Mohon tunggu...
Dudi safari
Dudi safari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Literasi

Aktif di Organisasi Kepemudaan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pengamen Jalanan di Trotoar Jalan

5 Januari 2022   05:30 Diperbarui: 5 Januari 2022   07:01 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh Indozone

Hidupmu sepi di tengah keramaian, lalu lalang kendaraan bak simpony bagimu siang malam, duhai sang pengamen jalanan! debu, peluh tak lagi kau hiraukan, mengharap sang tuan melempar koin recehan.

Hidup di tengah ganasnya kota metropolitan. Sementara tuan-tuan di sana duduk di ruang AC membahas nasibmu kawan, entah benar atau tidak aku pun masih bimbang.

Itu sepertinya istrimu yang datang sambil menggendong anak semata wayang. Aku berusaha tegar melihat pemandangan yang menghadang, mataku nanar tak terasa terus berlinang.

Itu anakmu belum waktunya main di jalanan, namun nasib yang menuntunnya tegar di jalan. Hidupku hidupmu dan hidup tuan yang di sana sama hanya nasib kita saja yang berbeda.

Tuan dengarlah, jika berjalan-jalan di atas trotoar jangan lupakan mereka pengamen jalanan.

Mengapa bayi yang selalu menjadi andalan untuk menarik iba, padahal mereka tak tahu ayahnya suka atau bundanya berduka.

Duhai sang bayi yang malang, seharusnya saat malam tiba kau terbaring lelap berselimut kasih ibu di Istana para pencari rindu.

Namun kala ini debu jalanan yang menjadi selimut ragamu serta bising knalpot kendaraan sebagai musik pengantar tidurmu. Seakan mentari tak pernah datang di kehidupanmu. Karena hari-harimu telah gelap terkurung keadaan tanpa ada yang menghiraukan nasibmu.

Para tuan harta, para tuan kebijakan lihatlah dengan mata hatimu, dengarlah dengan ketajaman nuranimu. Apakah semua ini akan dibiarkan saja berlalu, jangan berikan jawabanmu kepada waktu. Karena waktu akan menggilas apa saja yang ada di hadapanmu walau kamu teriak ampun sejuta mampumu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun