Mohon tunggu...
Dudun Parwanto
Dudun Parwanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Traveler

Owner bianglala publishing, penulis, komika sosial media dan motivator/ trainer penulisan,

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Era Medsos itu Era Fitnah Merajalela

2 Maret 2019   17:58 Diperbarui: 2 Maret 2019   19:31 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jangan Terlalu Cepat Berburuk Sangka

"Era medsos itu era Fitnah," ujar teman saya seorang pakar branding. Fitnah itu dipicu banyaknya kabar dusta yang dikembangkan oleh oknum lalu diyakini dan diviralkan oleh dua pendukung paslon pada Pilpres 2019 ini. Sebenarnya era itu sudah terjadi sejak 2014 silam, di mana era bumi Indonesia terbelah menjadi dua lantaran pada 2019 ini mereka bertarung ulang, maka keterbelahan itu semakin menganga.

Dengan adanya 2 kubu, maka sering terjadi setiap isu digoreng sesuai dengan keberpihakan. Mereka akan membela golongan mereka dengan berbagai argumen meski sebenarnya mereka tahu itu salah. Disini kebenaran menjadi absurd dan akan selalu dibenturkan dengan dua kepentingan di pihak mana anda berada. pemikiran seperti ini sudah mengedepankan emosi dan mengunci hati nurani.

Bagi cebong dan kampret, orang netral itu tidak ada, Padahal Golput dalam pemilu 2014 mencapai 27%. Karena ,mereka berharap orang netral atau golput menjadi kawan atau musuh mereka. Mereka sering menyindir orang netral dan golput dengan berbagai sindirian yang mereka menciptakan sendiri, kalau perlu bawa dalil agama.

Pengalaman saya, ketika saya dekat dengan Jonru dan saya membela dia di pengadilan sebagai saksi yang meringankan maka auto kampret langsung disematkan ke saya. Dan ketika saya menjadi juara 1 penulisan anak nasional kemudian diundang Presiden Jokowi ke Istana maka saya mendapat gelar auto cebong. Itulah yang terjadi, mereka tahunya kalau ga kampret ya cebong hehehe.

Itu terjadi karena dalam pikiran mereka, sudah ada prasangka, dan sebagian besar prasangka buruk. Mereka yang militan mendukung paslon tertentu, selalu berpikiran buruk pada "lawannya" seolah semua yang dialkukan buruk, begitu pula sebaliknya. Berita hoax dengan tulisan, editing foto dan video akan divilarkan oleh orang prang yang sepaham, lepas dari benar tidaknya, itu tidak penting.

Saudaraku, kita sudah terjebak bermutlak-mutlakan dalam perbedaan pendapat. Ini karena kita terlalu posesif terhadap pengertian kita sendiri. Bagai seorang perawan yang tergila gila pada jejaka sehingga tak mau secuil kejelekannya diumbar. Kita cepat tersinggung, mangkel, geram dan marah jika ada orang yang menguliti aib paslon yang kita dukung.

Secara rasional kita tidak obyektif, dan secara spiritual psikologis kita tidak dewasa, tidak rendah hati. Keduanya bergabung menghasilkan sikap tak menerima kemungkinan baru atas keyakinan dirinya. Hasilnya Kita cenderung berburuk sangka dengan mencari kesalahan kesalahan saudara kita yang lain, Tanpa sadar kita sudah melanggar perintah Alloh , kita gampang terjerumus untuk tergolong dalam " yaskor qoumum minqoumin" sedang orang yang bisa saja kaum yang dicerca itu termasuk "yakuunu khoiron minhum" Maka kita harus mengedepankan prasangka baik dan jangan mudah berprasangka buruk pada siapapun.

Dudun Parwanto, untuk Dapil 2 Kab Bogor

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun