan di Pulau Sumatera mengenal istilah Ngundu Mantu. Bahkan dibeberapa daerah, Ngundu Mantu menjadi suatu keharusan, ia menjadi pertaruhan gengsi di masyarakat. Tak terkecuali Mandailing Natal -- Tapanuli Selatan. Itulah sebabnya, kenapa keluarga Bobby Nasution sangat antusias mengadakan acara Ngundu Mantu. Tentu saja  tak terlepas karena yang menjadi menantu adalah puteri semata wayang orang nomor satu di Indonesia. Siapapun yang menjadi jodohnya, sangat mustahil tidak melaksanakan acara Ngundu Mantu secara besar-besaran. Apalagi keluarga Bobby tergolong sangat mampu dan layak untuk mengadakannya.

Guna memberi kesan ekslusif perhelatan Ngundu Mantu Bobby -- Kahiyang menggunakan adat Mandailing Natal. Saat saya hadir di pesta tersebut, ada satu hal yang menarik perhatian, yaitu pakaian yang dikenakan oleh panitia, kerabat, kedua mempelai, orang tua kedua mempelai bahkan sebagian besar tamu undangan. Selidik punya selidik akhirnya saya mengetahui bahwa itulah ciri khas Pakaian Daerah Tapanuli Selatan.

Berbekal informasi yang didapat akhirnya saya memutuskan untuk mendatangi lokasi tempat pengantin pria menempa pakaian adatnya. Dengan ditemani kerabat yang ada di Medan, kami berangkat menuju Sipirok, Ibukota Kabupaten Tapanuli Selatan. Perjalanan menggunakan pesawat terbang dari Kualanamu Medan menuju Silangit Tarutung, Bandara International yang baru saja diresmikan oleh Pak Jokowi sehari menjelang pesta Ngundu Mantu anaknya. (Jokowi benar-benar hebat, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui bukan sekedar pribahasa baginya, tapi benar-benar dilakoni).

Sesampai di Tarutung mobil jemputan yang kami sewa sudah menunggu. Saya mulai merasakan udara berbeda dengan Medan. Kota Tarutung yang berada di tengah-tengah alam pegunungan menyelimutiku dengan udara sejuk nan dingin. Di daerah ini juga terdapat fenomena alam yang langka, yaitu adanya kolam air soda dari sumber bumi yang hanya terdapat di Tarutung dan Philipina. Namun, saya tidak mengupas tentang uniknya air soda ini, karena dibeberapa literatur dan mbah google banyak didapat ulasannya. Selain air soda, di Tarutung terdapat banyak sumber air panas belerang, yang oleh penduduk digunakan sebagai mata pencaharian dengan memanfaatkannya menjadi tempat persinggahan atau rekreasi bagi orang-orang yang melintas.

Perjalanan darat memakan waktu tak kurang dari tiga jam. Jalanan yang dilalui cukup mulus, hanya di daerah Aek Latong yang terletak antara Sarulla -- Sipirok yang menjadi momok menakutkan, karena di daerah ini terjadi longsor yang lumpurnya menutupi badan jalan sepanjang seratusan meter. Namun dengan kesigapan sopir mengemudikan mobil maka lewatlah kami dari hadangan lumpur  dengan wajah yang tak bisa menutupi rasa cemas.

Menurut cerita sopir, daerah Aek Latong tidak pernah bagus jalannya. Banyak peristiwa gaib dan mistik terjadi di sana, katanya. Namun, menurutku struktur jalan yang diapit oleh tebing dan juranglah yang membuat longsor tidak bisa dihindari. Tebing terletak di utara badan jalan  yang merupakan dinding bukit sudah gundul, sementara jurang yang berada dibahu jalan sebelah selatan sangat dalam, sehingga sebanyak apapun longsor dari bukit tersebut tidak bisa menimbun dalamnya jurang. Akibatnya longsor tak bisa dielakkan setiap kali hujan lebat mengguyur daerah tersebut.

Memasuki wilayah Sipirok jalan kembali mulus, udara semakin dingin, pengukur suhu di mobil menunjukkan angka delapan belas derajat celcius. Inilah negerinya Raja Inal Siregar, mantan Gubernur Sumatera Utara yang terkenal itu. Sekali bertanya pada penduduk tempat kerajinan tenun Tapanuli Selatan, kami langsung tahu lokasi dimaksud, karena begitu terkenalnya pengrajin tersebut. Namanya Advenius Ritonga, dengan nama usaha tenun Resty yang letaknya di desa Silungkang sekitar dua ratus meter dari jalan utama kota Sipirok.

Kami memasuki halaman luas dari bangunan rumah yang tergolong mewah. Seorang laki-laki kurus, ternyata pemilik usaha tersebut yang biasanya dipanggil Pak Adven menyongsong di teras rumah. Lokasi usaha merangkap rumah tinggal, ia memajang barang industrinya dibangunan yang menempel di samping rumah. Ruangannya  tidak terlalu besar, karena proses penenunan dilakukan di lokasi yang berbeda. Sayangnya, karena kami datang hari sudah malam, kami tidak bisa melihat proses penenunan batik dan kain songket tersebut. Selain tempatnya sudah tutup, pekerjanya juga sudah pulang.

Ia melayani sendiri setiap tamu yang datang. Dengan keramahan yang sudah terbiasa, ia nampak rileks dan natural menjelaskan keunggulan produknya. Mulailah kami melihat-lihat kain batik yang ditenun khas Tapanuli Selatan dan songket buatan tangan. Coraknya khas sekali. Khas Tapanuli Selatan. Kesannya mewah dan elegan.  

Menurut Pak Aven, awalnya ia menenun sendiri kain batik, songket atau ulos khas Tapanulis Selatan tersebut. Perjuangannya cukup berat, ia mulai dari tahun 1980, sampai suatu ketika ia mendapat pelatihan khusus menenun dari pemerintah  yang membuka wawasan kreatifnya untuk menciptakan tenun khas Tapanuli Selatan yang biasa ia gabung dengan manik-manik dari bahan berkualitas tinggi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun