Mohon tunggu...
Dudun Parwanto
Dudun Parwanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Traveler

Owner bianglala publishing, penulis, komika sosial media dan motivator/ trainer penulisan,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketua RT Kadang Kayak Pembantu

12 Januari 2019   06:48 Diperbarui: 12 Januari 2019   07:07 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


RT itu kayak Pembantu

Pak RT yang sudah menjadi idola warga kami selama 7 tahun, secara mendadak dangdut pensiun dini meski tak dapat pesangon dari warga. Masyarakat bingung, tak ada yang mau menjadi Ketua RT baru di komplek yang disubsidi Negara. 

Alasan pak RT sudah capek, ingin ada regenerasi, tapi tak ada kader yang disiapkan dan warga tidak berpikir pak RT akan mundur. Karena selama ini sudah puas dengan kinerja pak RT dan kalau bisa malah menjadi RT seumur hidup. Permintaan warga agar tetap memimpin sampai akhir periode, tak membuat pak RT tak bergeming.

Capek, itulah alasan pak RT. Masuk akal menurutku dan sebenarnya pak RT sejak pemilihan dua tahun lalu tidak mau menjabat lagi. Kami sedikit memaksa pak RT memanjangkan durasi karena warga merasa sudah cocok dengan kepemimpinanya. 

Program-program pak Rt semua berjalan lancar, ronda jalan, kebersihan lingkungan terjaga, dan arisan guyup. Bahkan setiap tujuh belasan, selalu diadakan upacara yang kadang pakaiannya lucu lucuan yang membuat saya terpingkal pingkal.

Warga sudah terlena dengan kegigihan pak RT. Selama ini pak RT menjadi figur yang diandalkan. Kerja bakti kalau pak RT nggak teriak teriak lewat corong musola, warga mungkin masih asyik di rumahnya. Ronda kalau pak RT nggak ngoprak oprak, pos sepi. 

Iuran kebersihan lingkungan yang harusnya menjadi kewajiban rutin, kadang pak RT harus turun tangan untuk nagih karena petugas yang menarik sudah capek bolak balik narik nggak dibayar. Tak jarang kalau warga belum ada yang kerja bakti, pak Rt sendirian yang memotong rumput atau mengecat lingkugan untuk persiapan 17 Agustusan.

Maka ketika pak RT , datang ke rumah saya untuk mundur dengan alasan capek, saya tak bisa menolak. Kalau melihat alur kerja semua mengandalkan ketua RT ya itu yang akan terjadi. Kesadaran warga di lingkungan komplek menengah kebawah itu masih mengandalkan ketokohan ketua RT bukan karena kesadaran sendiri. 

Inilah permasalahan yang terjadi pada komplek bersubsidi, inisiatif warga kurang dan harus digerakkan dan lagi dan lagi semua tertumpu pada sosok ketua RT.

Dan ternyata kemunduran Ketua RT kami yang menjadi RT teladan se RW, membuat ketua RT lain pada curhat ke saya. Mereka mengirim WA yang antara lain kalau ada yang gantiian jadi Rt mereka akan senang. Ternyata permasalahan di komplek kami, sama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun