Mohon tunggu...
Dudun Parwanto
Dudun Parwanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Traveler

Owner bianglala publishing, penulis, komika sosial media dan motivator/ trainer penulisan,

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel: Temuiku di Surga (Chapter #4)

22 Januari 2023   20:05 Diperbarui: 22 Januari 2023   20:12 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Zul bersama pak Waluyo, pak Asnawi, dan pak Sinaga, kepala bagian Marketing akan menemui Menteri Agama. Pak Wal sejak awal punya keinginan, tim pengelola Majalah yang dia dirikan bisa bertatap muka dan bertukar pikiran dengan Menteri. Pertemuan ini sangat penting sebagai sarana menjalin silaturahmi dan kerjasama karena Kemenag adalah mitra utama dan strategis majalah itu.

Setelah menunggu sesaat di ruang tamu, mereka pun dipersilahkan masuk oleh sekretaris Menteri. Rupanya pak Menteri dan pak Dirjen Haji sudah menunggu di ruangan. Dengan hangat mereka menyambut kedatangan awak majalah Mabrur. Pak Waluyo bercerita tentang kehadiran dan rencana ke depan Majalah Mabrur. Pak As berbicara tentang isi majalah dan meminta dukungan peliputan berita. Tak lupa, "si otak bisnis" pak Sinaga mengajak Kemenag untuk menjalin kerjasama.

Pak Menteri menanggapi positif paparan mereka. Dia juga memberi masukan untuk perkembangan Majalah ke depan. Pak Dirjen minta agar mereka membuat peliputan yang cerdas dan membangun untuk pelayanan haji yang lebih baik. Setelah inti masalah dibicarakan, Zul yang dari tadi diam, angkat bicara.

"Pak, Majalah Mabrur kan satu-satunya majalah yang mengupas tentang haji, rasanya kita tidak bisa mendapat berita update kalau tidak bisa berangkat liputan ke tanah suci," kata Zul.

"Iya pak, mungkin bisa dibantu untuk peliputan reporter kita disana," pak As menimpali.

          Pak Menteri tersenyum. Dia menengok ke arah pak Dirjen. 

"Iya ya, masak majalah umum bisa berangkat, kok majalah yang nulis haji tidak, silakan dimasukkan saja berkasnya. Pak Dirjen mohon dibantu," jawab pak Menteri.

Pak Dirjen mengangguk.

Yes, kata Zul dalam hati. Terasa plong dadanya, bolong seperti kue donat. Pertanda positif. Ternyata alam pun ikut tersenyum hari itu. Langit cukup cerah menyambut kepulangan mereka dengan wajah sumringah. Hampir semua misi yang diemban tercapai. Kata pak Menteri, Kemenag akan mensupport berita tentang haji. Dirjen haji  menyanggupi untuk berlangganan Majalah Mabrur sebanyak 1000 eksemplar per bulan. Cukup untuk menyokong biaya operasional sebuah majalah baru.

Zul bisa bernafas lega, ia tinggal mengurus jalur khusus menjadi petugas haji. Meski baru lisan, bagi Zul ucapan pak Menteri adalah sebuah big winning. Pimpinan Kemenag secara lisan sudah memberi lampu hijau bagi Zul bertugas di tanah suci. Zul senang bukan main karena baru pertama kali bertemu dengan pejabat tinggi Kemenag dan langsung mendapat kesempatan yang didambakan umat Islam.

Sebagai rasa syukur pak Wal mentraktir mereka makan siang di bakmi Menteng. Tak lupa pak Wal menyelipkan uang Rp 300 ribu ke dalam sakunya sebagai bentuk terima kasih. Zul senang, karena dompetnya memang tinggal deretan kertas bergambar pejuang seperti Patimura dan Hasannudin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun