Mohon tunggu...
Dudun Parwanto
Dudun Parwanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Traveler

Owner bianglala publishing, penulis, komika sosial media dan motivator/ trainer penulisan,

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Drama Tiga Babak "Markesot Menggugat"

12 Juli 2018   06:28 Diperbarui: 12 Juli 2018   06:55 813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KATA PENGANTAR

Markesot adalah kita yang suka pamer, selfi dan membuat hal-hal yang sensasional heboh untuk diviralkan di media sosial. Akhirnya Markesot yang awalnya orang biasa saja, mendadak dangdut menjadi terkenal setelah video dan tulisannya diviralkan di dunia maya dengan jutaan pengikutnya. 

Markesot Menggugat adalah nama akun youtubenya yang popular menyuarakan protes sosial kepada Penguasa. Ia pun menjadi idol generasi milenial . Markesot pun seperti ulat, naik daun serta menjadi sosok fenomenal dan kadang kontroversial. Popularitas itu membuat uang pun mengalir deras ke kantongnya. 

Namun akhirnya Markesot harus menelan pil pahit, ketika seorang anak kecil meninggal gegara mengikuti apa yang ia peragakan di sosial media. Markesot pun dituntut pidana. Orang-orang yang tidak suka dengan Markesot pun ikut mencari celah hukum agar Markesot di penjara. Akankah Markesot lolos dari jeratan hukum atau malah meringkuk di hotel prodeo. Sebuah kisah yang dituturkan secara jenaka dengan gaya khas Dudun Parwanto. 

  SINOPSIS

Markesot frustasi, gara-gara penjualan bukunya terus nyungsep, royalty yang ia dapat dari buku yang ia tulis di beberapa penerbit kalau dikumpulkan sebulan gak bisa untuk kebutuhan makan. Bininya uring-uringan. Markesot selalu menasehati Sarinem, istrinya, untuk berhemat. "Apa yang mau dihemat, duitnya aja kagak ada" ujar Sarinem senep. Dia minta Markesot mencari profesi lain, agar dapur tetap ngebul. "Ojek online aja" tukas istrinya, tapi Markesot belum mau, "malu" katanya.

Markesot terinspirasi oleh Primus, seorang youtuber nomor satu di Indonesia, yang jumlah followernya jutaan dan penghasilannya miliaran. "Ini gue banget, kerja nyantai duitnya banyak," celutuk Markesot pada Panjul tetangganya seorang pengemudi ojek online. "Mending ngojek aja Sot, lebih jelas, dapat duit hari ini langsung buat makan" bujuk Panjul. Markesot masih kekeuh dia belum tertarik. Markesot pun mulai membuat video yang aneh- aneh, kadang mau lucu tapi malah garing kayak kanebo kering.

Lama-lama dapur mulai tidak ngebul, Bininya marah melihat Markesot di depan hape, sehari-hari berjoget bernyanyi, melawak dan sebagainya. Karena emosi tidak didengar bininya malah memberi somasi, lagu penyanyi lawas yang minta dipulangkan ke rumah orangtuanya. Suatu hari Markesot kehabisan kuota, ia pun menjual jam tangannyanya untuk membeli kuota. Bini yang tahu menjadi tambah marah. 

Akhirnya Markesot terpaksa demi dapur menjadi pengemudi ojek online. Tapi supaya nggak malu , ia nariknya di daerah, jauh dari rumahnya. Berangkat pagi pulang malam. Helm dan Jaket diitipin sama temannya supaya nggak ketahuan. "Wah sekarang pergi pagi pulang malam,kerja dimana Sot? Tanya Panjul. "Gue kerja di kontraktor" ujar Markesot bohong.

Suatu ketika, video Markesot mulai diviralkan di youtube, gara-gara dia ditipu saat mendapat orderan palsu, ada orang fiktif pesan makanan, akhirnya Markesot rugi 300 ribu. Saat itu ada seorang netizen memvideokan dirinya yang menangis dan memviralkannya di dunia maya. Rupanya video yang memainkan somasi viral dan menarik simpati banyak orang untuk membagikan. 

Tetangganya termasuk Panjul baru tahu dari internet ternyata Markesot seorang tukang Ojek online. Sejak itu mama markesot pun terkenal dan diberitakan di media mainstream, Markesot dapat panggung, jimat aji mumpung ia mainkan, maka ia pun memperkenalkan diri sebagai seorang youtuber. Dia pun mencari di google tips-tips menjadi youtuber terkenal.

Sejak itu, follower youtubenya bertambah drastic, dari hanya 100 orang naik menjadi 10 ribu dalam sebulan. Markesot girang bukan kepayang, semangatnya 45nya bertambah membara di dada seperti timnas Indonesia melawan Malaysia. Lalu dia makin sering memposting videonya yang lucu, aneh, nekat hingga ekstrim seperti makan daging tikus dan sebagainya. 

Selain itu di facebook, Markesot juga sering menulis kritik kritik sosial yang menggugat pemerintah, yang kadang membuat telinga kekuasaan memerah. Hasilnya luar biasa dalam tiga bulan followernya melonjak sebanyak 1 juta orang. Angka yang sangat spektakuler. Sejak itu ia melakukan monetisasi dengan iklan, pelan tapi pasti ia mendapat uang dari youtube. Akhirnya Markesot berhasil merenovasi rumahnya dan membeli mobil baru, dan ia meninggalkan profesi ojek online. Kesuksesannya juga tak lepas dari dukungan asistennya Jambul yang pandai mengedit video dan melakukan analisa di media sosial.

Namun malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Tersiar kabar seorang anak kecil bernama Dilan meninggal dunia akibat menirukan adegannya yang berbahaya. Ibunya Menik marah berat, ia tahu persis anaknya adalah penggemar video Markesot, diapun memviralkan kematian anaknya dan menyalahkan Markesot sebagai biang kerok. Pedro seorang youtuber terkenal, yang merasa tersaingi oleh Markesot memanfaatkan situasi tersebut. 

Dia meminta agar Menik melaporkan Markesot ke Polisi. Pedro pun mengumpulkan bukti-bukti ke polisi agar Markesot pun di tetapkan sebagai tersangka dengan pasal berlapis, kayak kue. Kesempatan bagi aparat untuk menyikat Markesot. 

Akun Markesot pun diblokir oleh penyidik, sehingga mata pencahariannya meredup. Semua tangan kekuasaan bersatu melawan Markesot sementara Markesot didukung oleh sebagian masyarakat.

Jambul, asisten Markesot menggalang dana di dunia maya sambil membuat dukungan agar Markesot dibebaskan. Sementara Markesot menunjuk Zidane sebagai pengacaranya. Markesot yakin video yang diunggahnya tidak melanggar hukum, dan apa yang ia lakukan memang bukan untuk ditirukan orang lain. Namun hakim mengabulkan sebagian tuntutan jaksa dan Markesot pun harus menjalani hukuman pidana 1 tahun.

CHAPTER 1

KETIKA BUKU DIHAJAR E BOOK

Panas terik matahari membakar bumi. Kemarau datang memanjang. Daun-daun kering meranggas berjatuhan agar mengurangi beban pohon. Sebuah musim tahun politik yang panas ikut menaikkan tensi suhu bumi. Media sosial apalagi, lebih memanggang emosi dan mengompori hati dengan berbagai provokasi.

Di sebuah komplek perumahan sederhana nan asri, tersebutlah nama seorang laki-laki berusia 40 an tahun. Pria yang sehari-hari kerap bekerja di rumah dan membuka warung sembako di ruang depannya. Berkacamata minus, rambut sedikit kering dan berbadan tegap, meski nggak sekekar tentara atau Super Hero yang ada di film-film Avenger. Setidaknya dengan olahraga lari seminggu dua kali membuat wajahnya kelihatan lebih muda dari usainya. Sebuah cerita sederhana di zaman mileneal tentang seorang pria dewasa yang tersebut sebagai Markesot.

Jemari lentiknya masih lincah menari di atas keyboard. Kadang matanya melotot di depan komputer, padahal sudah 5 jam dia duduk di kursi. Padahal kata orang bijak, setiap 2 jam sekali orang duduk harus berdiri, karena tidak baik untuk kesehatan mata dan punggung. Padahal punggung Markesot sudah super pegel, tapi kalau sudah nulis di depan komputer, Markesot lupa segala-galanya, tak merah dan tak juga jingga Baru ketika anak-anak di musola dengan suara sumbangnya melantunkan puji-pujian sebelum Magrib, itu pertanda Markseot harus berhenti dan turun dari tahtanya. Kalau suaranya merdu sih enak dengarnya, tapi ini berisiknya minta ampun, membuat telinga meriang mendengarnya.

Markesot seorang ghostwriters atau penulis bayaran, bukan pembunuh bayaran ya hehehe, pekerjaannya menulis buku untuk klien. Dari situ dia mendapat bayaran. Itulah pekerjaan yang sudah dijalani selama 5 tahun, sejak berhenti jadi Wartawan. Ilmu menulis ia dapatkan sejak jaman mahasiswa, di pers kampus pada era reformasi dulu. Setelah lulus, dia mengadu nasib ke Jakarta menjadi wartawan, hingga ia berhenti karena merasa lelah .

Markesot mempunyai dua orang anak dan seorang istri. Bininya orang Medan, tapi keturunan Jawa, atau istilah kerennya "pejabat", peranakan Jawa Batak. Dua anaknya masih kecil namanya cantik-cantik . Yang gede kelas 6 SD namanya Rosalia, mirip nama bus Jakarta Solo heheh dan yang kecil kelas 1 SD namanya Matahari, keduanya bunga yang disukai Markesot. Kalau anak ketiga lahir rencananya akan diberi nama Kamboja. Tapi bininya nggak sudi, alasannya Kamboja itu bunga kuburan, lalu ia menelan pil KB hingga sekarang nggak hamil-hamil.

Nah disamping menjadi penulis bayaran, Markesot juga menulis buku sendiri. Buku apa saja ia tulis, dari fiksi maupun non fiksi lalu dikirimkan ke penerbit. Kalau sudah dikirim ke penerbit tinggal nunggu hasilnya yang lamanya pakai banget sekali. Saking lamanya, Markesot pernah ditelpon penerbit memberitahu karyanya akan diterbitkan, eh Markesot yang malah lupa kapan mengirimnya. Penerbit itu bisnis, hanya mau menerbitkan karya yang kemungkinan besar laku di pasaran. Mungkin dari 30 tulisan yang masuk hanya 1 yang diterbitkan. Selebihnya akan masuk tempat pembuangan akhir.

Ya begitulah sejak era internet mulai banyak yang mengakses, industri buku terpuruk, karena kata para pakar ekonomi, ada disruption atau pergesersan dari cetak ke digital. Tak pelak lagi industri buku terjun bebas dari angkasa. Sebab nggak ada internet saja, industri ini sudah menjerit teriak-teriak, apalagi ditambah era sosial media, makin menambah panjang daftar korban penderitaan.

Naskah sesampai di penerbit ada yang diterbitkan namun ada yang ditolak. Nah naskah yang ditolak, kalau dinilai Markesot bagus dan ia ada duit akan diterbitkan sendiri. Biasanya dicetak sendiri secara satuan biar nggak rugi lewat percetakan print on demand, lalu dijual secara online. Nama kerennya self publishing, yakni penerbitan dengan biaya sendiri. Lalu buku itu dijual di sosial media. Namanya dagang ya ada yang laku, ada yang nggak, kalau gak laku ya dibaca sendiri hehehe.

Kalau bukunya diterbitkan di penerbit mainstream, biasanya dicetak dalam jumlah yang cukup banyak, lalu dijual di toko buku. Nah kalau buku itu laku, Markesot akan mendapat royalty, besarnya 10% hari harga jual, sebelum dipotong pajak. Ternyata PPH penulis itu sangat mencekik leher. Meskipun lehernya pendek tetap saja akan tercekik. Makanya Markesot ikut berteriak kencang dan mendukung ketika ada seorang penulis terkenal memboikot menerbitkan buku jika pajak penulis tidak diturunkan. Setelah beberapa lama, pajak penulis tidak berkeming, namun si penulis terkenal itu akhirnya kembali menulis dan bukunya bertengger ke pasaran.

"Jadi penulis itu berat, kamu nggak akan kuat, biar aku saja, " status FB Markesot yang diinspirasi sebuah film pada zaman now.

***

Sehari-hari Markesot bekerja di rumah, kebetulan rumahnya dua lantai, lantai 1 untuk rumah tangga, sedangkan lantai dua untuk kantor alias rukan atau rumah kantor. Di lantai atas yang menghadap jalan ada spanduk tertulis "Biangkerok Publishing" perusahaan penerbitan indie milik Markesot. Satu-satunya alasan menggunakan nama Biangkerok karena Markesot adalah penggemar berat legenda Betawi Haji Benyamin Sueb, dimana ia pernah main film berjudul Benyamin Biangkerok. Dalam ruangan tidak ada gambar Presiden, yang ada ya itu gambar Benyamin.

Jambul adalah satu-satunya asistennya, kerjanya serabutan. Karyawan yang lain sudah dipecat karena order sedang lesu. Dulu selain jambul , Markesot juga merekrut marketing dan reporter, tapi itu dulu, sekarang Jambul sorangan aja. Namanya usaha kadang naik turun, kadang timbul kadang tenggelam, yang penting yakin dan tidak menyerah. Hidup harus jalan terus, nggak kalah sama belok kiri hehehe.

Jambul hanya lulusan STM tapi ia ahli desain grafis yang mengerjakan desain buku atau majalah. Disebut jambul karena rambutnya dibikin ke atas mirip jambul burung kakatua. Orangnya nurut dan loyal, itu yang dicari Markesot, sebab banyak karyawan yang pintar tapi tidak loyal yang ada malah ngrecekin pekerjaan. Makanya pemerintah tidak butuh menteri yang pinter tapi tidak loyal karena akan menusuk dari belakang, tapi asal bodoh yang penting loyal karena ilmu itu bisa dipelajari ibarat pepatah ala bisa karena biasa, semua yang dilatih pasti akan mahir.

***

Hape Markesot berdering, ada orang menghubungi diujung telepon sana.

"Dengan pak Markesot?"

"Ya saya sendiri "

"E begini pak, nama saya Sumanto ?"

Markesot diam sebenarnya, dia pernah mendengar nama itu di berita, nama yang tidak enak didengar.

"Saya bukan Sumanto yang makan manusia itu pak, saya Sumanto seorang pengusaha dealer mobil , pengusaha dealer mobil Pak"

"Ya ya ya saya nggak mikir ke sana, ada apa pak Manto?"

"Gini Pak Kesot bisakah anda membuatkan saya buku,"

"Oh bisa mudah itu, buku tentang mobil ya?" Markesot senang mengira mendapat order menulis tentang mobil.

"Oh bukan itu, saya baru saja pulang dari ritual di gunung Bunder, nah saya dapat masukan banyak dari langit untuk memperbaiki Negara ini," 

"Sejak kapan langit bisa bicara?"

"Maksudku dari pemilik langit Pak, Tuhan, dan saya ingin dibuatkan kitab suci,"

Markesot terkejut, berdiri dari kursinya, dia memasang telinganya lebih rapat. Antara percaua nggak percaya, ia minta lawan bicaranya mengulangi permintaannya. Seumur-umur baru kali ini ada orang memintanya membuat kitab suci.

"Wah memang muncul Nabi baru pak"

"Lha saya sendiri Nabinya, nabi Sumanto. gimana mau? tanya Sumanto

Markesot tambah bingung, jujur ia memang lagi butuh order, tapi ia masih percaya pada imannya kalau al Quran adalah kitab suci yang terakhir. Lama ia tidak menjawab memikirkan cara yang sopan untuk menolak tapi tidak menyakiti.

"Wah kalau saya yang nulis, nanti nama saya masuk dong, hadist riwayat Markesot gitu?"

"Oh nggak nggak harus gitu hahaha, kalau mau nanti ketemu dulu, juta bahas teknisnya?"

Sumanto serius banget.

"Wah saya pertimbangkan dulu pak, sanggup apa nggak soalnya belum pernah, sekarang lagi nulis yang lain?" tangkis Markesot.

"Oh lagi nulis kitab suci lain," tanya Sumanto

"Eh bukan kitab suci, buku pak. buku Pak." 

"Oke deh besok saya telpon lagi pak " Sumanto menutup telponnya.

Jambul yang mendengar pembicaraan itu heran,

"Mbul, kita ada order membuat Kitab Suci dari nabi Sumanto.."

"Wah kok namanya kurang menjual, apa laku nanti agamanya..." 

"Bukan itu Mbul masalahnya, dosa nggak ya kalau aku ambil,"

"Aslinya sih haram , tapi kalau darurat bisa jadi halal,"

"Daruratnya dimana?"

"Saya kan belum gajian bulan ini, Pak"

Markesot melongo, pura-pura denger, lalu dia kembali mengetik di komputer, Entah apa yang dia ketik itu tidak penting yang penting dia ngetik.

***

Sambil menulis Markesot menengguk kopi, matanya masih berlari lari kecil diantara layar monitor dan keyboard , maklum dia tidak bisa mengetik dengan 10 jari, ia hanya menggunakan 4 jarinya untuk mengetik. Meski lama jadi penulis, tapi tidak semua jari ia gunakan. Menurutnya kalau dia lancar dengan 10 jari ia tidak akan membuka jasa penuisan tapi jasa pengetikan.

Sambil menulis buku, Markesot masih aktif di sosial media, terutama di facebook, apa saja ia tulis untuk meng update status. Kadang kalau lagi bte, ia memfoto kopi dan singkong rebus buatan istrinya yang tersedia di meja, lalu ia upload di Fb sambil dikasih tulisan "teman tidak mesra". Apa maksud Captionnya, Markesot tak perlu menjelaskan biar pembaca yang menilai sendiri sesuai kadar lmunya. Kadang apa saja yang ia pikirkan ia tulis di FB. Biasanya di status FB ada tulisan "apa yang sedang anda pikirkan" kalau isengnya kumat, Markesot menjawab saya tidak memikirkan apa-apa.

Sore itu Anaknya yang paling gede, Rosalia menemuinya setelah Jambul pulang. Jam kerja Jambul mulai jam 8 sampai dengan jam 5 sore kecuali lembur.

"Yah mau tanya, ibukota Peru mana ya?"

"Lima," Jawab Markesot cepat tanpa melihat anaknya.

Rosalia nggak percaya, ayahnya masih mengetik .

"Ibu kota Peru banyak amat yah, satu saja jawabnya..."

"Ya itu Lima ibukotanya" kata ayahnya masih memelototi tulisan,

"Yah sebutin Yah lima itu apa saja..." tanya Rosalia mulai sebel

Markesot mulai kesal, dilihatnya wajah anaknya, Rosalia diam .

"Nama ibukota Peru itu Lima , tulis saja L-i-m-a.."

Rosalia menulis kata lima di bukunya,

"Terus kalau ibukota China ?

"Udah nanya goggle aja, ayah mau kerja, kalau nggak tahu baru nanya ayah.."

Markesot menyodori anaknya hape, Rosalia mengambilnya.

"Ada kuotanya Yah...'

Markesot menggeleng, kemudian menoleh. Rosalia tahu isyarat ayahnya minta mamanya mengsi pulsa, kebetulan istrinya jualan pulsa juga di depan rumah.

"Jangan buat youtube ya, "pesan rutin Markesot tiap kali hapenya dipinjam anaknya.

"Nanti kuota ayah habis .." ujar Rosalia menirukan pesan Markesot yang sering ia dengar setiap meminjam hap[e bapaknya, Rosalia turun kembali ke tempat mamanya.

"Apa pulsa lagi, baru kemarin diisi dua puluh lima ribu sudah habis, "teriak istrinya di lantai satu. Saking kerasnya suara itu terdengar ke telinga Markesot. Markesot mendengar kemudian nyeluthuk, biacara sendiri.

"25 ribu cuma dibeliin paket dapat 2 giga , kalau nggak beli paket data, sehari kelar tuh duit."

-o0o-

CHAPTER 2

  • ROYALTY BUKU KECIL

Suatu sore, seorang tukang Pos mencari rumah Markesot. Panjul seorang tukang ojek online dan Tepos, pak ketua RT sedang duduk sambil chat WA di gardu pos. Mereka heran di zaman now masih ada tukang pos membawa surat lewat .

"Wah hari gini masih ada tukang pos bawa sepeda, gak salah lihat apa " ujar Tepos.

"Kita selfie yuk pak RT , langka ini " ajak Panjul sambil memanggil tukang pos.

Pak RT mengangguk, mereka lalu menghentikan pak pos dan mengajak selfie.

"Pak kenapa sih masih naik sepeda, kayak tukang pos jaman old," tanya Pak RT

"Saya orangnya gak bisa move on Pak, ada motor di kantor, tapi saya lebih suka naik sepeda?" jawab tukang Pos.

"Oh bapak berarti anti mainstream, tidak disruption.." tanya Panjul.

"Ah mbuh...ngomong yang gampang saja. Saya mau ngantar ini ke Markesot, "

"Wesel pos...?" Tepos kaget melihat pak Pos membawa wesel.

"Apa itu pak?" tanya Panjul.

"Buat ngambil uang jaman dulu." tegas pak Pos.

Pak pos kembali mengenggenjot sepedanya, Panjul dan pak RT masih berdiri di tempat, heran.

"Cocok...Markesot memang orang jaman dulu...." ujar Panjul

Tepos tersenyum.

****

Sarinem menjaga warung di teras rumahnya, ia membuka toko kelontong kebutuhan sehari-hari jualan pulsa listrik maupun hape.

"Assalamualaikum, assalamualaikum..." teriak tukang Pos rajin sekali.

"Walakumsalam..eh pak Pos " Sarinem sumringah keluar rumah. Sepertinya ia sudah hafal dengan kedatangan pak Pos.

"Ini Bu biasa, nganter honor tulisan bapak...?" pak Pos menyerahkan wesel.

Sarinem melihat angkanya., wajahnya langsung berubah.

"Kecil amat pak, kalau segini saya nggak bisa buatin kopi" jawab istrinya.

"Walah kok kopinya menyesuaikan honor" pak Pos protes.

"Maaf Pak lagi resesi, krisis ekonomi."

Sarinem menatap muka pak Pos dengan senep lalu tanda tangan.

"Kalau mau gedhe , jadi pengusaha jangan jadi penulis bu," ujar Pak Pos pun pergi.

***

Jam 5, Jambul pamitan pulang. Tak lama kemudian Istrinya naik ke atas sambil teriak. "Yaaaah"

Markesot kaget, ia masih di loteng memegangi jantungnya, takut copot.

"Nih honor nulis cuma segini, mana cukup buat makan sebulan" 

Markesot mengambil wesel yang digeletakin di mejanya, ia pandangi sesaat angkanya cukup mencengangkan, Rp 300 ribu. Istrinya masih berdiri dengan penuh harap-harap cemas.

"Ya syukurin yang ada, biasanya habis teri kan muncul paus" Markesot nyantai melanjutkan update statusnya.

"Jawabanya dari bulan lalu begitu, sudah berapa bulan teri melulu, pausnya dimakan teri. Keluarlah .main yang jauh, banyakin silaturahmi...biar dapat proyek," Sarinem sewot

"Kerjaku memang begini, nyari order juga dari internet, keluar itu cuma bikin capek dan malah boros, kalau nggak penting malas." jawab Markesot

"Temuin tuh Panjul , gimana caranya jadi ojek online, " ujar Sarinem

"Ha ngojek, Ntar aja, sabar dulu. Belanda masih jauh." ujar Markesot

"Dari dulu juga sudah sabar, kalau perut bisa dikasih makan dengan sabar, aku nyantai saja" 

Sarinem keluar, nyengir.

"Belanda masih jauh, tapi Israel noh depan mata " umpatnya.

***

Markesot bertamu, menemui Ustad Kipli ditemani sahabatnya Panjul, dia menanyakan hukum menuliskan kita suci. Ustad Kipli malah kaget campur geli.

"Ya ada-ada saja kamu Sot, Nabi Muhammad itu kan Nabi terakhir, sebagai orang beriman kita harus percaya itu. Apalagi ini, jaman sudah gila, banyak orang gila yang sudah memukuli ulama. Kamu percaya ada nabi Sumanto dapat wahyu di gunung Bunder, itu menunjukkan semakin banyak orang stress jaman sekarang.." 

"Jadi" tanya Markesot menegaskan.

"Laa..Laa laa....." ustad Kipli menggeleng.

"Kalau lagi nggak ada uang, masuk darurat nggak Tadz?"

"Emang nggak ada kerjaan lain kok dibilang darurat. Mending jadi sopir ojek Online, kayak Panjul tuh lebih berkah"

Panjul tersenyum sambil menunjukkan jempolnya, Markesot mencibirkan bibirnya,

***

Markesot tertunduk lesu ketika pulang,

"Betul kata ustad Kipli, jadi sopir ojel kayak saya aja, biar dikit yang penting berkah... gak usah gengsi-gengsian Sot, ane tau lu kan sarjana, malu kan jadi sopir ojek onlen.. tapi lu kudu inget banyak kok ada ribuan driver ojek lulusan sarjana" ujar Panjul.

Markesot diam membiarkan Panjul berkotbah. Hape Markesot berbunyi.

"Gimana pak, kapan bikin kitab suci ?.." tanya Sumanto.

"Maaf pak, saya belum bisa membantu, berat buat saya untuk mengakui ada Nabi bernama Sumanto,"

"Lho Kenapa? You kan perlu uang, kalau lagi sepi order jangan nolak rezeki, pamali, emang keyakinan bisa membuatmu kenyang.."

"Ini masalah iman pak, bukan masalah perut..." ujar Markesot.

Tut tut tut telpon mati. Panjul hanya geleng-geleng.

***

Sumanto kesal, dia menyuruh anak buahnya untuk usil pada Markesot. Markesot masih di depan komputer, dia sedang chatting WA dengan sesorang.

"Mas , penulis ya?'

"Ya apa yang bisa saya bantu?"

"Saya mau minta tolong bisa?"

"Minta tolong apa?"

"Bikin buku"

"Bisa , buku apa ? "

"Biografi... berapa jasanya,"

"Oh itu tergantung kayak apa maunya, paling murah biayanya 15 juta ?"

"Oh uang bagi saya tidak masalah pak, masalahnya saya lagi nggak punya uang?' jawabnya

"Oke nanti kalau sudah punya uang WA saya lagi ya...."

Markesot kesal, menutup pembicaraan dan memblokir nomor itu.

"Emang betul, sekarang banyak orang gila ..." gerutu Markesot.

-o0o-

CHAPTER 3

MENJADI DRIVER OJEK ONLEN

Markesot kaget membaca postingan, seorang Youtuber Indonesia yang memperoleh pendapatan setahun Rp 1,2 miliar dengan subscriber mencapai 3 juta. Mata Markesot melotot terkagum-kagum, Jantungnya berdegup kencang, mau copot, tapi nggak jadi hehehe.

"Mbul, hebat nih orang, cuma jadi youtuber saja bisa dapat 1,3 miliar setahun...hmmm aku ada ide, lu jadi asisten gue ya Mbul?"

"Asisten? selama ini kan sudah pak?" 

"Gini maksudku, kamu bantu aku bikin video, kamu yang shooting lalu edit nanti upload di youtube, kalau aku sukses lu kecipratan"

"Kalau enggak?" tanya Jambul

"Ya kecipratan juga ... gak yakin amat sama aku,"

"Siap bos, bercanda.. yang penting yakin hehehe..ngomong-ngomong video apa bos "

"Ntar aku pikir duluk.." ujar Markesot

"Yah si Bos, belum ada ide, bikin saja yang aneh aneh bos?" jawab Jambul.

"Misalnya? " tanya Markesot

"Tapi ada syarat dan ketentuannya Bos, ?"

"Apa itu?"

"Minta Cash bon dulu Bos...." sahut Jambul.

"Oh iya ya gaji lu, belum, ya?, pakai ini aja dulu kalau belanja.."

"E money? Saya kan jarang masuk tol, naiknya motor"

"Ya masih ada saldo 1 juta, ini nggak cuma buat tol bisa buat bayar listrik, beli pulsa belanja ke minimarket bisa, di rumah makan juga bisa asal ada logo e money nya.."

"Kan saya makannya di warteg, "

"Yah ngutang dulu, lagi nggak ada cash.."

Markesot meminta lagi kartu e moneynya.

***

Jambul diajak Markesot keluar rumah, mereka akan melakukan syuting perdana edisi Markesot jadi youtuber. Mereka berboncengan motor ke sebuah taman kota.

"Hari ini aku mau bikin serial pertama dari edisi Markesot Berkelit ..sudah siap Mbul."

"Kenapa berkelit bos? Emang lagi debat?"

"Bagusnya apa?"

Jambul diam sejenak.

"Ntar liat apa yang mau diomoingin si bos dulu"

Markesot siap-siap action.

"Ya oke, kamera, lighting... action..." teriak Jambul mirip kayak shooting beneran, padahal pakai Hape.

"Pagik Gaes, nama saya Markesot profesi saya penulis buku, tapi buku saya nggak laku, kalau buku saya laku saya laku, saya tidak berdiri di sini, saya sudah keliling Indonesia kayak Raditya Dika, jadi bintang tamu di acara teve diundang kemana-mana, kalender banyak yang di stabilo, main film tapi masalahnya buku saya belum ada yang best seller ..."

"Cut !" ujar Jambul

Markesot berhenti sejenak. Heran.

"Bos situ curhat ya ?" 

***

Panjul belanja di warung Sarinem saat Marsekot dan Jambul sedang shooting.

"Lu ajak dong suami gue jadi ojek onlen, lagi sepi tuh kerjaan," 

"Udah gue ajak, tapi katanya ntar-ntar, dia masih yakin bukunya bisa best seller dan kaya raya, apalagi dia kan sarjana , kerja kayak gini mana mau?"

"Ah ntar jugak mau... eh Njul, eh sehari narik dapat berapa?

"Ga tentu Bu, dulu awal-awal sih gedhe sekarang saingan sudah banyak, dulu saingannya ojek pangkalan sekarang saingannya sesama ojek onlen" 

Panjul mengambil pisang goreg dan menguyahnya.

"Ya berapa?"

"Kalau rajin keluar dari subuh pulang maghrib, dapat sih Rp 150 ribu bersih sudah dipotong bensin, makan sama aplikasi..."

Sarinem ngambil kalulator, menghitung .

"Ngapain pakai kalkulator, kalau sebulan kalikan saja 30 hari dapat 4,5 juta, tapi kan nggak mungkin tiap hari kerja kan, gempor badan..."

"Noh tagihan rokok dan gorengan lu, bayar sekarang....."

Panjul melhat kalkulator Rp 76,000 , dia pun membayar tagihannya

***

Di rumah, malam hari diam-diam Markesot googling mencari syarat-syarat menjadi tukang ojek online. Markesot meski seorang idealis, namun ia tetap realistis. Uangnya makin menipis, ia tak bisa membiarkan istrinya uring-uringan setiap hari. Apalagi gaji Jambul belum dibayar. Untung si jambul masih single kalau sudah double pasti urusan tambah panjang, Untung juga si jambul orangnya nrimo kalau bawel mungkjn sudah kabur. Tanpa sepengetahuan yang lain, Markesot menyiapkan copy persyaratan jadi sopir ojol.

"Pakai surat keterangan kelakuan baik segala ke polisi, kayak jaman Orde Baru saja" Markesot bergumam.

Esoknya tanpa diketahui istrinya, Jambul maupun Panjul, Markesot melamar ojek onlen langsung datang membawa surat lamatan lengkap. Dia pun mendapatkan jaket dan helm serta HP.

***

Jambul sedang mengedit video Markesot, dirapikan agar bagus sebelum diposting, Sarinem datang.

"Bapak kemana? "

"Kurang tahu Bu, tadi pamitnya ke perpustakaan ngurus ISBN .."

"ISBN apa itu?"

"Nomor registrasi buku bu"

"Kok nggak pernah cerita sekarang bapak buka biro jasa..."

Sarinem lalu kembali ke lantai bawah. Setahunya Markesot biasanya ke klien, toko buku dan perpustakaan, kalau nggak ke situ ya di rumah saja ngetik atau main sosial media.

**

Setelah diterima jadi driver ojek onlen, esoknya Markesot langsung narik, tapi dia tidak mangkal di sekitar rumahnya, ia memilih beroperasi di daerah Jakarta yang jarakya sekitar 10 Km dari rumahnya supaya tidak dikenal orang. Sebagai seorang sarjana dan mantan asisten manajer ia gengsi kalau ketahuan tetangganya jadi sopir ojek onlen.

Pengalaman pertama, ia mendapat order dari penumpang seorang pemuda. Namun Markesot tidak tahu jalan, meski pakai GPS ia kerap kali nyasar, akhirnya pemumpangnya tidak sabar, sang penumpang lalu yang membawa kendaraan di depan. Malamnya Markesot pulang selepas Magrib, supaya tidak ketahuan ngojek dia menitipkan helm dan jaket pada temannya tukang tambal ban yang bernama Messi.

Sampai di rumah, istrinya nanya darimana saja. Markesot bilang mengurus ISBN sambil menyerahkan uang hasil ISBN sebesar Rp 150 ribu. Tapi istrinya heran karena uangnya recehan .

"Tadi ada pengamen.... ngajak tukeran," ucap Markesot berkelit.

***

Paginya Jambul sudah sampai, Markesot membuat skrip komedi, disodorkan pada Jambul , lalu Jambul pun memvideokan Markesot yang sedang stand up comedy.

Penulis

Assalamualaikum

Saya dulu kuliah di jurusan yang nggak Move On, yakni sejarah. Ketika semua orang membicarakan masa depan saya membicarakan masa lalu. Jadi kalau saya mau cerita jaman dahulu, orang selalu bilang sudahlah yang sudah ya sudah jangan diingat-ingat terus. 

 Meski jurusan sejarah saya tidak mau bekerja sesuai dengan jurusan Kebanyakan lulusannya bekerja di tempat paling sepi di dunia setelah kuburan Yakni perpustakaan dan museum. Di perpustakaan itu kejam sekali, sudah pengunjungnya sepi dilarang ngomong lagi. Kalau museum lebih parah lagi, selain sepi suasananya dibuat gelap dan menyeramkan, akhirnya museum sekarang digunakan untuk shootng film horror.

 Saya dulu pernah jadi wartawan, Saya memilih jadi wartawan, ....karena tidak ada pilihan, Sebelum bekerja saya dites leh Redaktur, Jika ada kecelakaan di jalan apa yang anda lakukan? Saya menolong korban pak....jawab saya, Wah kalau menolong korban, kamu cocoknya kerja di Badan SAR Nasional. Harusnya kamu meliput kejadian, dan wawancara di TKP kata redaktur. "Ohya pak, saya akan wawancarai korban pak". Ngapain kamu wawancara korban , wong korbannya sudah mati, kata redaktur. 

Tapi saya tetap lulus, karena nggak ada yang ngelamar

 Lalu Saya bekerja di sebuah majalah berita mingguan . Tapi tahun kedua gaji mulai telat Lalu menjadi majalah Derita mingguan Tahun ketiga masih berdarah-darah Akhirnya terbitnya berkala, kala-kala terbit...... kala-kala enggak.

Bekerja jadi wartawan itu banyak suka dukanya Sukanya kalau gajian nggak telat .....dukanya kalau gajian telat Maka supaya nggak telat saya tiap bulan bawa gaji dari rumah 

 Selain jadi wartawan saya nyambi bikin buku, Menulis buku untuk klien itu ada suka dukanya.... Sukanya kalau sedikit direvisi Dukanya kalau sedikit-sedikit direvisi. 

Makanya pertama kali ketemu klien saya ceritakan suka dukanya 

 Saya membuka jasa Penulisan ... Tapi ada yang protes karena saya bukan nulis tapi ngetik di Komputer Katanya itu bukan jasa penulisan .....tapi pengetikan

Ini yang bikin saya bangkrut.... Saya menulis sehalaman dibayar 150 ribu, begitu saya ubah jadi jasa pengetikan sehalaman Cuma dibayar lima ribu.

Setelah syuting, Jambul pun mengedit video tersebut dan meng uploadnya ke youtube.

"Mbul, aku ke perpusnas dulu, ngurus ISBN ...."

"Kok nggak sekalian kemarin Bos..."

"Baru tadi pagi orangnya ngorder.."

"Berarti gaji saya sudah ada bos.."

"ISBN cuma 250ribu, ini buat pegangan dulu "

Markesot menyodorkan selembar uang seratus ribu. Jambul menerimanya,

Setelah itu Markesot kembali narik ojek online, kali ini ia mendapatkan order seorang laki-laki yang badannya gemuk dan bawaannya banyak, Markesot naik di depan orang itu membonceng, dari belakang seolah ada pemuda gemuk naik motor tanpa memegang stang.

**

Di sebuah rumah mewah, komplek orang kaya, Sumanto masih menyimpan rasa kesal pada Markesot. Dia menyampaikan unek-uneknya pada istrinya, Menik di ruang tamu.

"Emang dia siapa nolak orderan saya, dia nggak tahu siapa saya.." ujar Sumanto.

"Kan memang belum kenalan Pak..." ujar istrinya.

"Saya nggak suka, dia bilang ada nabi namanya Sumanto, itu kan menyepelekan"

"Ya cari orang lain saja pak, penulis kan banyak..."

"Soalnya aku sudah cari belum ketemu yang cocok, "

"Ya sudah sabar saja, nggak usah buru-buru.."

"Keburu lupa semua bu, ..." Sumanto masuk ke dalam kamar.

Anak semata wayangnya Dilan yang berusia 8 tahun meminta ibunya melihat atraksi seorang youtuber Korea yang melakukan adegan ekstrim. Menik kaget.
"Ma, ini mirip spiderman, memanjat tembok tinggi-tinggi, Dilan juga bisa Ma.."

"Itu berbahaya Dilan jangan ditonton kayak gitu.." ibunya lalu menarik tangannya mengajak Dilan makan.

-o0o-

 BERSAMBUNG

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun