Mohon tunggu...
Dudun Parwanto
Dudun Parwanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Traveler

Owner bianglala publishing, penulis, komika sosial media dan motivator/ trainer penulisan,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kaya dalam Persepsi Islam

28 Januari 2023   16:13 Diperbarui: 28 Januari 2023   16:27 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana jika Allah mengaruniakan kita rezeki yang banyak. Seringkali kita mendengar orang mengatakan kaya itu tabu. Hidup kan bukan hanya di dunia tapi di akhirat? Di dunia ini kan cuma mampir ngombe (minum)? Kamu itu balung kere (keturunan orang miskin) tidak ada bakat kaya? Buat apa menumpuk harta, toh mati tidak dibawa? Jadi, seolah-olah kalau kita ingin kaya membuat lupa pada akhirat.

Kalau ada anggapan hidup hanya sementara, mengapa kita bersusah payah mencari rejeki? Maka harus kita berpikir sebaliknya. Justru dengan hidup kita yang hanya sementara ini, maka hidup di dunia harus menjadi lumbung amal untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Artinya kita harus memanfaatkan waktu yang ada untuk bisa bermanfaat bagi orang lain. Jika kita miskin, bagaimana kita bisa membantu? Lihat di sana masih banyak anak yatim, fakir miskin dan janda-jandta kesepian, hehehe... eits maksud kita jkita-jkita perlu uluran tangan.


Kalau kita seorang muslim, ayo meneladani Rasulullah. Nabi Muhammad Saw pernah miskin tapi hanya sebentar. Faktanya beliau lebih lama menjadi orang kaya ketimbang miskin. Beliau menjadi pedagang sejak usia 12 tahun dan menjadi pengusaha selama 25 tahun. Perdagangannya ke luar negeri sekitar 18 kali meliputi ke Yaman, Syria, Irak, Yordania dan Bahrain. Terus...berapa kali kita keluar negeri? Pasti pernah, minimal ke Jerman, kata orang Jawa jejere (sebelahnya) Kauman hehehe.

Saat menikah, beliau menyerahkan 20 unta muda sebagai mas kawin, senilai sekarang sekitar satu miliar rupiah. Nabi juga memiliki unta pilihan al Qashwa dan keledai pilihan untuk memudahkan perjalanan dan perjuangan. Dari situ saja, sudah tergambar Nabi termasuk orang yang kaya. Cuma beliau menafkahkan kekayaannya ke jalan Allah dan hidupnya sangat sederhana. Jangan mentang-mentang mahar untuk menikah cuma seperangkat alat shalat dibayar tunai sudah syah, terus kita tidak perlu jadi orang kaya. Hehehe.

Selain Nabi ada juga sahabat yang kaya raya. Umar bin Khattab mewariskan 70 ribu properti senilai trilyunan rupiah. Usman bin Affan mewariskan properti sepanjang wilayah Aris dan Khaibar senilai trilyunan rupiah untuk mata uang sekarang. Siti Khadijah ketika menikah dengan Nabi Saw adalah seorang jkita kaya raya.


Masih kurang lagi, alasan harus kaya. Dulu, Islam dibawa ke Indonesia oleh para pedagang Gujarat dari India yang kaya, kalau tidak kaya mana bisa jalan-jalan ke luar negeri hehehe. Di Indonesia pimpinan Wali Songo, Maulana Maghribi dan pendiri NU dan Muhammadiyah adalah orang-orang kaya. Lha, katanya kita harus meneladani para pemimpin, berarti kita juga harus kaya dong.

Kenapa harus kaya, karena Pesan Nabi: "Kefakiran lebih dekat dengan Kekufuran." Ingat dulu tahun 1990-an ada kabar, gara-gara sekantong indomie, orang yang lemah iman bisa pindah agama. Ada lagi pesan Nabi: "Meninggalkan ahli warismu dalam keadaan cukup itu jauh lebih baik daripada meninggalkan mereka dalam keadaan fakir sehingga mereka meminta-minta kepada manusia."

Apalagi dikatakan Allah Swt lebih menyukai muslim yang kuat iman dan nafkahnya daripada muslim yang lemah. Jadi umat Islam harus kuat terutama dari segi ekonomi. Disamping itu, ibadah juga perlu biaya, misalnya berzakat dan sedekah. Berhaji dan umrah lebih besar lagi biayanya.

Ada sebuah cerita, dulu di Madinah, pasar dan sumber air sempat dikuasai kaum Yahudi. Nabi langsung mengutus Abu Bakar dan Abdurahman bin Auf untuk menguasai balik sumber air itu dengan membelinya dari kaum Yahudi. Intinya, Nabi menganjurkan Islam menjadi kuat dan menang baik dunia dan di akhirat. Sejarah dan juga ajaran-ajaran Islam sebenarnya penuh dengan pelajaran yang berharga bagi mereka yang ingin meraih kesejahteraan dan kekayaan dengan benar.

Nabi Muhammad Saw adalah satu-satunya nabi yang jadi pedagang. Prinsip beliau adalah berdagang dengan jujur. Menurut KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym), mubaligh terkenal itu, para sahabat rasul itu juga makmur hidupnya. "Rasul sendiri orang yang berlimpah harta," kata Aa Gym.

Dari kenyataan itu, bukan sesuatu yang tdiak wajar bila tokoh-tokoh Islam menyerukan bahwa dunia Islam harus kaya, orang-orang Islam atau kaum muslim harus kaya. Tidak sekedar kaya karena negerinya diberkahi kekayaan alam yang luar biasa, tetapi kaum muslim juga bisa menjadi kaya karena bekerja keras dan cerdas. Sekarang ini kesannya tidak demikian. Negeri-negeri Islam di Jazirah Arab memang kaya alamnya, tetapi yang mengelola adalah orang-orang asing. Demikian juga di Indonesia, yang sumber-sumber alamnya dieksploitasi oleh perusahaan-perusahaan asing. Orang-orang yang paling berhasil dalam berbisnis/berdagang di negeri ini juga bukan kaum muslim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun