Mohon tunggu...
Dudun Parwanto
Dudun Parwanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Traveler

Owner bianglala publishing, penulis, komika sosial media dan motivator/ trainer penulisan,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kata Siapa Biaya Nyaleg itu Mahal? Murah Kok

23 Juni 2018   06:14 Diperbarui: 23 Juni 2018   07:58 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dulu saya Golput sejak 2004, berarti 14 tahun saya tidak memilih dan membersamai sekitar 30% pemilih yang tidak memberikan suara alias Golput. 

Apa yang saya lakukan seperti orang Golput pada umumnya yakni karena sudah muak dengan ulah politisi yang banyak korupsi, tidak mau ikut bertanggungjawab terhadap kacau balaunya politik dan memilih netral serta fokus pada aktifitas diri sendiri. 

Tapi setetelah saya renungkan keberadaan Golput tidak merubah apapun pada negeri ini. Justru saya melihat Golput lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya. 

UU Pemilu kita mengatur one man one vote. Artinya suara seorang kyai sejuta umat, konglomerat papan atas atau Hafish Quran sama dengan suara bandar narkoba, koruptor atau pencopet jalanan. Nah kalau orang-orang baik pada diam, cuek bebek dan tidak terlibat politik maka orang-orang jahat yang akan ambil bagian terbesar. 

Saya yakin kebanyakan Golput itu orang baik, berpendidikan dan tinggal di perumahan. Saya kuatir kalau mereka diam maka orang-orang yang tidak baik yg memberikan suara maka yang dipilih tentu tidak jauh dari pemilihnya. 

Padahal dalam Islam Nasehat. Ali bin Abi Thalib ra "Kezhaliman akan terus ada, bukan karena banyaknya orang-orang jahat, tapi karena diamnya orang-orang baik." kemudian Nasehat Syaikh Yusuf Qardhawi (Ketua Asosiasi Internasional Cendekiawan Muslim)

Setidaknya ada 3 (tiga) cara dalam mempertimbangkan pilihan:
* Jika semuanya baik, pilihlah yang paling banyak kebaikannya.
* Jika ada yang baik dan ada yang buruk, pilihlah yang baik.
* Jika semuanya buruk, pilihlah yang paling sedikit keburukannya.

Dua nasehat itu menyadarkan saya untuk tidak Golput dan saya,  Kalaupun saya jadi berpolitik, ini bentuk keprihatinan saya kepada bangsa. Bisa saja saya diam mengurusi bisnis saya yang akan saya kembangkan bersama partner saya. Banyak rencana yang saya buat ke depan. Tapi saya melihat ada yang timpang dalam aturan di negeri ini yang kurang mendukung usaha kecil dan lokal untuk berkembang. 

Ada ratusan baik UU atau peraturan daerah yang tidak berpihak pada rakyat dan pengusaha kecil. Misalnya untuk mendapatkan ijin pabrik rokok harus mampu memproduksi 1 miliar linting rokok, dimana usaha kecil tidak mampu bersaing dengan pemilik modal kakap. Dimana keberpihakan negara pada rakyat kecil? Selain itu, untuk ijin ekport kayu saja, perlu sertifikasi dari konsultan asing yang biayanya sebesar harga kayu itu. Siapa yang buat aturan ini? wakil rakyat kita.

Saatnya kita rebut kembali kejayaan masyarakat, saatnya usaha kecil mulai berdaya, saatnya kita hapus aturan yang tidak berpihak pada usaha lokal, caranya adalah menguasai parlemen, untuk membuat UU yang memajukan rakyat kecil dan menyejahterakan masyarakat. Ini hanya keprihatinan saya saja, dan selama kita hanya jadi pengamat kita tak bisa berbuat banyak. Akhirnya saya mendaftar di salah satu partai Politik baru sebagai Bacaleg, dan ternyata tidak seperti bayangan orang ada mahal politiknya. Di pattai ini tidak ada mahar sama sekali. Yg ada adalah iuran partai bulanan untuk operasional kantor yang hanya 100rb perbulan, dan setiap ada event kita saweran untuk mendanai kisaran hanya ratusan ribu, ada Rp500 rb untuk biaya pengurusan Silon atau tenaga yang mengurusi administrasi pendaftaran Calef kita. 

Sebagai bacaleg kita harus mengeluarkan biaya sendiri misalnya tes jasmani Rp 40rb, tes kejiwaaan 185rb, tes narkoba 120rb, skck resmi 30rb, surat PN, legalisir dan tetek bengek lain-lain yang totalnya tidak lebih dari 2 juta rupiah. Jadi kalau dihitung termasuk operasional pendaftaran caleg ke kPU tidak sampai 5 juta rupiah. Biaya yang cukup murah bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun