Mohon tunggu...
Dudun Parwanto
Dudun Parwanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Traveler

Owner bianglala publishing, penulis, komika sosial media dan motivator/ trainer penulisan,

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kampung Ramah Lingkungan, Solusi Mengurangi Emisi

20 Oktober 2021   20:46 Diperbarui: 20 Oktober 2021   21:26 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kampung Ramah Lingkungan, Solusi Mengurangi Emisi 

Setelah pandemi Covid19 mulai reda, dunia dihadapkan pada tantangan yang tak kalah dahsyat. Bahkan ada yang memprediksi bila masalah ini tidak tertangani, dampaknya akan jauh lebih besar dari Corona. Padahal Covid19 telah menginfeksi 242 juta orang di dunia dan merenggut  hampir 5 juta jiwa. Namun dampak yang ditimbulkan masalah ini akan menimpa puluhan bahkan ratusan juta penduduk bumi. Apa masalah tersebut?

Para ilmuwan antarpemerintah untuk perubahan Iklim (IPCC) melaporkan gangguan iklim akan terjadi dan berlangsung dalam beberapa dekade bahkan abad. Ditandai dengan kemunculan gelombang panas mematikan, angin topan raksasa dan cuaca ekstrem yang akan semakin parah. IPCC menegaskan, dunia harus segera mengambil langkah-langkah besar untuk menyelamatkan bumi. Caranya dengan mengurangi emisi. Suhu rata-rata bumi harus dijaga agar tidak melewati ambang batas pemanasan 1,5 derajat Celsius dalam waktu 20 tahun ke depan.

Saat ini pemanasan global sudah mencapai 1,1 derajat Celius. Dampaknya sudah dirasakan dengan kasat mata. Diantaranya munculnya cuaca panas terik yang sangat menyiksa. Bahkan beberapa waktu lalu, ribuan burung mati dan berjatuhan di beberapa wilayah Indonesia. Jika kondisi ini dibiarkan, maka pada tahun 2060 pemanasan global akan meningkat 2 derajat Celsius. Menurut lPCC, dengan peningkatan suhu bumi 2 derajat Celsius, akan terjadi suhu panas ekstrem di beberapa wilayah dunia. Efek lainnya yakni suhu dingin ekstrem, kekeringan, kelangkaan air dan curah hujan ekstrem atau sangat tinggi.

Menanggapi kondisi perubahan iklim, PBB tidak tinggal diam. PBB meminta semua Negara di dunia ikut menurunkan pemanasan global dengan mengurangi emisi. Sesuai kesepakatan internasional, pada tahun 2030  suhu bumi diharapkan tidak naik diatas 1,5 derajat Celsius. Setiap negara harus mengirimkan dokumen NDC, Nationally Determined Contributions atau kontribusi nasional yang ditetapkan untuk mengurangi emisi karbon. 

Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menciptakan Net Zero Emissions (NZE) pada 2060, atau lebih cepat sebelum tahun 2060. Dalam menerapkan target nol emisi, pemerintah sudah menyiapkan lima prinsip utama. Kelima poin itu adalah peningkatan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT), pengurangan energi fosil, penggunaan kendaraan listrik di sektor transportasi, peningkatan pemanfaatan listrik pada rumah tangga dan industri, serta pemanfaatan Carbon Capture and Storage (CCS).

Komitmen pemerintah menciptakan Net-Zero Emissions akan sia-sia, tanpa dukungan dari seluruh lapisan masyarakat. Selama ini banyak aktifitas masyarakat yang menyumbang emisi karbon. Antara lain penggunaan bahan bakar fosil sehari-hari, penggundulan hutan, pembakaran sampah dan pemakaian barang-barang yang sulit diurai seperti plastik dan sebagainya. Kepedulian setiap individu perlu ditanamkan melalui gaya hidup sehat dengan mengurangi emisi karbon. Kelangsungan hidup bumi harus dipertahankan sebagai tempat tinggal yang nyaman untuk kehidupan ekosistem di dalamnya.

 Kampung Ramah Lingkungan 

Banyak langkah yang dilakukan untuk mengurangi emisi karbon yang menyebabkan efek rumah kaca. Satu diantara solusi mengurangi emisi adalah dengan membentuk Kampung Ramah Lingkungan atau KRL. Program KRL awalnya diinisiasi pemerintah kabupaten Bogor untuk daerah yang tadinya kumuh dan kotor menjadi kawasan yang bersih dan hijau. Namun dalam perkembangannya Kampung Ramah Lingkungan sudah menjadi program yang  diadakan setiap desa di kabupaten Bogor. Sampai dengan tahun 2020, ada 181 desa atau kelurahan dari 37 kecamatan telah mengikuti program KRL yang diselenggarakan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor.

Tujuan dibentuknya KRL mendorong pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat untuk memahami permasalahan lingkungan dan dampaknya. Disamping itu untuk melakukan tindakan nyata secara proaktif dalam kontribusi upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Di desa-desa, biasanya KRL diadakan di wilayah RW serta pengurusnya disahkan Kepala Desa/ Lurah.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor setiap tahun mengadakan lomba pemilihan KRL terbaik untuk meningkatkan kualitas KRL. Sehingga KRL terus melakukan pembaharuan dengan program inovasinya untuk menjadi yang terbaik. Satu diantaranya adalah KRL Berseri yang terletak di RW 018 Villa Permata Bojongnangka yang masuk dalam nominator pemilihan KRL tingkat Kabupaten. KRL Pelangi merupakan KRL terbaik di Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun