Mohon tunggu...
Dudun Parwanto
Dudun Parwanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Traveler

Owner bianglala publishing, penulis, komika sosial media dan motivator/ trainer penulisan,

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel: Temuiku di Surga (Chapter #3)

20 Januari 2023   20:32 Diperbarui: 20 Januari 2023   20:46 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ayat tentang panggilan haji yang tak sengaja dibaca Zul di musola mengusik hatinya. Karena dia meyakini dalam setiap peristiwa ada pertanda, tapi pertanda apa? Masih teka-teki di benaknya. Setiap malam menjelang tidur, pikiran Zul berkecamuk ingin menerka tapi tak sanggup karena takut kecewa. Sebab bagi Zul semua kejadian di bumi ini tak ada yang kebetulan. Semua menyimpan pertanda dan makna dibalik itu. Sayang dia tak bisa menakwilkan, namun dia dapat sedikit memahami tentang pertanda.

Zul memang punya niat berangkat ke tanah suci di usia sekitar 40 tahun. Pertimbangannya di usia itu orang sudah matang pikirannya dan pada usia serupa Nabi Muhammad Saw menerima wahyu pertama untuk mengemban tugas sebagai Rasul. Umur yang cukup untuk bergelut di bidang agama dan mulai mengurangi aktifitas duniawi.

Saat ini, dari segi materi, Zul tidak memiliki kemampuan berangkat ke tanah suci. Bahkan terlintas dalam pikiraanya saja belum. Langkah menuju Baitullah yang memungkinkan menjadi petugas haji. Apalagi musim haji masih beberapa bulan lagi. Masih cukup waktu untuk persiapan jika memang Allah mengijinkan.

Malam itu, Zul tertidur pulas karena kecapekan dan pikirannya suntuk.  Dalam tidur, diluar kesadaran Zul bermimpi menjadi pengantin di sebuah tugu cinta di bukit kecil pada hamparan padang pasir. Dalam mimpi itu Zul berpasangan dengan seorang gadis bercadar yang cantik dan bermata jeli. Zul merasa senang sekali. Mungkin hanya bidadari yang bisa mengalahkan paras jelitanya. Di situ pula ia menemukan kedamaian hatinya. Dan disitulah ia merasa dapat mengabdikan sepenuhnya kepada Ilahi Rabbi.

Mimpi indah sang bocah tiba-tiba buyar, ketika om Maman pemilik kos membangunkannya untuk sholat Subuh. Zul terbangun, dan merasa kesal  dibangunkan dari bunga tidurnya. Pakaiannya basah. Ia menggigil kedinginan padahal udara malam itu amat gerah.  Ia tak pernah bermimpi seperti itu. Mimpi yang bisa menyebabkan badannya gemetar dan kedinginan.

Om Maman menggelengkan kepala, ketika ditanya makna mimpi si bocah. 

"Mimpi itu hanya bunga tidur, jadi jangan diartikan macam-macam," pesan om Maman.

"Tapi mimpi ini bukan mimpi biasa Om, badanya saya gemetar dan baju saya basah ....."

"Hehehe itu sugesti, kalau kita meyakini mimpi itu biasa saja, maka tidak terjadi apa-apa. Namun kalau kita yakin mempi itu akan menjadi kenyataan, bisa pula demikian, tapi semuakan sudah takdir......"jawab om Maman.

"Saya meyakini mimpi ini akan menjadi kenyataan...."

Om Maman memandang si Bocah, dia berharap Zul tidak meyakini mimpi itu. Sehingga Zul dapat beraktifitas kembali tanpa dibayangi mimpi lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun